Mendengar Aldi akan pulang ke Jakarta untuk sementara waktu tentu saja membuat Kakek Jaya antusias. Kakek Jaya berharap kepulangan Aldi ke Jakarta untuk menemui Zean dan mengatakan jika Aldi membutuhkan uluran tangan Zean untuk kelangsungan penelitian yang tengah Aldi lakukan. Karena dengan begitu, maka dengan mudah Kakek Jaya bisa membuat Aldi dan Zean terus terlibat dalam bisnis keluarga.
Aldi yang sudah muak dengan kesalah pahaman sang Kakek akhirnya hanya mengiyakan semua yang di ucapkan sang Kakek, meski pada akhirnya ia tidak akan melakukan apapun. Karena keperluanya pulang ke Jakarta untuk sementara waktu itu hanya untuk mencari Marsha. Dan jika berbicara tentang pendanaan penelitiannya yang di khawatirkan sang Kakek, Aldi sudah menemukan solusi tanpa campur tangan Zean.
Berbeda dengan Aldi, di lain tempat tepatnya di Jepang. Laura terlihat gusar setelah mendapat dua kabar yang sangat tidak ingin ia dengar. Kabar pertama datang dari Ayah menantunya yang tidak lain Kakek Jaya, mengatakan jika Aldi akan pulang ke Jakarta menemui Zean untuk membicarakan pendanaan dan kabar kedua datang dari Fiony yang mengatakan jika di rumah Zean ada seorang wanita, bernama Marsha yang terlihat begitu dekat dengan Zean juga Alea.
Srek....Laura kembali meraih ponselnya, menghubungi orang kepercayaanya untuk mengurus kepulanganya sesegera mungkin. Karena ia ingin melihat langsung apa yang di lakukan putranya dan sesegera mungkin menemui keluarga Fiony untuk membicarakan kelanjutan hubungan Zean dengan Fiony, mengingat keduanya sudah cukup umur untuk menikah.
Sementara itu di Jakarta...
Gelak tawa dan rengekan manja Alea terdengar memenuhi seisi rumah pohon. Karena sang Papa yang terus menjahilinya dengan mengatakan jika setelah lulus SMP akan mengirimnya ke Jepang untuk tinggal bersama sang Oma, Laura.
"Papa stop it...kenapa sih nyuruh nyuruh aku buat ke Jepang sama Oma ,"ucap Alea yang kembali merengek setelah sang papa mengancamnya untuk memindahkan ke Jepang, hanya karena ia memakan lebih banyak durian.
Srek...Alea menarik piring durianya dan menyembunyikanya di belakang punggungnya. "Udah, papa udah makan banyak banget ,'ucapnya, menatap sang papa dengan tatapan tajamnya.
Zean berdecak, "One more ...," pintanya .
Alea menggeleng. "No...ini aku yang beli, Papa beli aja sendiri, "ucapnya, dengan kedua tangan yang melindungi durianya di belakang punggungnya.
"Itu beli juga duit papa ya...,"ucap Zean ,mencibik putrinya.
"Nggak denger nggak denger ...nggak denger ...,"ucap Alea dan ia pun memilih turun dari rumah pohon, meninggalkan sang Papa dan juga Marsha.
Zean hanya mengulum senyumnya, melihat Alea yang berlari masuk kedalam rumah. 'Alea lucu ya..,"ucap Marsha yang ternyata juga melihat Alea dari tempat yang sama denganya.
"huftt...,"Zean sedikit menghela nafasnya, kemudian menoleh. Ia mengulas senyum hangatnya untuk pertama kali di hadapan Marsha sembari mengangguk. "Terimakasih , 'ucapnya.
Marsha menautkan kedua matanya, menatap bingung. "Hah ,maksudnya ?".
Zean terdiam sejenak. "Akhir akhir, Alea bukan lagi anak kecil yang hanya menyibukan dirinya dengan belajar dan itu hal baik untuk kesehatanya . Dan ya...itu semua berkat keberadaan mu ,"ucapnya.
Marsha hanya terdiam, terkesima dengan Zean yang kali ini berbicara cukup banyak denganya dengan nada yang lebih hangat dari biasanya.
Srek...Zean beranjak dari duduknya. "Eum...saya turun dulu, selamat malam ,"ucapnya dan ia pun turun, meninggalkan Marsha di rumah pohon dengan degub jantung yang lagi lagi bergemuruh.
"Lucu tapi kadang nyebelin ,"Marsha bergumam saat menatap Zean yang semakin jauh dibawah sana.
***
Ceklek....seperti biasa, Zean memeriksa putrinya sebelum ia tidur dan akan duduk diatas tempat tidur putrinya jika putri cantiknya itu masih terjaga, seperti saat ini.
"Kenapa belum tidur ?' tanya Zean, mengambil duduk disamping Alea yang masih membaca novel.
Alea menutup novelnya dan meletakanya diatas meja kecilnya. "Sengaja aja, nunggu papa ,"jawabnya.
Srekk....Zean dengan lembut menarik putrinya dan memeluknya. "Apa ada yang mau diceritakan sama Papa ?" tanyanya.
Dalam pelukan sang Papa, Alea mengangguk. "Banyak..,"jawabnya.
Zean menautkan kedua alisnya, kemudian mengurai pelukannya dengan Alea. Keduanya saling tatap cukup lama, saling mencari kebohongan satu sama lain.
"Papa jual nama aku kan ?" tanya Alea dengan sedikit menyipitkan mata kanannya.
Zean terdiam, menunjukan raut wajah bingungnya. "Ck..jangan pura pura nggak tahu,aku tahu kapan papa bohong kapan papa jujur ..,'ucap Alea , karena tahu jika sang Papa menjual namanya agar bisa menghantar Marsha pergi bersama saat berangkat bekerja.
Sore tadi, tepatnya sebelum Zean pulang . Marsha tiba tiba mendatangi Alea sembari membawa sepotong pizza sebagai ucapan terima kasih karena setiap pagi selalu meminta om Danu untuk menghantarnya pergi bekerja.
Ucapan terima kasih dari Marsha tentu saja membuat Alea bingung, karena Alea merasa tidak pernah melakukan hal itu. Namun, gadis berusia 12 tahun yang juga hoby menonton drama itu segera menyadari sesuatu dan ia pun mengangguk sembari menerima pizza yang Marsha berikan.
"Tapi kali ini aku nggak masalah, kalau papa jual nama aku biar bisa deket sama Kak Marsha. Soalnya aku setuju kalau papa pacaran sama Kak Marsha ,"ucap Alea .
Zean mengulas senyumnya, mengacak gemas rambut putrnya. "Masih kecil udah tahu tahuan soal pacaran. Emang kamu tahu, pacaran itu apa eum...?".
Alea mencibikan bibirnya. "Aku lebih setuju kalau papa sama Kak Marsha dari pada sama Onty Fiony ,"ucapnya.
Lagi, Zean sedikit menautkan alisnya. "Kenapa begitu ?"tanyanya, penasaran. "Bukanya kamu sendiri yang bilang kalau onty Fiony baik ," ucapnya, kemudian.
Alea sedikit menghela nafasnya. "Onty Fiony baik sih, tapi aku nggak nyaman aja ,"jawabnya, menatap sang Papa.
"Kalau Papa suka gimana ?" tanya Zean, masih dengan rasa penasaranya.
"Ya nggak papa sih ,"jawab Alea terdengar lesu.
Zean mengulas senyum tipisnya dan kembali merengkuh putrnya kedalam pelukanya. "Sejauh ini cuma wanita dalam pelukan papa yang selalu papa pilih ,"ucapnya.
Srek....Alea tiba tiba melepas pelukanya dan beranjak dari tempat tidur.
"Nih buat Papa dari Kak Marsha ,"ucap Alea, memberikan pizza dari Marsha pada sang Papa yang sebenarnya pizza itu Marsha berikan untuknya.
Sementara itu di kamar sebelah, Marsha terdiam menatap dirinya dalam pantulan cermin kamar mandi. Ia sudah cukup lama berdiri didepan cermin itu, lebih tepatnya ia menatap lekat kedua manik matanya.
"Kenapa selalu ngerasa nggak asing ya tiap liat Om Zean dan Alea ,"Marsha bergumam sendiri dan tiba tiba ia menggerakan jarinya, berhitung. "Ah iya bentar lagi aku ulang tahun ke 27, terus kalau nggak salah Om Zean juga ulang tahun ke 28. Kalau om Zee ulang tahun ke 28, terus Alea umur 12...berarti ?" Marsha melebarkan kedua matanya, saat menyadari selisih umur Zean dan Alea yang tidak terlalu jauh.
Marsha mengetahui umur Zean, karena kemarin saat membuat laporan pencarian orang di kantor kepolisian Zean menunjukkan id cardnya dan Marsha melihat itu.
**
*See you*