Happy Reading
.
.
.
.
.Sejak perceraiannya dengan Sunghoon, Sunoo merasa tidak berhak lagi tinggal di rumah mereka meski Sunghoon meminta.
Beberapa hari ia tinggal, setiap hari bahkan setiap saat fikirannya terus dihantui oleh kenangan-kenangannya bersama Sunghoon di rumah ini.
Like deja vu.
Jadi hari itu, ia memutuskan untuk keluar dari rumah dan akan mencari tempat tinggal baru. Tentu tanpa sepengetahuan Sunghoon, Jay dan antek-anteknya.
Tapi sepertinya takdir tidak berpihak padanya. Karena tepat saat ia membuka pintu rumah malam itu, ia dikejutkan oleh kedatangan Sunghoon.
Sunghoon bisa melihat dengan jelas ekspresi terkejut Sunoo saat melihatnya. Tapi ia tidak peduli.
Matanya bergulir ke bawah mendapati koper tepat dibelakang Sunoo. Dan hal itu benar-benar membuatnya kesal. Ia sudah berusaha menahan dirinya untuk tidak menemui mantan istrinya agar Sunoo merasa nyaman di rumah ini. Tapi apa yang ia lihat sekarang.
"Masuk". Ucap Sunghoon datar.
Sunoo menggeleng. Ia justru mendorong bahu Sunghoon untuk menyingkir.
"Tolong minggir Hyung dan biarkan aku pergi".
"Ku bilang masuk, apa kau tidak dengar?". Kini ia sedikit menekan nada bicaranya. Mata tajamnya bahkan tidak gentar menatap mata Sunoo yang bergetar.
"Apa lagi? Bukankah kita sudah selesai?. Aku bisa pergi kemanapun tanpa persetujuan darimu".
Sunghoon memejamkan mata sejenak berusaha bersikap tenang.
"Dengar, kau sedang hamil tua. Setidaknya tetaplah tinggal disini sampai kau melahirkan".
"Kau tidak punya hak melarangku, Sunghoon Hyung".
Mendengarnya membuat Sunghoon tidak bisa lagi mengontrol emosinya.
"Aku berhak. Karena kau pergi membawa calon bayiku. Bagaimana jika sesuatu terjadi padanya?. Tolong jangan egois Sunoo".
Sunoo menatap Sunghoon tidak percaya. Ia tentu sudah memikirkannya matang-matang. Dia juga pasti akan menjaga bayinya dengan baik. Tapi kalimat yang diucapkan Sunghoon dengan nada yang seakan menyudutkannya entah kenapa terasa menyakitkan.
"Hyung please... Aku sedang tidak ingin berdebat". Ucapnya seraya menahan air mata yang menggenang di pelupuk mata.
"Aku juga tidak ingin. Apa sesusah itu menuruti perintahku satu ini. Ini juga demi kebaikanmu Sunoo. Apa kau merasa kurang? Kamu mau apa, bilang!".
"Aku tidak ingin apapun darimu. Aku hanya tidak bisa tinggal disini. Tolong mengertilah".
Jadi, siapa yang egois disini. Sunghoon yang ingin Sunoo selalu berada dibawah pengawasannya atau Sunoo yang ingin bebas dari Sunghoon.
Bercerai memang kemauan Sunoo dari awal. Ia hanya tidak ingin Sunghoon lari dari tanggung jawabnya pada Wonyoung. Dia juga tidak ingin berbagi suami dengan orang lain. Tapi jika Sunghoon tetap bersikap seperti ini padanya, itu juga menyusahkan dirinya.
***
"Target sudah didepan mata".
".....".
"Ya.. dia sendirian".
***
"Baik terimakasih Sunghoon ssi. Kalau begitu kami pamit".
Setelah kliennya undur diri, Sunghoon segera kembali ke ruangannya. Ia masih memiliki banyak kerjaan menumpuk.
3 hari kemarin ia memeriksa langsung proyeknya di Jeju dan baru pulang semalam. Paginya ia melihat banyak berkas menumpuk di mejanya tetapi ia juga harus menemui beberapa klien.
Sangat melelahkan. Matanya melirik kearah jendela luas ruangannya, matahari sudah terbenam tapi ia juga tidak ingin cepat-cepat pulang ke rumah.
Rumah...
Fikirannya menerawang jauh pada mantan istrinya. Apa yang ia lakukan sekarang. Sudah satu Minggu ia tidak bertemu dengannya. Rindu? Tentu saja. Tapi ia harus menahannya demi membuat Sunoo nyaman dan tidak berfikir untuk pergi lagi.
Egois memang dan Sunghoon akui itu.
Dering telfon menyadarkannya dari lamunan. Ia mengambil ponselnya dan melihat nama bodyguard yang ia suruh mengawasi Sunoo di rumah.
"Ada apa?".
"Mohon maaf tuan, kami kehilangan jejak tuan Sunoo".
"Bagaimana bisa?!".
"Tuan Sunoo menghilang saat pergi ke pemakaman orang tuanya tadi pagi. Kami sudah mencari kemanapun tapi kami tidak menemukannya".
"Tidak becus. Saya tidak mau tau. Cari Sunoo sampai ketemu".
Sunghoon mematikan sepihak.
Apalagi ini? Apa Sunoo berusaha kabur darinya?Ah, sial.
***
Sunoo mengerjap. Kepalanya begitu pusing.
"Dimana aku?".
Matanya menatap horor ruangan yang ia tempati. Ruangan ini sangat lembab dengan pencahayaan yang remang. Dilihat dari dindingnya, ia rasa ini adalah bangunan tua.
"Akh, tolong.. siapapun tolong aku". Teriaknya setelah sadar jika tangan dan kakinya terikat di kursi yang ia duduki sekarang.
"DIAM". Teriak seorang pria membuat Sinoo langsung terdiam dan bergetar takut. Bagaimana tidak, pria itu berjalan kearahnya dengan memegang sebuah pisau.
"Diam atau ku tusuk pisau ini ke perutmu".
"Hiks.. jangan".
Pria itu berbalik kala ponselnya berdering.
"Ya, aku sudah mendapatkannya. Kau bisa datang kesini sekarang".***
"Maaf tuan, dari CCTV yang kami periksa, Tuan Sunoo diculik".
Sunghoon mengendarai mobilnya seperti orang kesetanan.
Sesampainya di tempat yang dikirimkan oleh anak buahnya, ia segera turun dan membogem wajah mereka satu persatu.
"Bagaimana bisa dia diculik? Apa yang kalian lakukan selama ini. Cari dia sampai ketemu atau ku buat keluarga kalian menerima akibatnya".
"Jangan tuan, kami akan berusaha mencari tuan Sunoo".
Sunghoon kembali ke mobilnya dengan perasaan campur aduk. Kemana ia harus mencari Sunoo?.
TBC
Segini dulu yaa..
Don't forget to vote & comment
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe
Fanfiction⚠️ cerita ini mungkin akan menguras emosi kalian.. Hati sunoo terluka, sangat terluka. tapi bagaimanapun juga dia harus tetap mempertahankan pernikahannya demi janjinya kepada almarhum orang tua dan juga almarhum ayah mertuanya. Sampai akhirnya luka...