1. Sang Juara

87 11 1
                                    

Arzoya Lalita. Nama itu yang sedang menjadi bahan perbincangan dari pagi sampai sekarang, menjelang selesainya kegiatan upacara bendera. Arzoya Lalita adalah salah satu siswi berprestasi yang dimiliki oleh SMA Cakrawala. Kepandaian yang dimiliki Arzoya Lalita mampu menyabet banyak juara di tingkat kota hingga internasional. Dan hari ini, pihak sekolah akan menyampaikan informasi kepada seluruh warga sekolah, bahwa dua hari yang lalu, Arzoya Lalita berhasil menjadi juara satu dalam Olimpiade Bahasa Inggris tingkat SMA se-Jakarta.

Sudah menjadi agenda di SMA Cakrawala, bila ada yang menjuarai lomba, baik yang juara satu maupun tidak, pasti akan disampaikan setelah upacara dan diberi penghargaan dari sekolah. Dan nama Arzoya Lalita kembali dipanggil oleh pak Arman, selaku kepala sekolah SMA Cakrawala. Suara riuh tepuk tangan, terdengar diberbagai sudut barisan.

Arzoya Lalita melangkah ke depan, menghadap ribuan siswa-siswi SMA Cakrawala. Senyum manisnya tidak pernah luntur, meskipun sudah terbiasa menjadi juara dan mendapatkan penghargaan dari sekolah, nyatanya tidak membuat Arzoya Lalita bangga pada dirinya sendiri. Buat apa memiliki juara sebanyak itu di sekolah, namun di rumah dia kalah dengan kakaknya. Kalah segala-galanya, terutama mendapatkan kasih sayang mamanya.

"Zoya, selamat ya! bapak ibu guru bangga dengan kamu. Pertahankan, dan tetap semangat untuk bisa mengikuti perlombaan selanjutnya!" Ucap pak Arman tulus ketika memberikan penghargaan kepada Arzoya.

Senyum Arzoya masih terbit, meskipun dia sudah tidak tahan untuk menyudahinya. "Terima kasih pak..."

Suara tepuk tangan kembali terdengar. Arzoya menatap semua murid SMA Cakrawala dengan muak. Munafik. Tidak semua murid di sini menyukainya. Murid yang tidak mengenalnya dengan baik, selalu menganggap dirinya buruk. Ya, meskipun Arzoya memang selalu melakukan hal-hal jahat yang membuat orang lain tidak nyaman. Namun Arzoya melakukan itu semua karena ada alasannya.

Setelah melakukan beberapa sesi foto, Arzoya dipersilakan kembali ke barisan. Barisan di kelas dua belas IPA satu. Kelas yang rata-rata muridnya anak pintar, terkenal ambisius, tidak akrab antara satu dengan yang lain, dan tentu saja saingan dalam menduduki peringkat lima besar.

Arzoya mengabaikan tatapan sinis dari teman satu kelasnya. Meskipun banyak yang tidak menyukainya, setidaknya Arzoya memiliki satu teman yang tulus kepadanya.

"Cieee juara lagi... Selamat ya Zoya. Jangan lupa traktir gue ya, hehehe." Ini dia temannya Arzoya, namanya Revi. Kebetulan Arzoya dan Revi selalu satu kelas dari kelas sepuluh sampai sekarang, kelas dua belas. Dan hanya Revi yang memahami Arzoya. Dan hanya Revi juga yang Arzoya anggap sebagai teman.

"Bisa diatur, Rev." Jawab Arzoya pelan.

Akhirnya upacara hari Senin sudah selesai. Pasukan barisan sudah dibubarkan. Dan semua murid kembali menuju kelas masing-masing, untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.

"Rev, tadi pas gue di depan, lo lihatin ekspresi Raska nggak?"

Devriza Atharraska. Anak kelas dua belas IPA dua, yang biasanya dipanggil Raska. Dia adalah mantan pacarnya Arzoya. Sudah sejak lama, tepatnya ketika kelas sepuluh, Arzoya berpacaran dengan Raska, namun sayang, hubungan mereka berakhir ketika kelas sebelas. Di mata Arzoya, Raska begitu sempurna. Selain wajahnya yang tampan, Raska memiliki kepribadian yang baik dan tentu saja pintar.

"Nggak lihat gue Zoy. Kan gue sibuk lihatin lo, gimana sih."

"Yaaah... Padahal gue penasaran sama ekspresi dia."

Revi menggelengkan kepalanya tidak percaya. Arzoya, temannya ini benar-benar ajaib. Raska sudah jelas jadi mantannya tapi masih saja tingkah laku Arzoya kepada Raska seperti orang masih pacaran.

"Zoy, saran dari gue nggak pernah lo dengerin ya?!"

"Saran yang mana?"

"Jauhin Raska demi kebaikan hati lo."

Lintingan Rasa (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang