39. I love U

17 6 0
                                    

Malam ini, Gani memutuskan untuk tidak menemui Arzoya terlebih dahulu. Arzoya masih butuh waktu untuk bersama mamanya. Gani tidak ingin mengganggunya. Gani memundurkan langkahnya untuk berjalan ke gerbang rumah Arzoya, namun karena Gani tidak memperhatikan sisi kanan dan kirinya, alhasil dia tidak sengaja menabrak kursi kayu yang berada di teras rumah Arzoya. Gani meringis. Langkahnya terhenti, dan menatap kursi yang tadi ditabraknya.

Sialan. Gani mengumpat saat melihat Arzoya menatapnya. Ketahuan deh.

"Ma, sebentar, aku ke sana dulu..." Arzoya melepaskan pelukannya dan berjalan menghampiri Gani.

Gani tersenyum polos begitu melihat Arzoya di depannya. "Hai..."

"Sejak kapan kamu di sini? Kok nggak bilang kalau udah sampai?"

"Eh... Aku baru aja sampai. Dan nggak sengaja lihat kamu sama... Eh tante..." Gani menganggukkan kepalanya begitu melihat mama Feni datang menghampirinya. Gani menjabat tangan mama Feni, bersalaman.

"Kamu yang namanya Gani ya?" Tanya mama Feni menebak. Tadi, ia mendengar nama itu disebutkan Desti.

"Iya tante. Nama saya Gani. Saya pacarnya Arzoya, mohon maaf, saya baru memperkenalkan diri ke tante. Dan mohon izin juga, jika saya dan Arzoya berpacaran."

Mama Feni terkekeh mendengar ucapan Gani. Manis sekali. "Lucu banget sih. Nggak papa, saya izinkan, asalkan Arzoya dijaga baik-baik."

"Siap tante, terima kasih banyak." Gani bingung harus apa lagi. "Ya sudah tante, kalau begitu saya permisi dulu..." Kini, Gani menatap Arzoya. "Zoya, aku pulang dulu ya..."

"Lho kok udah pamit aja? Kamu kan baru sampai sini." Mama Feni menatap penampilan Arzoya dan Gani yang tampak begitu rapi. Ternyata mereka sudah punya janji, namun kedatangannya mengacaukan rencana mereka. "Maafin mama ya Zoy, gara-gara mama, pacar kamu jadi mau pamit pulang. Gani... Maaf juga ya, Tante nggak bermaksud. Kalau kalian mau pergi jalan-jalan nggak papa..." Mama Feni menatap Arzoya sekali lagi. Dengan kedatangan Gani, mama Feni berharap, Arzoya dapat melupakan ucapannya tadi, yang dia akan pergi dari rumah ini. Semoga saja.

"Beneran tidak apa-apa, tante?"

"Bener. Nggak papa, Zoya udah nunggu kamu dari tadi. Dia udah dandan cantik begini, masa nggak jadi?"

Gani tertawa, ia kira mama Arzoya ini galak dan menyeramkan. Ternyata tidak. "Ya sudah tante..." Gani menatap Arzoya yang diam saja. "Jadi jalan-jalan enggak?"

"Jadi."

Gani menggandeng tangan Arzoya. "Kami pamit dulu ya tante, sebelum jam sembilan, Arzoya sudah saya antarkan pulang."

"Ya, nggak papa. Hati-hati."

Gani masih menggandeng tangan Arzoya untuk berjalan menuju gerbang rumah. Sepeda motor Gani masih terparkir di samping gerbang. "Pakai helm dulu." Gani memasangkan helm di kepala Arzoya. Setelah selesai, baru ia memakai helmnya untuk diri sendiri.

Di perjalanan, mereka hanya diam dengan pikiran masing-masing. Arzoya berpikir, apakah tadi Gani mendengar semuanya? Kalau iya, apakah Gani akan menjauhinya? Satu persatu, pikiran buruk muncul di otaknya. Berbeda dengan pikiran Gani. Kini, yang ia pikirkan hanya, bagaimana caranya membuat Arzoya bahagia.

Gani menghentikan motornya di halaman luas yang tersedia di sana. Hari ini, Gani kembali mengajak Zoya ke taman kota yang malam harinya bisa melihat kelap kelip lampu sisi kota yang indah. "Zoya, kita ke sini, nggak papa kan?" Tanya Gani khawatir, takut Arzoya tidak menikmati.

"Nggak papa. Aku cuma butuh refreshing otak, sebelum besok lomba olimpiade. Dan tempat ini menjadi tempat yang aku suka, karena aku ke sininya sama kamu."

Lintingan Rasa (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang