°•°•°•°•°•°•°•°•
Sudah hampir 10 menit berlalu, beberapa orang masuk dan keluar dari minimarket di depan dua anak manusia itu. Selama itu pula, tidak ada suara yang terdengar dari keduanya. Yang satu asik merasakan angin di tubuhnya, yang satu lagi sibuk mengagumi ciptaan Tuhan di sisinya. Raina hanya berpakaian seadanya, dan bersolek secukupnya. Hanya mengoleskan lip balm berwarna merah muda, senada dengan warna bibir aslinya. Tapi dibandingkan dengan wanita-wanita yang selalu mendatangi Rangga di arena, wanita yang bahkan belum ia tahu namanya ini, sempurna. Sangat sempurna di mata Rangga.
Parfum dengan bau coklat masih saja tercium di hidung Raina. Itu artinya, orang yang duduk di sampingnya masih orang yang sama. Ia beranikan diri untuk menyapa, sebelum bulan semakin naik dan memaksa mereka untuk berpisah. "Raina. Namaku, Raina. Kakak siapa?"
Rangga berdehem pelan sebelum menjawab. Bukan pertama kali baginya untuk menghadapi situasi dimana seorang perempuan memperkenalkan diri di depannya. Tapi entah mengapa, tiba-tiba saja telapak tangannya berkeringat. Duduknya tidak tenang. Seperti baru pertama kali duduk di samping seorang perempuan. Tentu saja, arena balapan menjadi surga perempuan bagi siapa saja yang menginginkan. Tapi untuk Rangga yang hatinya sekeras es batu, melihat wanita datang ke arahnya saja, ia akan langsung pergi menghindar.
"Ehem, Rangga." Suara berat Rangga terdengar memperkenalkan diri, sedikit gemetar tanpa disadari.
Senyuman dari Raina yang menghadap Rangga dengan sempurna, menunjukkan lesung pipi di kiri, benar-benar membuat pertahanan Rangga runtuh. Jantungnya sungguh berdegup sangat kencang sekarang. Ia alihkan pandangan ke sekitar, kemana saja asal tidak melihat ke arah Raina.
Entah takdir atau kebetulan, tiba-tiba saja bunyi perut kelaparan terdengar. Bukan hanya satu, tapi dua perut bersamaan. Raina tertawa, menutup mulutnya saking merasa lucu. "Kak Rangga lapar? Aku juga. Hahaha." Yang diajak bicara hanya tertawa canggung, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Mau makan dulu? Aku tahu menu paling enak di minimarket itu." Ucap Raina sungguh ceria. Sekali lagi, senyum itu menyinari bongkahan es di hati Rangga, membuat perlahan mencair dengan sendirinya.
Raina masuk ke dalam minimarket, diikuti Rangga di belakangnya. Seolah sudah hafal dengan tata letak rak di minimarket ini, Raina langsung menuju pada rak paling ujung dari pintu. Dan lagi, Raina sudah tahu dimana letak makanan yang ia mau. Dua cup mie instan dan dua box nasi dengan lauk ayam katsu. Kemudian Raina bergeser ke arah kanan sedikit, membuka lemari pendingin dan mengambil dua air mineral. Tiba-tiba pergerakannya terhenti, menghadap ke sebelah kirinya, "kak Rangga mau minum apa?"
Yang ditanya hanya bisa mengerjapkan mata. Rangga terlalu fokus melihat bagaimana gadis di depannya ini bisa melakukan semua hal sendiri tanpa bantuan siapapun. Semua terlalu cepat untuk Rangga bisa cerna. "Ini saja."
Lengan Rangga terjulur untuk mengambil salah satu minuman favoritnya di lemari pendingin, namun berakhir menjatuhkan minuman di tangan kiri Raina. "Ah, maaf." ucap Rangga, buru-buru mengambil minuman yang jatuh bersamaan dengan Raina.
"Nggak papa kok, Kak." Raina melebarkan senyumnya. Lalu berjalan ke arah kasir setelah selesai memilih makan malamnya. Kemudian meminta tolong pada penjaga kasir untuk menghangatkan makanan instan mereka. Di depan kasir, Raina berjongkok sebentar, meraba rak beberapa kali sampai akhirnya menemukan yang ia cari. Rangga hanya memerhatikan, sampai akhirnya penjaga kasir memanggil mereka, karena makanan instant mereka sudah hangat. Segera Rangga bawa makanan mereka, tidak memberi kesempatan untuk Raina kesusahan.
Tidak duduk di tempat yang sama seperti sebelumnya, mereka kini duduk di kursi dengan meja. Lalu membuka makanan mereka masing-masing.
"WOAH! Enak banget katsunya!" Ekspresi Rangga benar-benar asli, tidak dibuat-buat. Dia sungguhan terkejut dengan rasa ayam katsu instan yang rasanya seperti di restoran.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Home Called Love [02'Z ENHYPEN]
FanficSiapa sih yang nggak kenal "Tiga Pujangga" milik Universitas Darmawangsa? Diketuai sama cowok dingin bernama Askara Rangga yang bodoh banget urusan cinta, lebih ngerti caranya ngurus motor daripada ngurus cewek. Tapi bunga sama cokelat di pintu loke...