~~"Duniaku selama ini telah lama menimbun luka. Namun kehadirannya, seolah datang lalu memapah jiwaku untuk diobati ke ruang ICU. Dia, adalah dokter hati terbaik yang Allah titipkan padaku. Bolehkah, jika aku minta waktunya seumur hidup?"~~
***
Langit sudah gelap. Sebenarnya Azalia ingin segera tidur, namun hal tersebut tertunda karena abi memanggilnya tadi saat ia sedang di dapur bersama Fauzan.
"Iya. Kenapa, Abi?" tanya Azalia, saat ia menghampiri abi yang sedang duduk nyaman di ruang tamu.
"Duduk dulu. Abi mau bicara."
Azalia pun langsung manut memenuhi perintah abi. Ia duduk di sofa tamu, yang tepat berhadapan dengan abi.
Entahlah. Rasanya atmosfer di sini sedang sangat tidak nyaman hawanya. Apalagi raut wajah abi yang sedang tampak tidak senang. Tentu ini membuat Azalia merasa seperti mendapat sinyal buruk dalam percakapan yang akan abi bahas.
"Abi mau bicarakan soal biaya pondok adik kamu. Gita."
Azalia masih diam. Menyimak apa yang hendak abi sampaikan lagi.
"Uang bulanan Gita kurang. Mulai dari biaya pondok, uang saku, dan keperluan lainnya juga. Keuangan abi juga lagi kurang stabil."
Azalia masih diam. Menyimak saja, karena memang itu yang bisa ia lakukan. Walau dalam hatinya terasa seperti ada yang tersayat dengan pelan namun cukup dalam. Seolah, ada ujung perasaan yang selalu ditepis, namun dengan paksa telah menguap ke permukaan saat ini.
"Kenapa Abi bahas ini sama Azalia, Bi? Padahal, biaya hidupku saja tidak pernah Abi bahas sama aku?"
Terserah jika dunia mengatakan Azalia egois. Tetapi, kalian harus mengetahui sesakit apa ketika seorang anak diabaikan oleh ayahnya sendiri. Bahkan, tidak dianggap keberadaannya.
Dengan segala usaha, Azalia masih memasang raut wajah tenang. Menunggu lanjutan dari ucapan abi. Sudahlah, anggap saja jika saat ini abi sedang mengajak Azalia berdiskusi tentang keuangan keluarga. Namun ...
"Azalia!"
... bentakan itu datang dan seolah meruntuhkan pertahanan hati Azalia.
Kaget? Jelas! Rasanya Azalia ingin menangis saat itu juga. Namun masih berusaha ia tahan.
"Iya, Abi?" tanya Azalia dengan senyum yang masih tersisa.
"Begitu saja, kenapa kamu tidak peka? Kalo abi udah bahas urusan begini sama kamu, itu artinya kamu harus kasi solusi. Setidaknya bantu biaya pondok adik kamu?!"
"Ttt...tapi, Bi. Azalia, kan, gak punya kerjaan, gak punya penghasilan. Azalia gak punya uang, Bi."
Siapa pun yang mendengar suara gadis itu pasti bisa merasakan perihnya. Dengan bibirnya yang sudah bergetar menahan sayatan batin, dan dengan diri yang berusaha tegar padahal sudah sangat lemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita & 69 Hari
Romance✨HAPPY READING✨ 🌻~Selamat Menyelam dalam kisah "Aku dan Dia" yg akhirnya menjadi "Kita" dalam 69 hari~🌻 ... Kita, bagaikan air dan gula yang dicampur dalam air dingin. Sulit larut, namun tidak mustahil untuk disatukan. Kamu dengan Alquran di tanga...