Sepuluh Tahun Yang Lalu
"Liam di mana?" Tanya Zea ketika setelah selesai makan bubur yang di sediakan di rumah sakit tersebut. Selama satu hari penuh ia pingsan karena di lempar pot bunga oleh Elfrida.
"Setelah membawamu ke rumah sakit, dia langsung pulang ketika mendengar kamu baik-baik saja dan tidak kembali lagi," jelas Audrey sambil mengusap lembut tangan Zea.
"Hm, begitu ya." Zea menunduk. Ia menatap tangan nya yang berada di dalam genggaman tangan Mamah nya. Sedikit merasa sedih karena tidak melihat Liam ketika ia membuka mata nya. Padahal ia ingin berterimakasih karena sudah membawa nya ke rumah sakit.
"Tidak perlu terlalu di pikirkan, mungkin dia ada urusan mendadak." Sam tersenyum, lalu ia beralih pada Audrey memberi isyarat. Istri nya itu mengangguk dan mengecup kening Zea kemudian melangkah keluar dari ruang rawat inap.
"Ayah ingin bicara serius denganmu seperti yang Ayah janjikan, supaya kamu juga tidak terlalu memikirkan si Liam," ujar Sam sedikit bercanda. Zea terkekeh dan mengangguk.
"Jadi, soal pria pemilik club tempat dulu Bunda kerja dan yang telah membunuh Pak Agus, Ayah akan mencoba mempenjarakan dia." Zea mengerjapkan matanya dan menatap Ayah nya penuh semangat.
"Caranya? Bukankah dia kebal hukum?"
"Ayah akan memviralkan cctv yang merekam kejadian dia membunuh pak Agus, bukan hanya itu, Ayah juga akan memviralkan beberapa bukti ia melecehkan banyak wanita. Jadi ... kamu tidak pa-pa jika ada di video rekaman cctv ketika pembunuhan pak Agus terjadi?" Zea melongo kagum. Ia tersenyum lebar dan mengangguk cepat.
"Gak pa-pa, kalo itu satu-satunya cara agar si pria gila masuk penjara, aku sama sekali gak masalah kalo itu tersebar." Sam tersenyum bangga mendengarnya. Ia mengusap lembut tangan putri nya yang dingin karena suhu ruangan.
"Hanya itu satu-satunya cara, dengan viral maka pihak berwajib akan bergerak. Mereka akan takut dengan amukan netizen." Sam dan Zea pun tertawa.
"Ayah janji akan menangkapnya, jadi ... sekarang kamu fokus kesembuhan kamu aja, oke?" Zea mengangguk dan langsung memeluk Ayah nya itu.
"Elfrida bagaimana?" Tanya Zea sambil mencari kenyamanan dalam pelukan hangat Ayah nya.
"Dia Ayah DO." Spontan Zea melepaskan pelukannya, ia melotot kaget. Sam tertawa melihat reaksi Zea yang terlihat lucu.
"Dia, Selyn sama seperti Sandra yang Ayah keluarkan karena sudah membully dan mencemarkan nama baik seseorang. Ah iya, admin gosip sekolah bilang kalo kamu mengancamnya agar menolak permintaan Elfrida dan Selyn untuk menyebarkan foto-foto Bunda kamu yang waktu itu masih bekerja di club, itu benar?" Zea mengangguk.
"Iya, seperti rencana yang aku bicarakan, jangan bilang Ayah lupa?" Sam meringis, ia mengangguk.
"Maaf Ayah lupa, Ayah cuman ingat beberapa aja." Zea cemberut mendengarnya, tetapi dia tetap menjelaskan.
"Aku punya kelemahan si admin gosip, jadi aku suruh dia untuk mau menerima permintaan Elfrida yang soal Elfrida sama Liam, nah kalo Elfrida ingin menyebarkan Bunda juga, tolak dan beritahu aku. Maka nya aku langsung gerak cepat kemarin karena itu, karena dia dengan kurang ajar ingin menyebarkan foto-foto dulu Bunda, padahal Bunda udah tenang di sana. Tapi, masih banyak yang ingin mengganggu Bunda." Zea menunduk, ia menghembuskan napas nya. Sedikit lelah bicara banyak.
"Seharusnya kamu menjalankan rencana itu sehabis ujian, bukan?" Zea mengangguk, "Sebenarnya bukan hanya karena itu, karena aku udah gak tahan melihat Elang yang di perlakukan seenaknya sama mereka maka nya aku langsung menjalankan rencananya."
"Tidak pa-pa, keputusan kamu sudah tepat, Ayah bangga." Sam tersenyum dan mengecup kening putri nya dengan lembut.
"Kamu hebat, sayang. Anna pasti sangat bangga." Zea mengembangkan senyumnya dan mengangguk, "Iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
With LIAM (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction(Blom di revisi) Namanya Zea Aqilla, ceria, percaya diri dan tidak kenal takut. Karena sifat nya itulah banyak yang menyukai dirinya. Tapi, hanya satu laki-laki yang berhasil mencuri hati Zea. Namanya Liam Abrisam, irit bicara dan kaku. Tanpa berka...