Keesokkan harinya, di saat ujian, Zea berhasil fokus. Mungkin karena puas menangis tadi malam maka nya Zea tidak terganggu soal masalah itu dan tetap bisa mengerjakan soal-soal ujian dengan baik.
Karena ujian akhir semester, kelas dan tempat duduk mereka di acak. Zea berada satu ruangan dengan Liam, tetapi beda tempat duduk. Liam duduk di paling depan, Zea duduk di paling belakang. Duduk nya bersama dengan adik kelas, mungkin agar tidak menyontek.
Zea bertopang dagu, ia kembali memikirkan gumaman Elang tadi malam.
“Rasanya aku jijik dengan keluargaku sendiri,” gumam Elang. Zea menghembuskan napas nya, merasa bersalah karena sudah marah-marah tadi malam. Seharusnya dia gak perlu berteriak-teriak begitu di depan Elang notabene nya anak Serena.
“ZEA!” Suara yang begitu nyaring membuat Zea terkesiap.
“Kamu saya panggilkan dari tadi gak jawab-jawab, kamu budek?”
Pengawas yang mengawas ruangan itu menatap galak Zea yang justru kelihatan biasa aja.“Maaf pak,” jawab Zea tidak bertenaga.
“Kamu melamun aja memang nya udah selesai?”
“Udah pak.”
“Kalo gitu kumpulkan dong, jangan diam aja!” Omelnya. Zea mengangguk malas, ia berdiri dan berjalan lalu mengumpulkan kertas ujian nya.
“Kamu boleh keluar, istirahat.”
“Terima kasih, Pak.”
Liam mendongak, ia menatap Zea yang berjalan melewatinya begitu saja. Lelaki itu jadi teringat kejadian beberapa hari yang lalu, di saat ia menangkap Ellard.
Lima hari yang lalu
Liam yang sedang duduk di taman belakang sambil memerhatikan tupai kesayangannya itu terkesiap kala ponsel yang ia taruh di saku celananya bergetar. Pertanda ada yang memanggilnya.
Keningnya berkerut ketika deringannya berhenti, seperti nya Zea hanya ingin missed call aja. Laki-laki itupun membuka layar kunci di ponsel nya dan membaca pesan yang di kirim oleh gadis yang dia cintai.
Zea : Liam, apa lo mau menangkap Ellard sekarang?
Zea : Ada keluarga Ellard di rumah gue, Elfrida ngadu macam-macam
Zea : Gue mau bongkar semuanya hari ini, biar ga banyak drama, lo mau ikutan?
Liam terkekeh pelan membaca pesan itu. Santai sekali Zea menghadapi masalah nya.
Me : Iya, gue bakal ngomong sama Ayah dulu
Sepuluh detik kemudian Zea membalasnya.
Zea : Oke!
Karena hari itu Ayah nya kerja, Liam pun menelpon Ayah nya dan bertanya, karena Ayah nya seterah pada Liam. Liam pun memilih hari ini untuk menangkap Ellard.
Setelah itu, ia mengirim pesan pada Zea. Memberitahu.
Me : Gue bakal ke rumah lo setelah menangkap Ellard
Zea : Jam?
Me : Setengah jam lagi mungkin atau lebih
Zea : Oke, SEMANGAT!!
Liam tersenyum membaca pesannya, ia langsung mematikan ponsel nya kala Ayah nya yang sedang mengendarai mobil itu berusaha mengintip ponsel nya. Sekarang Liam dan Ayah nya sedang menuju kantor polisi. Mereka sudah mempunyai banyak bukti, jadi tinggal menyerahkannya saja.
“Ingat pesan Ibu, Liam. Jangan pacaran,” peringat Ayah.
“Iya, aku tau. Aku tidak akan berpacaran dengannya,” jawab Liam datar. Lagipula memang dia tidak berniat pacaran sebelum mereka menikah. Bukan kah lebih baik pacaran setelah menikah?
KAMU SEDANG MEMBACA
With LIAM (SUDAH TERBIT)
Подростковая литература(Blom di revisi) Namanya Zea Aqilla, ceria, percaya diri dan tidak kenal takut. Karena sifat nya itulah banyak yang menyukai dirinya. Tapi, hanya satu laki-laki yang berhasil mencuri hati Zea. Namanya Liam Abrisam, irit bicara dan kaku. Tanpa berka...