Tanpa sepengetahuan Zean, Alea memberi tahu Om Andy jika hari ini sekolah libur dan Om Andy tidak perlu datang karena ia tidak ingin kemana mana hari ini. Akan tetapi faktanya tidaklah demikian, Alea terlihat menghampiri sang papa lengkap dengan seragam sekolahnya.
"Pah, hari ini aku berangkat bareng papa ya...Om Andy nggak masuk ," Alea menatap sang papa dengan tatapan memohonya.
Zean sedikit menaikan alisnya, "Nggak masuk ? kok nggak bilang sama papa ?" bingungnya.
"Eum....Papa belum lihat chatnya mungkin, kan papa dari tadi sibuk sama koran papa ," ucap Alea, memalingkan tatapanya dari sang papa karena tidak ingin kebohongannya di sadari sang papa.
Zean yang tidak percaya begitu saja dengan ucapan Alea, meraih ponselnya. Akan tetapi belum sempat ia membuka aplikasi pesan, putrinya itu sudah beranjak lebih dulu.
"Pah, udah jam 7 nih...ayo, "ucap Alea yang membuat Zean melihat jam tanganya. Dan benar saja, jam sudah menunjukan pukul 07.00 .
Tanpa membuang waktu karena takut terjebak macet, Zean pun menyimpan ponselnya kedalam saku celana kantornya lalu beranjak dari duduknya. Ia melangkahkan kakinya, menyusul putrinya yang sudah lebih dulu berjalan keluar .
"Bentar, kok Kak Marsha nggak ikut ?" tanya Alea yang tidak melihat keberadaan Marsha .
Zean yang juga tidak melihat keberadaan Marsha pun mengedarkan pandanganya, mencari keberadaan gadis itu. Karena biasanya mereka berangkat bersama dan pagi ini, ia tidak melihat gadis itu sejak ia turun.
"Bukanya Kak Marsha bilang kalau tiap pagi berangkat bareng papa ya ?" tanya Alea.
"Entahlah, "jawab Zean sembari membuka pintu mobilnya.
Alea kembali masuk, mencari keberadaan Marsha dan akhirnya ia menemukan Marsha ."Kak, ayo...bukanya kakak berangkat kerja ?" panggilnya.
Marsha terlihat mempercepat langkahnya, menghampiri Alea. "Iya ini mau berangkat, tapi belum ada ojek onlien yang dateng. Mungkin kakak mau jalan kaki aja ," ucapnya.
Alea berdecak ,menarik tangan Marsha. "Ngapain naik ojek, biasanya juga bareng papa ...,"ucapnya sembari berjalan keluar, tanpa melepaskan tangan Marsha dari genggamanya.
Setibanya di samping mobil, Marsha terlihat mengusap lehernya. Bingung, karena pagi tadi Om Danu memberi tahu jika hari ini tidak masuk dan Zean juga tidak menawarkan diri untuk berangkat bersama. Dan sekarang, ia berdiri di samping mobil di mana Zean sudah duduk di kursi kemudi.
Lagi, Alea berdecak dan ia pun menarik Marsha untuk segera masuk kedalam mobil. Akan tetapi, Alea menempatkan Marsha di kursi depan tepat di samping sang Papa yang pagi ini akan mengemudi.
"Pa- pagi om..,"Marsha menyapa Zean dan Zean hanya mengangguk samar.
Sedangkan Alea sudah duduk di kursi penumpang dengan nyaman dan tidak lama pun mobil melaju meninggalkan halaman rumah.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang dan tenang, karena jalanan pagi ini tidak terlalu padat. Alea yang tidak suka keheningan tiba tiba sedikit memajukan duduknya, berada di antara kursi sang Papa dan Marsha.
"Oh, jadi gini ya rasanya jadi Greesel kalau berangkat sama mama papanya...,"ucap Alea, menoleh menatap sang papa dan Marsha bergantian.
Zean dan Marsha yang sama sama terkaget, memberikan reaksi yang berbeda. Marsha sedikit menyamankan duduknya, sementara Zean hanya diam dan fokus dengan jalanan di depannya.
"oh iya Pah, nanti pas papa ulang tahun. Kita makan di luar aja ya, bertiga...,"ucap Alea, menatap sang Papa yang sibuk mengemudi.
Zean sedikit menoleh dan kemudian mengangguk. "Boleh ,"ucapnya, tanpa mempertanyakan siapa saja yang akan putrinya ajak.