07

1K 107 11
                                    

Hari masih terbilang pagi, akan tetapi entah kenapa Marsha begitu merasa lapar hingga membuatnya memberanikan diri untuk turun mencari sarapan sisa makan malam kemarin. Beruntung, saat Marsha berada di dapur Mbok Ida ada di sana.

"Pagi Neng Marsha, udah bangun neng ?" Mbok Ida menyapa Marsha dengan senyum hangatnya.

"Pa- pagi Mbok ,"jawab Marsha dengan senyum canggungnya. "Emm...Mbok, saya boleh mas-sak nggak ?" tanyanya dengan sedikit gugup dan takut.

Mbok Ida menoleh, menatap Marsha sejenak. "Nggak usah Neng, Neng bersih bersih kamar Nonn Alea aja. Kalau neng ikut masak, nanti neng kelelahan pas cari keluarga neng Marsha ,"jawabnya.

"Eum..Maksud saya, saya mau masak buat saya sendiri mbok. Saya lapar...,"ucap Marsha dengan nada lirih dan perasaan tidak enaknya.

Mbok Ida menautkan alisnya, kemudian menghadap Marsha. "Neng Marsha lapar ?...aduh, tapi Mbok belum masak neng. Gimana ?".

Marsha memberanikan diri menatap Mbok Ida. "Saya masak mie instan aja nggak papa kok Mbok, "ucapnya dengan mata berbinar.

Mbok Ida berbalik, ia segera mengambil mie instan yang di sembunyikan lalu memberikanya pada Marsha. "Nih Neng, tapi hati hati ya jangan sampai bapak tahu. Soalnya bapak nggak suka ada makanan instan di dapur ,"ucapnya, saat memberikan mie instan itu pada Marsha.

"Wah makasih mbok, terima kasih banyak ,"ucap Marsha saat menerima mie itu.

"Sttts...,"Mbok Ida berdesis, memberi isyarat agar Marsha tidak terlalu bersik karena takutnya Zean akan mendengar ,meski sudah pasti itu tidak akan terjadi karena semua kamar kedap suara. "Neng Marsha masaknya hati hati ya..si mbok mau ke pasar dulu sama Om Danu ,"ucap si Mbok pada Marsha.

Marsha mengangguk tanpa suara, akan tetapi raut wajah bahagia karena mie dari si Mbok masih terlihat jelas di wajahnya. Hal itu tentu saja membuat si Mbok gemas padanya.

Setelah si Mbok pergi ke pasar, Marsha mulai menyiapkan air untuk memasak mie instanya. Akan tetapi saat ia sudah meletakan panci berisi air diatas kompor, ia baru menyadari jika ia tidak bisa menggunakan kompor itu untuk memasak.

Disaat Marsha sibuk dengan cara menyalakan kompor, Alea yang masih dengan payamanya menatap Marsha dengan bingung.

"Kak Marsha, Kakak ngapain pagi pagi di dapur ?" tanya Alea, sembari mengambil gelas.

Marsha yang terkaget segera menoleh. "Alea, kamu tahu cara pakai ini ?" tanyanya, menunjuk kompor.

Alea mengangguk dan kemudian menyalakan kompor itu untuk Marsha. "Kakak mau masak apa ?" tanyanya.

"Masak mie . Kamu mau ?" Marsha menawari mie pada Alea.

Alea terdiam, ia menoleh kebelakang sejenak. "Boleh deh, aku juga udah lama nggak makan mie ,"jawabnya.

Kedua gadis cantik berbeda usia itu pun terlihat sibuk dengan acara memasak mereka. Meski hanya memasak mie, akan tetapi Alea begitu menyukai moment ini. Karena sangat jarang ia masuk ke dapur, mengingat selama ini Mbok Ida selalu melarangnya. Dan terkadang ia hanya menonton sang Papa memasak untuknya.

Harum mie yang Marsha dan Alea masak menyerbak kesegala penjuru ruangan di rumah megah ini, karena mereka lupa menyalakan penyedot asap diatas kompor. Hingga, harum mie itu menyeruak masuk ke dalam kamar Zean yang tidak tertutup rapat karena sebelumnya Alea masuk dan keluar dengan tidak menutup rapat pintu itu.

Srek...Zean menyibak selimutnya, mengambil duduk diatas tempat tidurnya sembari menghirup dalam dalam udara yang masuk kedalam kamarnya, udara yang sudah terkontaminasi harum mie goreng.

'Ck...,"Zean berdecak sembari beranjak dari tempat tidur untuk turun, siap memarahi siapa saja yang memasak mie instan dirumahnya. Namun, sebelum turun ia tidak lupa mengambil jubah tidurnya karena ia hanya memakai kaos dalam dan celana tidur.

More Better IfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang