✿ Bag. 8 - Dua Lawan Satu (1)

38 7 0
                                    

Warning : Contain of harsh words.

°•°•°•°•°•°•°•°•

Dayzen membawa mobilnya seperti orang kesetanan. Tangannya sibuk memegang setir, matanya fokus melihat jalanan, juga mulutnya sibuk menanyakan hal yang sama pada perempuan di sebelahnya, Diandra.

"Sudah ketemu Di?"

Begitu juga jawaban yang masih sama seperti 10 menit lalu, "Belum." Ucap Diandra.

Gadis itu Dayzen minta untuk berhubungan dengan Ayana, menggunakan ponselnya lewat grup chat Tiga Pujangga. Bekerja sama untuk mencari dimana arena balapan Rangga malam ini. Saat lelaki itu tahu bahwa akun yang tadi Diandra tunjukkan adalah milik Chintya, perempuan gila yang mengejar-ngejar Rangga sejak semester pertama, Dayzen langsung memerintahkan Diandra bersiap. Mengambil jaket miliknya dari lemari dengan sembarang. Bukan yang pertama kali Chintya menganggu Rangga, tapi ini pertama kalinya setan wanita itu menyentuh seseorang yang dekat dengan Rangga. Tentu saja, selama ini hanya Axelle dan Dayzen yang berada di sekitar Rangga, mana berani wanita itu menyentuh mereka. Yang ada bisa patah tulang punggungnya.

"Zen! Temen kelas gue habis bikin instagram story! Dia nonton balapan di Jalan Djuanda, kita mau coba kesana?" Diandra setengah berteriak, cukup girang mendapat informasi tidak sengaja dari teman satu kelasnya.

Masih dengan tangan yang sibuk mengendalikan setir, Dayzen lirik Diandra dengan ujung matanya. "Tolong kabari Ayana juga, suruh Axelle cepet kesana." Titah Dayzen, yang langsung dikerjakan cepat oleh wanita itu.

Disisi lain, Ayana juga tidak kalah khawatir setelah mendengar penjelasan Axelle. Suhu tubuhnya menurun, kalah dengan rasa paniknya. Ia tentu saja tidak mengenal siapa itu wanita yang baru dikenal Rangga, tapi Ayana tahu betul siapa itu Chintya. Gadis yang sering sekali membuat onar di lingkungan kampus.

"Xelle, Diandra sudah kirim alamat. Jalan Djuanda, dia minta kita kesana sekarang."

Mobil putih yang malam ini Axelle pakai, segera memutar arah. Memberi efek bunyi decitan karena ban yang bergerak cepat. Ayana merapal doa, meminta keselamatan untuk mereka berdua juga seorang gadis yang bahkan belum ia tahu namanya.

Dua mobil dengan warna yang sangat kontras hitam dan putih, terparkir asal di pinggir Taman Radio. Sudah hampir jam setengah sebelas malam, tapi masih terdengar sayup-sayup sorakan yang bisa empat orang itu dengar. Mereka keluar dari mobil dengan emosi membara, lalu berhadapan saat sudah diluar. Axelle memandang Dayzen yang sama kacaunya dengan dirinya. Mata menyala, rambut yang basah karena keringat, juga baju yang asal. Lagi, mereka membawa gadis yang sama-sama berpakaian seadanya, hanya berbekal jaket tebal.

Di saat seperti ini, dua manusia cantik itu hanya bisa bertatapan. Seperti tersentuh hawa dingin dari kedua lelakinya yang sedang kacau. Di tengah kepanikan dan emosi mereka, Axelle memberi perintah segera.

"Zen, cari ceweknya. Coba ke kamar mandi atau bawah pohon yang jauh dari garis start sama finish. Nitip Ayana juga. Rangga biar gue yang urus."

Axelle menoleh ke sisi kirinya, ia kecup singkat bibir Ayana lalu memeluknya. "Jangan jauh-jauh dari Dayzen." Titah Axelle yang langsung dijawab anggukan oleh Ayana.

Dayzen beri anggukan untuk memberi tanda bahwa ia akan menjaga Ayana, sesaat setelah Axelle membawa kaki panjangnya untuk berlari. Segera Diandra sambar telapak tangan Ayana, kemudian ia genggam erat. "Jangan jauh-jauh ya, Ay. Kita harus sama Dayzen terus soalnya mau ngelawan nenek lampir."

A Home Called Love [02'Z ENHYPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang