✿ Bag. 4 - Jadi Kenalan! (3)

43 8 0
                                    

°•°•°•°•°•°•°•°•

Kantin Universitas Darmawangsa ramai seperti biasanya, apalagi di jam makan siang seperti ini. Mahasiswa berbondong datang untuk makan, atau bahkan sekedar nongkrong. Begitu juga dengan Ayana dan Axelle yang langsung menuju kantin setelah sepakat untuk makan sebelum pulang. Beberapa pasang mata menatap mereka berdua, kemudian melempar senyum ke arah Axelle dan Ayana. Dua orang yang dinobatkan sebagai putri dan pangeran-nya kampus.

"Makan nasi dulu ya?"

Axelle mendudukkan Ayana di salah satu kursi kantin. Saat pertanyaannya di jawab Ayana dengan anggukan, Axelle segera pergi ke salah satu stand yang menjual nasi goreng. Secepat mungkin memesan 2 porsi beserta minumnya, barulah ia kembali duduk di sisi Ayana.

Mereka duduk lumayan jauh dari kerumunan, lebih tepatnya meja di pojok kantin. Sebetulnya, hal ini pun menjadi rahasia umum di kampus. Tempat duduk itu, entah mengapa selalu sengaja di kosongkan semua mahasiswa. "Tiga pujangga mau makan siang." Begitu kata mereka.

"Gimana hari ini? Capek?"

Bisa Ayana rasakan lelaki di sampingnya mengusap rambutnya pelan setelah bertanya, lalu menyelipkan anak rambut ke telinganya. Ayana yang tadi masih fokus dengan handphone-nya, langsung beralih menghadap Axelle. Kemudian menyandarkan dahinya ke bahu Axelle, yang hanya bisa ditanggapi dengan senyuman oleh pria itu. Axelle menarik tubuh Ayana lebih dekat, mengusap punggung gadis itu lembut.

Ayana bukan gadis yang banyak bicara. Ia juga tidak banyak mengeluh atas apa yang ia rasakan. Senangnya hanya akan ia ekspresikan dengan senyuman, dan lelahnya hanya bisa ia legakan dengan helaan nafas panjang. Ayana jarang sekali berteriak kegirangan karena memenangkan perlombaan, atau menangis karena lelah berlatih seharian. Tentu saja, sikap itu hanya bisa dilakukan Ayana saat berada di depan banyak orang. Ketika Ayana hanya berdua dengan Axelle, gadis itu seperti menguliti dirinya. Dia, sangat berbeda. Dan hanya Axelle yang mengetahuinya.

Axelle mendekatkan bibirnya ke telinga Ayana, berbisik pada gadis di pelukannya. "Nanti bisa nangis sepuasnya ya, kalau sudah di apartemen."

Lagi-lagi, jawaban untuk pertanyaan Axelle hanyalah anggukan. Penjual nasi goreng sepertinya sedang ramai pembeli sampai pesanan mereka tidak kunjung diantar. Saat Axelle dan Ayana masih tenang menunggu, suara Dayzen terdengar di telinga mereka. Memaksa 2 orang itu untuk mendengar dengan seksama apa yang sedang Dayzen teriakkan.

"Di! Diandra!"

Rupanya Dayzen sedang mengejar seorang perempuan. Ayana yang tadi hanya melirik saja, kini ikut duduk dengan tegak. Melihat bagaimana Diandra yang sedang berjalan dengan wajah bersungut-sungut namun tetap cantik, Ayana menarik senyumnya. "Cantik." ucap Ayana, pelan sekali bahkan sampai Axelle yang di sebelahnya tidak bisa mendengar.

"Kenapa Ay?" Tanya Axelle memastikan.

"Cantik. Perempuan yang lagi dikejar Dayzen, cantik sekali."

"Kamu tetap paling cantik buatku." Ucap Axelle sambil mencolek hidung Ayana, kemudian ikut melihat drama yang sedang terjadi di depannya.

Dayzen menghela nafas sejenak, ia lelah mengejar Diandra dari gedung fakultas kesehatan sampai ke kantin dengan lutut yang masih seperti agar-agar. Jantungnya masih berdegup kencang, namun gadis yang barusan menciumnya itu, sama sekali tidak mau berhenti berjalan. Tapi tiba-tiba saja, saat sudah berada di ujung bangunan kantin, Diandra mematung. Matanya mengerjap melihat ke arah Ayana dan Axelle.

Baru saja Ayana merendahkan kepalanya sambil tersenyum pada Diandra, gadis itu langsung berbalik badan. Membuat Ayana takut bahwa ia melakukan kesalahan. Tubuh Diandra berjalan kaku. Dayzen yang melihat kejadian di depannya, lantas menyambar lengan Diandra cepat.

A Home Called Love [02'Z ENHYPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang