✿ Extra Part - 2 ✿

26 7 7
                                    

°•°•°•°•°•°•°•°•°

1 minggu setelah kepergian Ayana,

"Masih nggak mau masuk? Raina sudah nyariin Lo terus."

Tubuh jangkung yang seputih susu itu tidak menoleh meski suara terdengar di telinganya. Ia masih saja pandangi gadis cantik yang saat ini sedang lahap mengunyah buah apel. Di sisinya, Rangga mengulas senyum dengan tangan yang sibuk menyuapi perempuan di atas ranjang itu dengan telaten.

"Gue takut tiba-tiba nangis kalau ngelihat Raina. Gue takut dia tanya dimana Ayana."

Dayzen menepuk bahu Axelle seusai mendengar penuturan temannya itu. Dari balik punggung, Diandra menjulurkan leher bermaksud ikut mengintip apa yang sedang terjadi di dalam ruangan yang sudah seminggu ini ia dan Dayzen kunjungi.

"Tunggu gue sama Diandra di mobil. Jangan nyetir sendiri."

Yang diberi perintah hanya mengangguk patuh. Sebelum Axelle berbalik pergi dan menjauh, bayang punggungnya dengan kemeja putih tertangkap jelas di penglihatan Raina.

"Kak Axelle?"

"Buka mulutnya, Rain."

Rangga sempurna terkejut ketika lirih suara Raina terdengar di telinganya. Pria itu tahu temannya diam-diam selalu datang setiap sore hari untuk mengunjungi mereka. Rangga paham Axelle belum siap bertemu Raina atau lebih tepatnya bertemu tatap dengan mata Raina. Jadi ketika satu nama itu digumamkan oleh perempuan yang sudah mengenakan baju rumah sakit selama satu minggu ini, Rangga berusaha mengalihkan perhatian gadisnya.

"Haloooo adik kecil!"

Suara nyaring Diandra memenuhi ruang rawat inap Raina bahkan ketika ia baru membuka pintu. Kemudian ia hampiri Raina yang sudah merentangkan tangan dengan berlari kecil. Di belakangnya, Dayzen hanya tersenyum tipis lalu letakkan satu paper bag berisi bolu ke atas nakas.

"Kak Diandra tadi kalian datang bertiga?"

Tidak ada yang lebih membuat ketiga mulut itu membisu dibanding pertanyaan spontan dari Raina. Bahkan belum sempat ada yang mengalihkan fokus gadis kecil kesayangan mereka, Raina sudah kembali bertanya, "Kak Axelle sama Kak Ayana betulan sibuk, ya? Raina kangen, cuma wajah mereka yang Raina belum lihat."

Maka secepat mungkin Rangga bawa jemari Raina ke genggaman. Kemudian elus perlahan punggung tangan Raina agar gadis itu menoleh padanya, "Raina ayo dihabisin dulu apelnya, habis ini kita jalan-jalan ke taman, mau?"

Dayzen ambil oksigen untuk menghirup nafas yang tadi sempat tercekat, begitu juga dengan Diandra saat Raina meng-iya-kan ajakan Rangga. Gadis itu sentuh pelan lengan kekasihnya dengan sikunya, buat keduanya hanya beradu pandang tanpa kata.

°•°•°•°•°•°•°•°•°

Atmosfer di toko bunga Raina sedang tidak hangat sore hari ini. Bunga-bunga tampak segar, tapi pemiliknya kelihatan sempurna layu-nya. Dua hamba Tuhan yang rahangnya mengeras bersamaan, mengadu seberapa tajam tatapan mereka. Raina melipat tangan dengan bibir dimajukan. Sedang Rangga mengusap wajahnya kasar dengan sebelah tangan sebab tangan yang lain sedang memegang sendok berisi nasi dengan lauk katsu kesukaan Raina.

"Pokoknya Raina nggak mau makan sebelum kak Ayana datang!"

Tangan Rangga yang sejak tadi menggantung di udara akhirnya menyerah juga. Ia bawa tangannya turun, kemudian tengadahkan kepala untuk turunkan emosi. Sudah sejak dua minggu lalu Raina pulang dari rumah sakit, dan sudah dua hari anak penurut di depan Rangga ini tiba-tiba saja mudah merajuk. Tidak mau ini dan itu, yang Raina ingin dan sebutkan hanya Ayana dan Ayana.

A Home Called Love [02'Z ENHYPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang