100 vote juseyoooo.
Serangkaian Ibadah Natal telah selesai di lakukan dan biasanya setelah itu akan ada acara makan malam bersama. Akan tetapi kali ini tidak, Zean memilih membawa keluarganya pulang karena Alea mengeluh tidak enak badan.
Dan benar saja ,belum ada lima menit menginjakkan kaki di rumah Alea memutahkan semua isi perutnya . Beruntung ada Marsha yang dengan telaten merawat Alea, hingga Zean tidak terlalu panik seperti biasanya. Karena biasanya jika sakit, Alea hanya mau si Mbok yang mengurus . Sementara Zean tidak bisa mengurus Alea yang sakit dengan tenang dan memilih langsung membawa Alea ke rumah sakit.
"Kita ke rumah sakit ya ?" Zean menatap tidak tega pada putrinya yang tengah meneguk air hangat.
Alea menggeleng. "Nggak mau ,"jawabnya, sembari memberikan kembali gelas air hangatnya pada Marsha.
"Papa takut kamu kenapa kenapa ,"ucap Zean.
Lagi, Alea menggeleng. "Udah ada Kak Marsha yang ngurus aku. Aku nggak mau ke rumah sakit ,"ucapnya.
Zean menghela nafasnya, mengalah. "Tapi kalau sampai malam belum ada perubahan kita kerumah sakit ,"ucapnya dan Alea pun mengangguk setuju.
Drtt... Zean sedikit tersentak kaget karena getaran ponsel disakunya. "Papa terima telepon dulu ,"ucapnya, kemudian keluar meninggalkan kamar putrinya.
"Kak, aku mau tidur sama kakak boleh nggak ?" Alea menatap Marsha dengan mata sayunya.
Marsha mengangguk. "Boleh, tapi kamu ganti baju dulu ya..biar lebih nyaman ,"ucapnya.
Alea mengangguk dan ia pun menganti bajunya, begitu juga dengan Marsha. Dan setelah itu keduanya pun tidur di kamar Marsha, karena permintaan Alea dengan alasan kamar Marsha yang tidak berbau obat seperti kamarnya.
Sementara di teras lantai dua, Zean tengah sibuk menjawab panggilan telepon dari sang Ibu yang menanyakan keberadaannya saat ini karena sejak awal bulan tidak menunjukan tanda tanda akan berkunjung ke Hokaido.
"Kamu ini lupa masih memiliki orang tua Zean ,".
Zean berdecak samar. "Bukan begitu Ibu, tapi Zean benar benar sibuk ,"ucapnya.
"Ya sudah, kamu suruh orang orang mu buat hantar Alea ke temu Ibu, Ibu kangen ,".
"Zean nggak bisa biarin Alea ke Jepang sendiri Ibu, Zean belum setega itu,".
"Ck...kamu selalu banyak alasan. Oh iya, bagaimana hubungan kamu dengan Fiony ? kapan kalian akan bertunangan ?".
Zean sedikit menggigit bibir bawahnya, pembicaraan yang tidak ia sukai adalah jika sudah menyangkut hubunganya dengan Fiony.
"Zean, Ibu tahu kamu begitu sayang dengan Alea. Tapi kamu juga harus ingat, kamu masih muda..Ibu yakin Alea juga setuju kalau kamu dengan Fiony ,".
Zean menghela nafasnya dan memilih segera mengakhiri panggilan telepon dari sang Ibu, karena tidak ingin lepas kontrol yang justru akan mengeluarkan kata kata yang tidak enak di dengar oleh sang Ibu.
"Huft...,"Zean mendengus sembari menyimpan kembali ponselnya.
*****
********
Saat perayaan hari besar, Zean biasanya memberikan hari libur untuk Mbok Ida dan Om Danu. Karena biasanya saat hari hari itu, Zean selalu membawa Alea untuk ikut denganya entah hanya untuk makan berdua atau bertemu dengan kolega bisnisnya. Namun, karena kali ini Alea yang sedang tidak enak badan dan beberapa restoran tidak menerima pesan antar, alhasil Zean pun memutuskan untuk memasak sendiri.