18. Bu Guru

15 7 0
                                    

Juna, Ibra, dan Nadil menatap Gani yang santai menyantap bakso kuah kesukaannya. Anaknya seperti tidak peduli dengan keadaan sekitar. Sedari pagi sampai sekarang, teman satu kelas mereka bahkan satu sekolah heboh dengan kebersamaan Arzoya dengan Gani.

Semenjak mereka berteman dengan Gani, jarang sekali orang-orang meliriknya. Padahal, Gani itu termasuk kategori cogan Cakrawala. Namun perlu diingat, bahwa di Cakrawala itu banyak sekali cowok ganteng, dan kaya tentunya. Tapi, karena Gani jarang berada di sekolah, maka tidak banyak yang mengetahui dan mengenalnya. Meskipun Gani anak berprestasi juga.

"Lo beneran nggak lagi kesambet kan?" Ibra bertanya setelah Gani menyelesaikan makannya.

Gani menggeleng, merasa heran dengan pertanyaan Ibra. Kemudian menatap temannya satu persatu, tatapan mereka sangat lekat padanya. "Kalian pada kenapa sih lihatin gue terus? Mau ngucapin selamat lagi, atas kemenangan Jakarta kemarin? Jahat lo pada, nggak ada yang dateng."

"Nah itu dia Gan, meskipun sama-sama Jakarta, tapi tempat tanding lo itu jauh banget buset. Yaudah deh, kita nobar di tivi aja. Maap ye." Jawab Nadil santai. Meskipun dari teman dekatnya tidak datang, Gani tidak marah, karena akses untuk kesana pun memang jauh. Gani maklum.

Gani terkekeh dan mengangguk. "Santai kali ah, yang penting doa kalian buat gue."

"Makin yakin sih kita, setelah ini banyak yang jadi fans lo. Secara, tadi juga udah dipanggil maju sama pak Arman sebagai murid berprestasi." Sahut Juna.

"Nah itu dia, banyak cewek-cewek yang tergila-gila sama bang Gani."

Gani menggelengkan kepalanya, sebagai tanggapan omongan Ibra barusan.

"Tapi beneran soal dia, lo nggak mau cerita ke kita Gan?" Juna kembali penasaran dengan yang satu ini.

"Dia siapa?" Gani mengerutkan keningnya bingung.

"Noh, yang lagi duduk di tengah. Cewek yang berangkat bareng sama lo, sampai satu kelas heboh."

Gani menatap meja tengah yang sudah dihuni oleh Arzoya dan temannya. Gani tersenyum menatapnya, meskipun Arzoya tidak melihatnya.

"Nah kan, lo malah senyum-senyum. Udah ketebak ini mah, lo demen sama dia."

"Si Gani mah, emang murah senyum anaknya. Tapi nggak tahu juga, jenis senyum apa yang dia tunjukkan sama cinderellanya. Ya nggak bro?" Ibra menggoda Gani dengan menaik turunkan alisnya ditambah senyum jahilnya.

"Nggak usah ngarang lo semua. Dia udah jadi temen gue, sekarang. Jadi... normal dong, kalau gue jemput dia buat berangkat bareng. Kayak gue jemput kalian saat motor lo pada mogok."

"Si abang satu ini. Kalau lo jemput kita sama lo jemput dia beda lah rasanya. Secara dia cewek cantik."

"Eh eh eh tapi bukannya dia udah punya pacar ya? Si Raska IPA dua, pentolan anak basket."

Gani terkejut mendengar informasi barusan. Karena baru mengetahuinya, selama mengenal Arzoya. Jadi Arzoya udah punya pacar? Dan Raska, Gani mengenalnya. Meskipun mereka tidak akrab.

"Ati-ati aja Gan, kita bukannya kenapa-napa, tapi sebagai temen lo, cuma mau nasihatin aja. Selain dia dibenci sama cewek-cewek, dia juga udah punya pacar. Jangan sampai kedekatan lo sama dia jadi bumerang bagi elo. Gue nggak mau kalau temen gue disebut perebut cewek orang."

Ada banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya. Tapi sebisa mungkin Gani menerima semua nasihat dari teman-temannya. Senyum dengan dua lesung pipi itu tidak lupa ia tunjukkan. "Iya siap,"

Gani berdiri dari meja, sepertinya dia butuh udara segar. Bau makanan di kantin sudah tidak mengenakkan lagi baginya. "Gue pergi dulu ya?!" Pamit Gani akhirnya.

Lintingan Rasa (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang