28. Masa Kecil

119 12 0
                                    

“Heh! Lo itu gemuk, jauh-jauh sana! Bikin sesak taman ini aja!” Ketus bocah lelaki yang sedang bermain perosotan. Beberapa bocah yang lain juga mengusir anak laki-laki yang bertubuh gempal.

Ta—”

“IH SANA!” Seru para bocah itu. Anak laki-laki bertubuh gempal itu menunduk dan berbalik. Usia nya masih enam tahun. Sambil berjalan menjauh dari taman, ia menangis. Selalu saja ia di usir jika ingin main di taman itu. Selalu saja ia di ledek dan dimarahi. Apa salah tubuh dia lebih berisi dari mereka?

“Hei!” seorang gadis kecil berdiri di hadapannya sambil berkacak pinggang, menatapnya garang. Apa dia mau di marahi lagi?

“Ke-kenapa?”

“Kamu itu cowok kan?!” Seru si gadis kecil.

“I-iya.”

“KALO KAMU COWOK KENAPA TAKUT? BALAS MEREKA! ITU TUH TAMAN UMUM, BUKAN TAMA PRIBADI! JADI KAMU BOLEH IKU BERMAIN DI TAMAN ITU!” Teriak si gadis kecil penuh semangat.

Anak laki-laki itu terkesiap, ia terpaku melihat wajah gadis kecil yang menggemaskan di hadapannya ini.
“Kenapa hanya diam?! Cepat marahi mereka!” Seru gadis kecil tidak sabaran.

Anak laki-laki itu menelan ludah nya kasar. Ia terlihat ragu.
“BODOH! BADANMU ITU BESAR! MASA TAKUT SAMA MEREKA YANG LEBIH KECIL DARI KAMU?!” Sejak saat itu anak laki-laki itu merasa percaya diri dan berani.

Ia dengan berani berseru dan memarahi para bocah yang sudah meledek dan memarahinya tadi.
Si gadis kecil bertepuk tangan ketika para bocah berlari ketakutan dan menjauh dari taman bermain di perumahan yang rumahnya dua lantai semua.

“Hebat, bagaimana? Rasanya lega, kan?” Tanya gadis kecil itu dengan ceria. Si anak laki-laki mengangguk malu. Ia tersenyum manis.

“Kamu manis sekali, aku suka!” Kata si gadis kecil terang-terangan.

“Suka? Sungguh? Kamu gak jijik sama aku yang gemuk ini?”

“Kamu itu gak gemuk, hanya berisi aja. Kata Bunda aku gak pa-pa kok kalo masih segitu, masih wajar. Lagipula masih kecil juga, jadi gak masalah! Kecuali kalo sudah besar tuh, kamu akan kesusahan kalo sangat gemuk, nanti gak bisa lari.” Jelas si gadis kecil dengan yakin.

“Aku kalo sudah besar akan kurus kok supaya gak ada yang meledekku lagi!”

“Hidup gak akan pernah tenang kalo hanya mendengarkan komentar orang. Ini hidup kita, selagi gak merugikan orang lain, gak perlu memikirkannya.” Kata gadis kecil itu dengan bijak. Ia tersenyum hangat, “Lakukan itu untuk dirimu sendiri, jangan untuk orang lain.

“Bagaimana bisa kamu begitu pintar?”
“Hahaha, tentu saja karena aku anak Bunda maka nya aku pintar!” Tawa yang begitu cantik membuat anak laki-laki itu terpukau.

Untuk pertama kalinya, ia merasa ada perempuan yang sama cantik nya dengan Ibu nya.

“Aku sedang menginap di rumah sodara aku, rumah kamu daerah sini juga?”

“Iya, rumah aku daerah sini,” Si gadis kecil mengangguk-ngangguk. Ia pun kembali bicara, “Omong-omong nama aku Zea Aqilla, kalo nama kamu apa?” Tanya si gadis kecil.

“Aku Li—”

“Zea, Ayo pulang sayang! Sudah mendung,” Panggil Anna, Bunda Zea.

Si gadis kecil yang rupanya Zea kecil itu langsung berlari, mengingat sesuatu ia berhenti dan berbalik, menatap anak laki-laki yang menatapnya sendu.

With LIAM (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang