(Blom di revisi)
Namanya Zea Aqilla, ceria, percaya diri dan tidak kenal takut. Karena sifat nya itulah banyak yang menyukai dirinya. Tapi, hanya satu laki-laki yang berhasil mencuri hati Zea.
Namanya Liam Abrisam, irit bicara dan kaku. Tanpa berka...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Novi yang sedang membaca novel itu berdesak ketika Mia terus menggoyangkan tubuhnya. "Ada apa?" Tanya Novi berusaha bersabar.
Mia dengan raut wajah cemas itu menunjukkan sebuah postingan. Bola mata Novi membesar. Ia langsung menutup buku nya dengan kasar. Lalu, mendongak. Menatap Zea yang sedang fokus belajar. Karena lima hari lagi akan ujian.
Tatapan Novi pun beralih ke lelaki yang duduk di sebelah Zea. Lelaki itu juga sama, sedang belajar. Dua-duanya tidak ada yang membuka handphone.
"Jangan sampai Zea lihat ponselnya," Bisik Mia. Novi mengangguk setuju. Hubungan Liam dan Zea lagi adem-adem aja soalnya, jika Zea melihat postingan itu. Sudah di pastikan Zea akan menyerah dan memilih untuk menjauh dari Liam.
Sebenarnya yang lain juga heboh. Tapi, mereka memilih untuk tetap diam. Tidak ada yang bilang macam-macam pada Zea dan Liam. Mereka tutup mulut dengan baik.
Rasa mengepalkan tangannya melihat postingan itu. Ia membungkam mulutnya mati-matian. Gadis itu berusaha untuk tidak berteriak marah dan nyamperin Elfrida ke kelas sebelah.
Firasat Rasa mengatakan bahwa Elfrida lah yang mengirim foto itu kepada akun gosip sekolah ini. Berani-beraninya si anak baru itu macam-macam pada teman baiknya, Zea.
"Rasa!" Spontan Rasa merubah raut wajahnya menjadi biasa aja ketika Zea memanggilnya.
"Iya, Zea?" Dengan senyuman manis, Rasa bertanya. Zea berdiri dan mendekati meja Rasa.
"Kamu bawa powerbank gak?" Tanya Zea, memiringkan kepalanya. Rasa mengerjapkan matanya, "Eh? Emang nya kenapa?"
"Baterai ponsel aku habis, kamu kan selalu bawa powerbank. Maaf ya, aku lupa charger ponsel aku tadi malam." Seluruh murid di kelas itu bernafas lega, kecuali Liam dan Zea.
Zea menyernyit heran, merasa aneh.
"Aduh Zea, Ibu tinggal sebentar kamu langsung jalan-jalan!" Tegur Bu guru yang baru masuk ke dalam kelas sehabis ke toilet.
Zea menoleh, cemberut, "Aku mau pinjam powerbank Bu, lagian aku udah selesai."
"Sungguh? Kalo gitu kumpulkan," Bu guru duduk di tempatnya dan merapihkan buku paketnya yang ada di meja khusus guru mengajar.
Zea mengangguk. Gadis itu pun melangkahkan kakinya menuju meja nya, mengambil bukunya lalu memberikannya pada Bu guru Bahasa Indonesia.
"Yang lain juga kalo udah selesai kumpulin, ya!"
"Baik bu!"
Akhirnya, Zea melupakan soal meminjam powerbank itu. Ia memilih membaca komik yang di bawa selagi menunggu waktu istirahat.
Bunyi bel istirahat, satu kelas langsung terburu-buru keluar kelas. Sebelum itu, di saat Zea ingin meminjam powerbank lagi yang lain dengan cepat membawa Zea ke kantin.