14

885 127 29
                                    

Fiony terlihat sibuk menyiapkan oleh olehnya yang akan ia berikan pada Zean dan Alea nanti malam. Karena kebetulan hari ini ia akan melakukan sebuah pemotretan untuk katalog di KiTa Pizaa yang tidak jauh dari komplek perumahan Zean.

Freya yang melihat kesibukan Fiony sedikit mendengus lesu. Bukan tidak suka, hanya saja Freya sedikit kesal dengan Fiony yang selalu memberikan perhatian berlebihan pada Zean . Meski Zean sudah jelas jelas tidak pernah mengindahkan perhatian yang Fiony berikan.

"Hufff...,"Oniel dengan kejahilanya meniup pelan telinga Freya yang sukses membuat gadis manis itu terkaget dan kemudian menoleh.

"Ck...,"Freya berdecak kesal mendapati Oniel di belakangnya . "Masih pagi jangan cemberut, "ucap Oniel padanya.

"Apa sih, siapa juga yang cemberut ...,"ucap Freya kemudian berlalu meninggalkan Oniel.

Oniel hanya menggeleng samar dan melanjutkan pekerjaanya, karena sebentar lagi mereka akan berangkat ke lokasi pemotretan.

Sementara itu di lain tempat...

Lagi, Marsha berangkat bersama Zean menuju tempat kerjanya setelah Om Danu yang mengajakanya dengan alasan yang sama seperti sebelumnya. Akan tetapi hari ini Marsha merasa lebih canggung dari biasanya pada Zean, karena sebelum berangkat Alea memberikan sebuah ponsel baru untuknya di hadapan Zean.

Marsha ingin mengembalikan ponsel itu pada Zean, akan tetapi dengan sombongnya Zean menolak bahkan mengatakan jika ponsel itu adalah ponsel bekas yang tidak akan pernah di gunakan lagi. Meski kenyataanya ponsel itu keluaran terbaru dari salah satu brand ponsel ternama, sama yang Zean dan Alea gunakan.

Mobil yang Om Danu kemudi perlahan menepi, karena sudah dekat dengan tempat Marsha bekerja. Sedangkan Marsha tentu saja bersiap untuk turun dan akhirnya mobil berhenti di tepi jalan.

"Makasih ya Pak , "ucap Marsha, bersiap membuka pintu.

Srek...tiba tiba Zean menahan tangan Marsha dan membuat gadis itu menoleh padanya.

Degub jantung Zean terasa begitu cepat, hingga membuat laki laki itu sejenak terdiam membeku dan hanya menatap Marsha. "Om...,"Marsha mengibaskan tanganya dihadapan Zean dan laki laki itu akhirnya tersadar.

"Maaf...,"Zean menarik tanganya dan Marsha hanya mengulas senyum padanya kemudian turun.

"Marsha...,"Zean kembali menahan Marsha yang akan menutup pintu.

"Iya Om...,"Marsha sedikit merunduk, menatap Zean. "Eum...nomor saya dan Alea ada di kontak hape itu ,"ucap Zean padanya dan segera menarik pintu mobil hingga tertutup.

"Jalan Pak ..,"ucap Zean pada Om Danu dan mobil pun perlahan melaju, meninggalkan Marsha.

Marsha yang sebenarnya masih bingung dengan ucapan Zean akhirnya mengabaikannya dan memilih untuk segera masuk ke restoran tempatnya bekerja sebelum jam buka.

Dan lagi, seperti kemari. Zean meminta Om Danu untuk putar balik melewati restoran tempat Marsha bekerja dan setelah itu mobil pun melaju menuju kantor karena tidak melihat siapapun di depan restoran.

**

"Lo ,Marsha kan ?" Kathrin, adik Gita menyapa Marsha dengan gaya sedikit bossynya.

"I-iya Kak ,ada apa ya ?" Marsha menatap takut pada Kathrin, karena nada bicara Kathrin yang sedikit tinggi padanya.

Kathrin menatap Marsha dari ujung kepala hingga kaki beberapa kali, kemudian menjentikan jarinya. "Ikut gue ,"ucapnya, menarik Marsha naik ke lantai dua restoran yang menjadi kantornya dan sang Kakak, Gita.

Ceklek....Kathrin membuka pintu ruangan yang cukup luas, kemudian membawa Marsha masuk menemui Gita.

"Kak...aku udah dapat penggantinya ,"ucap Kathrin, membuat Gita menoleh.

More Better IfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang