"Aiden, bisa kamu ke kelas Zea? Kabari dia untuk pulang," kata sang Ayah.
"Kenapa?"
"Kondisi Bundanya kembali kritis dan mungkin ... tidak ada harapan lagi."
"Sekarang Bunda di rumah sakit?" tanya Aiden.
"Iya, Ayah akan kirim lokasi rumah sakitnya, kamu antar Zea, oke?"
"Iya, Ayah." Setelah itu, Aiden mematikan ponselnya. Ia yang sedang di rooftop itu berjalan keluar dan menuruni tangga.
Tangannya mengepal. "Zea," gumamnya.
Setelah ke kelas Zea, ia memberitahukan nya pada Zea, soal Bunda yang kondisinya memburuk.
"Lo gak bawa tas?" tanya Aiden. Zea yang tampak shock itu menggeleng.
"Yaudah, lo tunggu di dalam mobil, gue yang ambil." melihat Zea yang masih diam saja dan tidak masuk ke dalam mobil membuat Aiden semakin cemas.
"Zea, masuk ke dalam mobil." Katanya. Melihat Zea yang tetap diam membuatnya tidak berani untuk meninggalkan Zea sendirian. Takut Zea akan melakukan hal yang nekat seperti dulu.
"Zea, Bunda akan baik-baik aja." Zea mengepalkan tangannya dan menggeleng. Dengan tangan bergetar ia mengirim pesan pada dua sahabatnya.
"Gue bakal minta tolong sama mereka," katanya. Aiden mengangguk dan memilih menyenderkan punggungnya pada mobilnya. Ia melirik Zea yang menatap sendu ponselnya.
Lima menit menunggu, Aiden langsung menegakkan tubuhnya kala melihat Liam berjalan mendekati mereka. "Katanya sahabat lo?"
"Iya, udah bilang kok tapi...kenapa dia yang datang?" tanya Zea kaget. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa Liam yang akan datang.
Di saat sudah berdiri di depan Zea, Liam tanpa bertanya memberikan tas tersebut pada Zea yang mendongak dan tersenyum padanya. "Makasih, Liam. Tapi...kenapa gak No—"
"Gue khawatir," sela Liam lebih cepat. Laki-laki itu fokus menatap Zea yang terkejut dan mengabaikan tatapan tajam Aiden.
"Thanks, ayo Zea," kata Aiden dan menuntun Zea untuk masuk ke dalam mobil. Ia membuka pintu mobil. Sebelum masuk, Zea menoleh pada Liam dan tersenyum manis. "Makasih, Liam."
Liam mengangguk. Aiden pun menjalankan mobilnya dan melirik sebentar pada Zea yang menatap kosong ke luar jendela. Lalu, ia kembali melirik kaca spion mobil nya yang terlihat Liam sedang menatap sendu mobilnya.
Lo... belum jadi apa-apa untuknya, Liam.
🐿️
"Gimana kondisi, Bunda?" tanya Zea ketika sampai di depan ruang operasi.
"Masih di periksa, pasti Anna akan baik-baik aja," ucap sang Ayah—Sam sambil mengusap bahu putrinya.
"Sebenarnya...bagaimana bisa? Padahal tadi pagi Bunda masih baik-baik aja," lirih Zea. Ia menunduk.
"Di depan kamu, Anna selalu berusaha baik-baik aja. Tapi, waktu Kayden datang ke rumah untuk mengantar kue dan buah untukmu dan Anna, ia melihat Anna sudah jatuh pingsan dan...wajahnya sangat pucat." Sam memegang pipi Zea agar mendongak.
"Zea, jangan salahkan dirimu, oke? Kamu tidak salah, ini sudah takdir," bisik Sam dan mengecup kening putri nya.
Kayden dan Aiden yang berdiri sambil menyenderkan punggung di dinding dekat Sam dan Zea duduk itu, menatap Zea sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
With LIAM (SUDAH TERBIT)
أدب المراهقين(Blom di revisi) Namanya Zea Aqilla, ceria, percaya diri dan tidak kenal takut. Karena sifat nya itulah banyak yang menyukai dirinya. Tapi, hanya satu laki-laki yang berhasil mencuri hati Zea. Namanya Liam Abrisam, irit bicara dan kaku. Tanpa berka...