20. Sebelum Badai

124 8 0
                                    

"Wah ... dunia sempit juga ya," Gumam Zea sambil menatap langit-langit kamarnya. Setelah berdiskusi dengan para Abang nya. Ia langsung mengusir mereka berdua dan beranjak tidur.

"Kira-kira reaksi Liam bakal kayak gimana ya kalo tau orang yang menghancurkannya adalah sepupu jauh gue? Hm, najis banget ngakuin orang-orang kayak gitu saudara." Monolognya. Ia terus bergerutu hingga mata nya mulai memberat dan perlahan-lahan ia masuk ke dalam mimpi.

Sedangkan di sisi lain, Aiden dan Kayden sedang bicara serius pada Ayah nya.

“Jadi, Ellard telah menyiksa orang tiga tahun yang lalu?” Tanya sang Ayah serius.

“Iya, dan yang  lebih parah nya, korban yang di siksa sama dia gak salah apa-apa, cuman gara-gara dia menolak cinta si Elfrida,”

“Bukan cuman itu Yah, korban di keroyok sampai korban nya pingsan selama dua hari, dan luka nya parah banget, tapi Ellard gak mendapatkan hukuman apapun.” Lanjut Kayden yang menjelaskan.

“Pantas saja Edward langsung pindah keluar negeri, rupanya dia menghindari masalah ini,” Kayden dan Aiden mengangguk setuju.

“Ayah akan mengurus nya, ini benar-benar aib untuk keluarga Bliss,” Sam mengerutkan keningnya, tampak marah.

“Iya Ayah, urus adik Ayah dengan baik, keluarga adik Ayah sangatlah merepotkan,” Gerutu Aiden. Spontan Sam menjitak putra nya itu. Aiden mendengus dan mengusap kening nya.

“Omong-omong, kalian tau itu semua dari siapa? Dan siapa korbannya?” Tanya sang Ayah sambil duduk di sofa single yang berada di tengah-tengah ruang kerja nya. Dua saudara kembar itu saling lirik. Kayden pun menjawab, “Zea yang beritahu, tapi dia gak mau kasih tau siapa korbannya.”

“Kalo Ayah gak tau siapa korban nya, akan sulit menghukum Ellard,”

“Payah.” Lagi dan lagi kening Aiden di jitak oleh Sam.

“Katanya Zea mau nanya dulu sama yang bersangkutan, jadi tunggu keputusan dia,” Ujar Kayden. Ia menguap dan berjalan keluar dari ruang kerja Ayah nya sambil melambaikan tangannya.

“Malam!”

🐿️

Air yang menetes deras dari langit, menemani Liam dan Zea yang sedang bicara serius di kelas, mereka hanya berdua saja di kelas. Murid-murid sudah pada ke kantin. Kali ini, Zea tidak ke kantin karena malas mendengar omongan orang. Tetapi, karena ia ingin membicarakan sesuatu pada Liam.

“Orang yang sudah memukuli lo adalah sepupu gue, dia putra dari adik nya Ayah gue,” Zea memberanikan diri nya menatap Liam. Apapun reaksi Liam, Zea akan menghadapinya. Mengejutkan, Liam tidak bereaksi seperti yang ia duga. Laki-laki itu tetap memasang ekspresi datar.

“Gue udah tau,” Zea menganga, tidak menyangka apa yang di katakan Liam.

“Ayah gue cari tau latar belakang dia, Ayah melepaskan dan membiarkan dia bukan tanpa alasan, justru Ayah dan gue sengaja, supaya—”

“Jangan bilang … lo sengaja deketin gue ka—” Liam menghembuskan nafasnya dan menyentil kening gadis di sebelah nya, “Jangan mikir kejauhan, gue…” Liam menarik nafas dan menghembuskan nya lagi, lalu ia kembali bicara, “Gue deketin lo—”

“APA?!” Seru Zea histeris. Liam memejamkan mata nya sejenak.
“Jadi, lo benar-benar pengen deketin gue? Lo—”

“Fokus Zea, jangan kemana-kemana dulu,” Tegur Liam berusaha sabar.
Zea nyengir kuda, “Hehe, maaf,”
Liam pun kembali melanjutkan, “Di saat dia sedang merasa luar biasa senang dan merasa bahwa dia sungguhan udah bebas…” Jeda, Liam sedikit kelelahan karena terlalu banyak bicara hari ini.

With LIAM (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang