15

843 96 10
                                    

Semalaman Fiony tidak bisa tidur dengan nyenyak hingga membuatnya terbangun sedikit lebih siang dari biasanya. Hal itu dikarenakan ia sibuk memikirkan dan menebak nebak  sejauh mana hubungan Zean dengan Marsha. Karena jika mengingat pengakuan Zean padanya saat di rumah sakit, tidak mungkin Zean berada di dalam satu kamar dengan gadis itu, terlebih mereka masuk kedalam kamar saat larut malam.

Dan pagi ini Fiony tidak ingin membuang waktunya , ia ingin menanyakan langsung hubungan Zean dengan Marsha. Karena kebetulan ia melihat Marsha tengah berada di dapur seorang diri dan itu sedikit memberinya kebebasan untuk bertanya.

Dengan berbasa basi, Fiony menghampiri Marsha dan meminta Marsha untuk membuatkan kopi meski ia mellihat Marsha sibuk membuat sarapan.

"Khem...Marsha, bisa tolong buatkan saya kopi ?" Fiony memberikan kopi instan pada Marsha.

Marsha yang sedikit terkaget, menghentikan aktifitasnya. " Eum..sebentar ,"ucapnya, kemudian membalik potongan salmon diatas penggorengan.

Fiony yang sedikit tidak tega dengan kesibukan Marsha pun berinisiatif membuka kemasan kopinya. Namun sayangnya, pisau yang ia pakai terlalu besar dan mengenai jarinya. Ia tentu saja mengaduh dan membuat Marsha terkaget yang justru membuat kekacauan di dapur. Karena penggorengan yang Marsha angkat dari kompor terjatuh.

Prangg....suara penggorengan yang jatuh terdengar begitu nyaring, Zean yang mendengar itu pun segera bergegas turun mencari sumber suara.

"Aduh....sakit, "Fiony mengaduh sembari mengibaskan tanganya yang terluka.

Zean yang melihat kekacauan di dapur segera menghampiri Marsha, ia mengambil kain lap lalu membantu membersihkan lantai dari sisa minyak goreng yang tidak terlalu banyak. " Biar saya yang bersihkan ,"ucapnya pada Marsha.

"Tap- tapi Om ...-'.

Zean menahan tangan Marsha dengan tangan kirinya , sedangkan tangan kanannya mengelap lantai itu hingga tidak ada sisa minyak disana. "Lain kali, tidak perlu memakai minyak goreng sebanyak ini untuk salmon. Kamu cukup memakai satu sendok makan, "ucapnya, sembari meletakan kain lapnya.

Sedangkan Fiony yang melihat adegan Zean dan Marsha, hanya diam dengan kedua mata yang berkaca kaca. Hingga akhirnya Zean menyadari keberadaannya. "Kak Zee...,"gumamnya, menunjukan jarinya yang terluka.

Zean sekilas menatap Fiony dan ia pun mengambil plaster di kotak p3k. " Tidak perlu melakukan apapun di dapur, kalau tidak bisa melakukanya ..,"ucapnya, mengobati luka Fiony.

Fiony hanya diam menatap Zean yang mengobati lukanya dan tidak ada yang berubah, itulah yang Fiony lihat dari laki laki dihadapanya saat ini. Sosok laki laki yang sejak mereka kecil hingga dewasa selalu menjaganya, meski terkadang terlihat tidak perduli.

Setelah drama di dapur , seperti biasa Marsha berangkat ke restoran tempatnya berkerja bersama Zean karena lagi lagi Om Danu memanggilnya untuk berangkat bersama. Hanya saja pagi ini suasana mobil terasa lebih canggung dari biasanya, karena keberadaan Fiony di bangku penumpang disamping Zean, bangku yang biasa Marsha duduki saat berangkat bekerja.

"Makasih ya Pak ,"ucap Marsha ketika mobil sudah berhenti di tempat biasa.

"Sama sama Neng ..,"ucap Om Danu.

Mobil melaju setelah Marsha turun, akan tetapi tidak berbalik arah seperti biasa karena harus menghantar Fiony .

"Em...Kak Zee, 'Fiony sedikit menggigit bibir bawahnya, ragu untuk bertanya.

Zean hanya sejenak menoleh dan kembali sibuk dengan iPadnya. "Kak Zee semalem tidur sama Marsha ?" tanya Fiony padanya yang justru membuat Om Danu menginjak rem mendadak. Sedangkan Zean hanya menunjukan sikap yang biasa saja.

More Better IfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang