"Al, lo sakit ?" tanya Greesel, teman sebangun Alea yang sejak tadi mendapati Alea duduk bertopang dagu dengan raut wajah lesu. Bahkan saat Miss. Feni menjelaskan, Alea lebih banyak diam melamun dan sesekali menghela nafas lesu.
"Hufftt...,"Alea kembali menghela nafasnya. "Gue lagi kepikiran sama Kak Marsha ,"jawabnya.
Greesel menautkan kedua alisnya. "Kak Marsha, siapa lagi tuh ? orang baru yang ngejar ngejar papa lo ?" tanyanya, penasaran. Meski seharusnya hal itu sudah biasa iya tanyakan, karena Alea selalu bercerita jika banyak wanita cantik ingin dekat dengan Papanya.
Alea berdecak kecil, "ck...bukan, "jawabnya.
"Terus siapa Al ? ...lo kalau cerita jangan setengah setengah atuh ," ucap Greesel.
Alea pun akhirnya menceritakan sosok Marsha, seorang wanita cantik seumuran dengan sang Papa yang mengalami koma dan kini tengah bingung mencari keberadan keluarganya.
Greesel yang mendengar cerita Alea pun ikut merasakan rasa prihatin yang Alea rasakan.
Sementara itu di kantor Putro Jaya Grup. Sejak pagi Zean duduk dihadapan laptop dan juga PC nya, memeriksa beberapa berkas dari luar negeri yang ia terima. Ia benar benar tidak memikirkan Marsha yang berada dirumahnya, meski Marsha adalah orang asing untuknya yang mungkin saja membahayakan. Namun, ia benar benar terlihat tidak perduli. Sangat berbeda dengan purtinya yang terlihat begitu memikirkan Marsha.
Knock...knock...knock...suara pintu terdengar terketu, akan tetapi Zean tidak perduli. Karena biasanya juga Helisma yang akan membuka pintu itu dan sudah pasti yang datang sudah membuat janji untuknya. Akan tetapi, cukup lama suara pintu itu terdengar terketuk yang akhirnya membuat Zean menghentikan aktifitasnya.
"Helisma..,"Zean memanggil Helisma yang terlihat sibuk membuka buku agenda.
Tidak kunjung mendapatkan respon dari Helisma, Zean pun beranjak dan menghampiri Helisma. "Apa hari ini ada tamu ?" tanyanya, berdiri dihadapan meja Helisma.
"Sebentar bos ,"jawab Helisma tanpa mengindahkan Zean, karena sibuk mencari daftar tamu yang sudah membuat janji pada Zean hari ini.
Zean berdecak dan akhirnya ia pun membuka pintu ruangnya , seolah mendapat firasat jika orang dibalik pintu adalah putrinya. Akan tetapi firasatnya kali ini salah, karena yang datang adalah Fiony Syakira Tantri.
Brugh...Fiony berhambur memeluk Zean, karena sudah hampir satu bulan mereka tidak bertemu. Namun, sayangnya pelukan dari Fiony tidak terbalas. Sudah biasa, begitu lah batin Fiony setelah ia melepas pelukan hambar itu.
Tidak ingin menjadi perhatian karyawanya, Zean mengajak Fiony masuk kedalam ruanganya . Dan seperti biasa, Zean tidak lupa menutup pintu kaca pembatas dengan ruangan Helisma dan menekan tombol remot disamping pintu untuk mengelapkan dinding kaca pembatas itu.
"Semoga nggak ada drama lagi deh ,"Helisma bergumam, menatap dinding kaca yang sudah berubah menjadi gelap itu.
**
(---___***)
Tring....sebuah notif pesan singkat tertera dilayar ponsel Zean, ia tidak membuka pesan singkat itu secara utuh, ia hanya sekilas membaca jika pesan singkat itu dari putrinya yang meminta ijin pulang terlambat karena pergi bersama Greesel. Namun, meski begitu Zean bukan berarti tidak perduli, tentu saja ia mengirim beberapa kaki tanganya untuk menjaga putrinya.
Klik...Zean menekan tombol telepon yang terhubung dengan telepon di meja Helisma.
"Halo selamat sore, dengan Helis...
"Helisma, tolong kirim pengawal untuk Alea ...,"ucap Zean yang langsung memutus sambungan teleponya.
Helisma menoleh, menatap dinding kaca pembatas dan langsung berkontak mata dengan Zean . "Huftt...sabar Helisma, lo masih butuh duit Bos lo ,"gumam Helisma dan ia pun segera menguhubungi orang orang yang Zean maksud.