8. Liam Merona

163 13 1
                                    

Zea melotot melihat pesan tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zea melotot melihat pesan tersebut. "Ini Liam? Serius dia?" Zea menatap teliti nama yang tertera di atas pesan tersebut. "Bener, ini nama si Liam..."

Dengan semangat Zea membalasnya. Ia tersenyum lebar. Tidak menyangka Liam mengirimnya pesan. Gadis itu sedang duduk di taman belakang rumah Ayahnya itu.

Mungkin, sejak Bundanya meninggal. Ia akan tinggal bersama dengan keluarga Ayahnya. Rumah yang dulu di tempati bersama Bundanya tidak akan di jual dan tetap di bersihkan untuk menjadi kenang-kenangan atau jika Zea sudah kuliah, ia bisa sesekali tinggal di rumah itu.

"Se-semangat?!" Seru Zea histeris. Ia meloncat berdiri kala membaca pesan yang dikirimkan oleh Liam. Apa Liam sudah gila? Atau dia yang gila karena begitu senang hanya di kirimkan kata semangat oleh Liam?

Dengan senyum yang lebar, ia langsung menyetujui ajakan Liam untuk bertemu. Setelah itu, ia buru-buru ke kamarnya.

Tidak ada siapapun di rumah nya, hanya ada pembantu yang sedang membersihkan ruang tamu. Audrey dan Sam sedang kerja. Sedang Kayden dan Aiden sekolah.

Zea membuka pintu kamarnya dengan tergesa-gesa. "ARGH! PAKE BAJU APA?!" Teriak Zea panik kala melihat baju-bajunya kebanyakan sweater, kaos polos dan hoodie.

"Gak ada cantik-cantik nya nih baju!" Serunya kesal. Ia tampak berpikir keras melihat baju-bajunya. Walaupun masih agak lama untuk bertemu dengan Liam. Tapi, ia tidak mau nanti ketika waktu mendekat, ia akan sangat terburu-buru karena waktunya mepet. Dan Zea tidak suka akan hal itu. Ia mau siap-siap dengan tenang dan tidak grasak-grusuk.

"Hm...buat apa harus cantik banget buat ketemu Liam?" Herannya dan memijat pelipisnya. "Aneh, gue jadi aneh." Gumamnya.

Akhirnya, Zea sudah memutuskan akan memakai baju apa. "Karena mau ke alun-alun kota, jadi pakaiannya santai aja. Gak perlu yang ribet." Monolognya. Setelah menggantungnya di tiang kecil sebelah lemarinya.

Sudah selesai memilih baju. Zea kembali keluar dari kamar. Ia berjalan menuruni tangga dan berbelok kala sudah di tangga terakhir.

Ia hendak ke dapur. Zea menoleh ke pembantu yang sedikit... gelisah? Pembantu itu terlihat mencari sesuatu dan kelihatan sangat panik dam gelisah. Butiran keringat muncul di pelipis pembantu nya yang umurnya mungkin sekitar kepala tiga itu.

Zea mengerjapkan matanya dan mendekat. "Bi, ada apa?" Tanyanya. Pembantu tersebut tersentak kaget. "Ah...itu...bukan apa-apa nona," dengan buru-buru pembantu itu menunduk dan berjalan cepat ke taman belakang.

Aneh, selain pembantu di rumah ini pendiam, sebenarnya Zea sesekali melihat pembantu nya itu kelihatan suka gelisah dan sering menelpon seseorang dengan raut wajah yang ketakutan.

Entah apa yang terjadi, sepertinya Zea tidak perlu ikut campur. Gadis itu pun mengangkat bahunya acuh tak acuh. Lalu, ia kembali melangkah. Tapi, langkah nya kembali terhenti. Eh? Ia dengan penuh penasaran mengambil benda yang tadi tidak sengaja ia lihat di dekat sofa ruang tamu.

With LIAM (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang