10. Kekacauan

19 9 0
                                    

"KINAN! LARAS! SINI KALIAN!" Teriak Arzoya tanpa rasa takut. Dia sudah tidak peduli apa yang akan terjadi padanya nanti. Di hukum? Di keluarkan? Dia tidak peduli. Dia hanya ingin kebenaran dan keadilan terungkap. Namun sebelum itu, dia ingin menyalurkan apa yang dia rasakan, yaitu menghajar dua makhluk tidak berguna ini.

Semua anaknya
IPS 3 langsung heboh mendengar teriakan Arzoya. Bahkan, anak kelas lain ikut masuk ke dalam karena penasaran apa yang akan terjadi.

Tanpa aba-aba, kedua tangan Arzoya menjambak rambut Kinan dan Laras. Tangan kanannya untuk menjambak Kinan dan tangan kirinya untuk menjambak Laras. Arzoya akan melakukan sama persis dengan apa yang mereka lakukan kepada Dinda. Tanpa memberikan jeda Arzoya membenturkan kepala mereka dengan kuat.

"AH ZOYA LO APA-APAAN SIH! SAKIT WOI!!!" Teriak Kinan tidak terima diperlakukan seperti itu.

"ZOYA LO GILA APA GIMANA HAH? MAKSUDNYA AW AW AAAH SAKIT." Sambung Laras.

Setelah Laras lemah tak berdaya, kini giliran Arzoya membantai Kinan. Dia benar-benar membenci perempuan di depannya ini. "LO! LO AKAN GUE BUAT SEPERTI APA YANG LO PERBUAT KE DINDA!" Satu tamparan keras melayang ke pipi mulus Kinan. "KENAPA NGGAK DARI DULU AJA SIH KITA SALING TAHU? KAN ELO BISA GUE BUAT CACAT DARI DULU!" Tamparan kedua mendarat tepat di pipi sebelah kirinya. "LIHAT MUKA LO! LIHAT! MANA TAMPANG LO YANG SOK GAHAR! SOK BERKUASA! DAN SOK PEMBERANI ITU!" Arzoya memojokkan wajah Kinan di depan cermin. Terlihat sekali, muka ketakutan dari Kinan.

Atas perbuatan Arzoya itu, tidak sedikit yang menonton. Hampir semua kelas lain berlarian untuk menontonnya. Bahkan sudah terdengar di telinga anak IPA, termasuk Raska.

Setelah mendapatkan kabar dari teman-temannya, kalau Arzoya berbuat ulah dan lawannya adalah Kinan, Raska langsung lari menuju kelas IPS 3. Betapa ramainya di sana. Serusuh apa sampai seperti ini, dan anehnya belum ada satupun guru yang datang.

Raska berusaha masuk ke dalam kelas meski susah. "Permisi," akhirnya dia berhasil membelah kerumunan. Betapa terkejutnya saat melihat apa yang Arzoya lakukan kepada Kinan. Dan tidak ada satupun yang berinisiatif untuk memisahkan mereka, ini sudah tindakan kriminal namun, orang-orang yang ada di sini hanya sibuk merekam saja di ponselnya.

"ARZOYA BERHENTI!" Teriak Raska sekeras mungkin. Dia maju ke depan dan langsung memisahkan mereka. Barulah dari beberapa guru datang untuk membubarkan kerumunan, karena bertepatan dengan bel masuk pelajaran pertama. Keadaan kelas IPS 3 sangat kacau.

Guru BK dan wali kelas IPA 1 maupun wali kelas IPS 3 datang untuk melihat keadaan. Laras pingsan dengan luka sobek di pelipisnya. Kinan keadaannya sangat memprihatinkan. Kinan terluka hampir di seluruh wajahnya karena kebentur kepalanya Laras, kena tamparan dari Arzoya, kegores kaca. Ditambah beberapa luka di leher dan tangannya.

Meskipun Arzoya yang memulainya, namun dia juga memiliki beberapa luka. Termasuk luka sobek di mulutnya tadi kena tonjokan dari Kinan dan memar di area bawah matanya.

"ARZOYA! IKUT KE RUANGAN SAYA!" Teriak bu Mel tidak terbantahkan.

Arzoya menatap semua siswa yang masih tersisa di sana. Berbagai tatapan mereka berikan padanya. Ada tatapan benci, sinis, muak, marah, kecewa. Arzoya sudah biasa ditatap seperti itu. Kini langkahnya membawa ke ruang bu Mel, tak lain dan tak bukan adalah ruang BK ditemani bu Wina, selaku wali kelas Arzoya.

Karena sudah beberapa kali masuk ke ruangan BK, jadi bu Mel paham apa saja yang dilakukan Arzoya terhadap temannya. Namun, untuk kali ini, bu Mel benar-benar tidak habis pikir. Apa yang Arzoya lakukan kepada Kinan dan Laras sudah diluar batas dan sangat fatal. Karena ini termasuk tindakan kriminal dan kekerasan.

"Sebelum ibu tanya, apa ada yang mau kamu jelaskan ke ibu?" Beberapa kali menangani Arzoya, jadi bu Mel paham, bahwa Arzoya adalah tipe anak yang tidak bisa dikerasi. Dan salah satunya membiarkannya untuk bercerita. Karena sebagian besar permasalahan, Arzoya tidak pernah memulai duluan. Kebetulan anaknya emosian jadi mudah terpancing. Dan bu Mel berharap, kali ini pun sama.

Namun sampai beberapa menit pun, tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Arzoya.

"Zoya, coba ceritakan ke kami, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu bisa di kelas IPS 3?" Giliran Bu Wina, selaku wali kelas untuk membujuk Arzoya bercerita.

Arzoya mengambil ponsel yang tadi diberikan Raisa kepadanya. Ini saatnya memberikan keadilan bagi Dinda dan menceritakan kebusukan Kinan, Laras, maupun anak kelas IPS 3 lainnya. Ponsel itu dia berikan kepada bu Mel. "Silakan bu Mel dan bu Wina tonton video tersebut! Itu alasan saya berbuat seperti tadi!"

Baik bu Mel maupun bu Wina menuruti permintaan Arzoya. Mereka menontonnya, menonton rekaman video Kinan dan Laras yang menyiksa Dinda sampai nangis sesenggukan.

"Bu Mel..." Ucap bu Wina begitu selesai menonton. Kenapa anak zaman sekarang sangat mengerikan.

Bu Mel menghela napas panjang. Bu Mel tahu Arzoya melakukan ini pasti ada alasannya. Namun, tindakan Arzoya sangat tidak dibenarkan.

"Bu Wina, begini... Ini sudah ke arah yang serius. Jadi, meskipun saya guru BK, saya tidak bisa menangani dan memutuskan permasalahan ini sendiri. Kita harus melibatkan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah."

"Saya ikut bu Mel saja, yang terbaik buat kita semua." Jawab bu Wina, menghormati keputusan bu Mel.

"Arzoya, sementara kamu obati dulu luka kamu. Kami, mau mengadakan rapat sebentar. Nanti bila kamu ibu panggil, siap kan?" Ucap bu Mel menyakinkan Arzoya. Dan dibalas dengan anggukan saja.

Karena sudah tidak ada yang perlu dilakukan di sana, maka Arzoya keluar dari ruang BK. Tampaknya anak-anak lain, sibuk mengurusi urusannya ketimbang masuk kelas untuk ikut pembelajaran. Buktinya, banyak yang berdiri di depan ruang BK untuk menguping. Arzoya sangat benci para jamur seperti mereka. Arzoya segera melangkah meninggalkan ruangan BK.

Nyatanya langkah Arzoya bukan ke ruang UKS untuk mengobati dirinya sendiri seperti permintaan bu Mel, namun Arzoya membawa langkahnya menuju rooftop tempat ternyamannya di sekolah. Dia duduk di lantai dan menatap langit yang begitu cerah. Sangat berbeda dengan wajahnya yang mendung, dan terlihat kacau. Apakah kekacauan ini akan membawa mama datang ke sekolah dan mempedulikan dirinya?

"Mau gue obatin atau obatin sendiri, lukanya?" Ucap seseorang tiba-tiba duduk di sampingnya.

Arzoya menoleh, dan melihat senyum konyol Gani di depan wajahnya. Tanpa sadar, senyum konyol Gani itu menular ke Arzoya. Meskipun tipis, tapi Arzoya ikut tersenyum.

"Lo ngapain di sini?" Bukannya menjawab pertanyaan Gani, Arzoya malah mengajukan pertanyaan.

"Ngikutin lo. Nggak pernah masuk ke sekolah, ternyata baru tahu kalau ada jalan menuju ke sini."

"Ya lo pikir, kalau nggak ada jalannya, gimana mau naik."

Gani menatap wajah Arzoya yang sangat kacau. Luka sobek di mulutnya dan memar di area bawah matanya. Bahkan darahnya pun sudah mulai mengering. Gani tidak membayangkan sesakit apa itu luka. Sebelum ke sini, untung saja, Gani mampir sebentar ke UKS untuk mengambil kotak P3K. Jadi dia bisa membantu Arzoya untuk mengobati lukanya.

"Coba hadap sini dulu!" Pinta Gani dengan suara lembutnya. Dia ingin Arzoya menurut.

Dan benar. Tanpa paksaan, Arzoya menurut. Dia menggeser posisi duduknya agar berhadapan dengan Gani.

"Kalau nggak segera diobati, luka lo bisa infeksi." Gani membersihkan luka di sekitar mulut Arzoya dan seluruh wajahnya dengan air bersih serta tisu kering. "Kalau sakit, bilang ya?!" Setelah bersih, Gani lanjut memberikan salep antiseptik di luka Arzoya. "Nah sudah selesai. Oh ya, saran gue nggak usah lo plester, nanti nggak kering-kering lukanya. Dan memar lo nanti lo kompres menggunakan es. Gue tadi nggak sempet ambil es di kantin, jadi nggak gue bawain."

Arzoya tersenyum dan mengangguk patuh. Dari sekian banyak orang yang tadi melihatnya, hanya Gani yang datang dan peduli padanya.

"Makasih, lagi-lagi lo bantuin gue."

Gani terkekeh, "bukannya gue udah bilang, kalau gue mau jadi temen lo? Temen akan selalu ada ketika temennya butuh bantuan."

Arzoya tersenyum haru, bahkan tanpa sadar air matanya menetes. Dari satu tetes berubah menjadi tangisan. Arzoya memalingkan wajahnya ke arah lain, karena Arzoya menangis. "Jangan lihat gue! Jangan hadap ke sini! Gue lagi nangis!" Seru Arzoya, tidak mau Gani melihatnya menangis.

Gani tertawa, bukan tertawa karena mengejek Arzoya yang menangis. Melainkan tertawa karena lucu mendengar suara dan ekspresi Arzoya saat menangis. "Ya oke! gue tungguin sampai selesai nangisnya."

♥️♥️♥️♥️

Lintingan Rasa (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang