28. Pulang bersama

11 6 0
                                    

Arzoya merapikan rambutnya kembali sebelum keluar dari ruang ganti. Pemotretan sudah selesai dilakukan. Rasa bahagia yang tadi ia rasakan, kini langsung sirna. Lagi dan lagi, Arzoya ditinggalkan sendiri. Mama Feni meninggalkannya. Meskipun sedih, namun Arzoya tidak ingin menunjukkan di hadapan orang lain. Seperti sekarang ini, Arzoya tetap tersenyum ramah untuk menyapa orang-orang yang berada di Blinc Entertainment.

Arzoya terus berjalan menuju lobi. Dia menghubungi pak Agus untuk menjemputnya. Tatapan dan jari tangannya sibuk dengan ponsel, sampai tidak sengaja menabrak lengan seseorang. Arzoya segera mengalihkan tatapannya dan melihat siapa yang ia tabrak. Seorang laki-laki yang ia kira umurnya sudah dua puluhan. Wajahnya tampan, mungkin model juga. Dari gaya berpakaiannya sangat fashionable.

"Maaf, saya tidak sengaja." Ucap Arzoya menundukkan kepalanya, tidak enak. Saat mendongak, tidak ada reaksi apapun dari laki-laki di depannya.

"Nah pas sekali, kalian sudah bertemu di sini." Suara mbak Sari terdengar di belakangnya. Arzoya menoleh, mbak Sari kemudian berjalan ke arahnya. 

"Arzoya, tadi saya lupa mau ngasih tahu kamu, kalau hari ini, kamu akan saya kenalkan sama rekan model kamu. Kebetulan sekali... Saya itu punya saudara yang wajahnya ganteng banget. Dia masih kuliah, dan kebetulan banget anaknya mau diajak kerja sama. Nah ini dia anaknya udah dateng." Mbak Sari menatap saudara itu dengan jahil. "Faris, ayo diajak kenalan."

Faris—saudara mbak Sari itu mengulurkan tangan kanannya di hadapan Arzoya. "Kenalin, nama gue, Faris. Seperti yang tadi lo denger, gue saudaranya mbak Sari."

Arzoya menjabat tangan Faris lalu tersenyum untuk menyambut perkenalannya. "Saya Arzoya."

"Nggak usah pakai saya-sayaan. Pakai lo gue aja, biar akrab." Faris masih menatap Arzoya. "Soal permintaan maaf lo, gue terima." Faris membahas permintaan maaf Arzoya yang tidak sengaja menabrak lengannya.

Arzoya mengangguk paham. "Oke, terima kasih."

"Nah, karena Faris sudah datang, gimana kalau kita ngobrol-ngobrol dulu? Gimana Arzoya? Karena besok, kalian akan melakukan pemotretan bersama, kalian juga perlu pendekatan supaya besok hasilnya maksimal dan sesuai harapan."

Faris menatap Arzoya, begitupun mbak Sari. Mereka menunggu jawaban Arzoya. Namun, getaran di ponsel Arzoya, berhasil mengalihkan fokus perempuan itu. Arzoya izin untuk membuka pesan tersebut, kalau-kalau dari pak Agus yang tadi ia hubungi.

Gani:

Gimana pemotretannya? Lancar? Udah selesai belum? Gue baru mau pulang sekolah, mau dijemput nggak?

Arzoya tersenyum membaca pesan tersebut. Ternyata Gani mengingatnya bahwa hari ini dia tidak ke sekolah karena ada pemotretan. Arzoya sudah cerita kepada Gani tentang dirinya yang jadi model di Blinc Entertainment. Reaksi Arzoya yang tersenyum itu tak luput dari perhatian Faris maupun mbak Sari.

"Pesan dari pacarnya ya?" Mbak Sari kembali bersuara saat Arzoya memasukkan ponselnya di tas mininya.

"Bukan mbak." Arzoya menatap mbak Sari dan Faris. "Untuk tawaran mbak Sari yang tadi, saya bisa, tapi cuma sebentar, nggak apa-apa?"

"Nggak papa, kita duduk di taman samping aja. Udaranya sejuk."

Baik Arzoya maupun Faris mengikuti langkah mbak Sari menuju taman samping yang berada di Blinc Entertainment. Benar kata mbak Sari, di sana, udaranya sejuk. Tamannya pun indah, banyak bunga kertas dengan berbagai warna.

"Kalian ngobrol dulu, mbak ambilkan minum dan beberapa makanan ya?! Faris, temenin Arzoya dulu!" Mbak Sari pergi meninggalkan mereka berdua.

Beberapa menit tidak ada suara dari keduanya. Faris berdeham untuk meredakan kecanggungan yang ada. "Lo masih sekolah?" Tanya Faris untuk memulai percakapan.

Lintingan Rasa (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang