*1*

24.8K 988 17
                                    


Alenta Resta, seorang pemuda yang memiliki warna rambut putih tanpa sebab, remaja yang kini berusia 16 tahun itu sedang berjalan menyusuri lorong sekolah yang belum begitu ramai karena masih pagi sekitar jam 6:45, Alenka berjalan menuju kelas dengan kepala di tutupi dengan tudung yang terdapat di Hoodie.

Kelas masih sepi, dia berangkat yang paling pertama di kelasnya, Alenka langsung duduk lalu meletakan kepala di meja dengan tangan sebagai bantal dan menutup mata, dirinya tidak cukup tidur karena orang tuanya yang terus bertengkar.
.
.
.
Bell masuk berbunyi, tapi Alenka tidak kunjung bangun.

"Pagi anak-anak, jadi untuk hari ini kita tidak akan ada pelajaran karena guru rapat, tapi ada tugas untuk kalian sampai jam pelajaran ibu selesai, kerjakan soal di buku paket halaman 25 sampai 27 mengerti" murid yang tadinya bahagia mendadak suram mendengar ada tugas.

Alenka langsung mengambil buku, dirinya terbangun di saat guru masuk, tapi dia malas untuk mengangkat kepalanya.

Tanpa pikir panjang dia mengerjakan tugas dari gurunya, lalu kembali tidur setelah selesai mengerjakan.

Alenka itu anak yang pintar dalam bidang akademik maupun non-akademik, jadi mengerjakan soal itu mudah bagi seorang Alenka.

Tidak ada yang berani mendekatinya karena menganggapnya pembawa sial, hanya satu orang yang mau berteman dengan dirinya namanya Fahri Danendra dia tidak peduli dengan ucapan orang yang bilang jika Alen pembawa sial, baginya semua orang itu sama aja, bahkan keluarga Fahri sudah menerima Alen sebagai keluarga.

"Len lu Adah selesai" tanya Fahri yang duduk di depan meja Alenka "udah" jawab Alen yang kembali menutup mata "nyonteg dong bolo" tanpa menjawab Alenka memberi bukunya pada Fahri "jangan samain semua, ada yang di buat beda" Fahri mengangguk karena sudah biasa.

"Pengumuman untuk seluruh siswa bisa berkumpul di aula karena ada pengumuman"

Semua murid yang mendengar langsung menuju aula, ada juga yang memilih pergi ke tempat lain karena malas ke aula.

"Males banget njir" gumam Alenka "di pikir Lo doang" mereka langsung menuju aula, walau malas.

...

Aula sudah di penuhi oleh murid, dan hampir semua kursi yang ada di aula penuh "Len di sana kosong, duduk di sana aja yuk" Fahri menarik ke arah 2 kursi yang kosong, posisinya di baris ke dua, paling pojok.

Alenka hanya pasrah, dia tidak peduli mau duduk di mana, yang penting duduk udah.
.
.
.

Tak lama ada seorang pria yang terlihat masih muda menaiki panggung "selamat siang untuk siswa-siswi SMA HARAPAN BANGSA" semua langsung mendengarkan orang itu berbicara, karena orang itu adalah donatur paling berpengaruh di SMA ini, sedangkan Alenka hanya diam, dia memilih untuk menonton Anime dengan earphone di telinganya.

Orang tadi membicarakan tentang beasiswa, Alenka tidak peduli karena dia sudah mendapatkan "jadi akan ada program beasiswa di sekolah ini, bagian kedua" seluruh anak yang mengincar beasiswa dari lama namun gagal langsung bersemangat mendengar ada beasiswa bagian kedua.

Di saat sedang memberitahu tentang syarat-syarat untuk mendapatkan beasiswa, dirinya terfokus kepada Alenka yang nampak acuh tak acuh dengan pengumuman.

'menarik'

"Baik itu saja, untuk lebih rinci akan di sampaikan oleh kepala sekolah" orang itu langsung turun dari panggung.

"Ri, gw ke toilet dulu ya" Alenka; "mau gw temenin?"Fahri; "nggak usah" Alenka langsung pergi menuju toilet.

...

"Males banget harus kumpul" Alenka mencuci muka lalu keluar dari toilet, saat keluar di berpapasan dengan orang naik panggung tadi, Alenka hanya melirik sekilas lalu pergi kembali ke aula.

Orang itu tersenyum miring setelah alenka melewatinya.

...

"Selesai berak kau" tanya Fahri "cuman cuci muka aja" jawab Alenka "ini udah selesai kan, kita bisa balik kelas" Alenka sudah tidak nyaman berada di aula "udah, ya udah ayok ke kelas" Fahri menarik tangan Alen.

.
.
.
~•TBC•~

ALENKA IS NOT AN ALBINO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang