3. Perhatian Liam?

213 18 2
                                    

"Kenapa dia tolak Kak Aiden?"

"Kenapa dia gak terima aja, ya? Kak Aiden kan kaya, tampan juga ...ya walaupun dia nakal, tapi kayaknya di serius cinta sama cewek itu."

"Cih, ceweknya sok jual mahal banget sumpah! Masa ... dia tolak Aiden?"

"Gila, kak Sandra aja tergila-gila sama Kak Aiden, tapi dia malah nolak Kak Aiden, emangnya dia secantik apasih?"

"Gak ada cantik-cantik nya!"

"Gue yakin, dia bakal nyesel udah menolak cowok kayak Aiden."

Bisik-bisik yang ada di sekitarnya, tidak membuat Zea jadi marah atau tidak percaya diri. Ia tetap melangkah maju, masuk ke dalam kantin. Di sebelahnya ada Novi dan Mia.

Sudah seminggu sejak tersebar nya pernyataan cinta Aiden yang di tolak, walaupun sudah seminggu berlalu, tapi semua itu masih menjadi topik yang hangat. Apalagi tersebar lagi bahwa Liam, anak baru super tampan itu dekat dengan Zea juga. Makin banyak yang membenci dan iri pada Zea.

Zea adalah tipikal orang yang tidak peduli dengan perkataan orang lain, selagi tidak merugikan mereka. Maka ia tidak akan peduli dan berubah.

"Gue selalu panas denger ocehan mereka semua!" Kesal Novi. Ia menaruh nampan yang ada mangkok bakso dan minumannya.

Zea yang membeli mie ayam itu menaruh sambal di mie ayamnya lalu mengaduknya. "Diemin aja, kalo di ladenin, mereka malah kesenangan."

Mia mengangguk setuju, ia tersenyum. "Kamu mulai dewasa ya, Ze." Mendengar hal itu Zea tersenyum bangga, "Iya dong."

"Halo Aiden!" Sapa seorang siswi cantik dan mencegat Aiden yang baru masuk ke dalam daerah kantin.

Laki-laki dengan penampilan biasanya yang urakan itu menatap tajam siswi di depannya. "Minggir!"

"Lho kenapa? Apa aku bukan selera Aiden?"

"Hah?!" Aiden mengeraskan rahangnya. Ia benci di ganggu. Siswi tersebut tersenyum miring. "Apa selera Aiden seperti...anak pelacur?"

Deg

Tubuh Aiden dan Zea menegang. Genggaman Zea pada garpunya mengerat. Ia langsung menatap tajam punggung siswi tersebut.

"Ah maaf, aku keceplosan," ujarnya dengan wajah yang pura-pura kaget.

"Maksud lo ngomong gitu apa?" Tanya Aiden marah. Ia langsung menarik rambut siswi kurang ajar itu. "Berani banget ya lo!"

"Ke-kenapa? YANG AKU BICARAKAN BENAR! CEWEK YANG AIDEN CINTAI ITU ANAK PELACUR, KAN?!" Seluruh murid-murid yang berada di kantin langsung riuh kala mendengar teriakan siswi tersebut.

Gigi Aiden bergemeletuk, ia mendorong siswi itu hingga mengenai meja yang tidak jauh di belakangnya. "BERISIK KALIAN SEMUA!" Teriak Aiden. Kemudian, matanya bersinggungan dengan mata indah Zea.

Laki-laki itu langsung menoleh ke arah lain. Aiden mengepalkan tangannya. Kayden yang berdiri di sebelah Aiden mengusap bahu sodaranya itu. "Tenanglah."

Lalu, Kayden menunduk. Menatap siswi yang mulai menangis itu. Beberapa temannya membantu menenangkan siswi tersebut.

"Maksud lo ngomong itu apa?" Tanyanya dingin.

"Supaya semua orang tau, kalo cewek yang di cintai sama Aiden itu...adalah anak pelacur!" Katanya dengan tajam. Zea yang mendengarnya langsung berjalan ke arah siswi tersebut.

Mia dan Novi yang terkejut itu buru-buru menahan Zea. "Zea! Kalo kamu marah gini, sama aja membenarkan perkataan dia!" Kata Mia.

Telinga Zea berdengung mendengarnya. Rahangnya mengeras. Yang dikatakan siswi itu benar, bahwa dia adalah anak pelacur. Tapi, itu semua dulu. Sekarang Bundanya sudah keluar dan bebas. Lalu... bagaimana bisa siswi itu tau?

With LIAM (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang