45. Akhir dari perjalanan

7 5 0
                                    

Arzoya melepaskan kacamatanya.  Tidak terasa, sudah tiga jam Arzoya menyelesaikan pekerjaannya di ruang tengah. Karena sangat haus, Arzoya mengambil air mineral yang berada di atas meja. Arzoya memutuskan untuk ke balkon apartemennya. Melihat pemandangan malam yang terlihat indah dari sana. Arzoya menikmatinya.

Sudah satu minggu Arzoya di sini. Dan satu minggu itu, ia disibukkan dengan pekerjaannya. Entahlah, Arzoya tidak punya waktu untuk bersenang-senang, bahkan rencana awal untuk fokus mencari mama Intan pun akhirnya tertunda. Selama satu minggu ini, Arzoya tidak pernah melihat Gani lagi. Baik itu di apartemen maupun di luar. Arzoya ingin tahu kabar Gani, namun sayang sekali, sudah lima tahun yang lalu, Arzoya mengganti nomor ponselnya dan tidak lagi memiliki nomor Gani. Dia memang seburuk itu. Dan Arzoya sangat menyesalinya.

"Kalau gue minta Bella, aneh nggak ya?" Arzoya bermonolog sendiri sembari menatap layar ponselnya. Segera saja, Arzoya menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin ia meminta nomornya Gani dari Bella. Arzoya malu.

"Apa gue DM aja? Ah nggak... Ini nggak bisa gue lakuin."

Arzoya frustrasi sendiri. Akhirnya ia memutuskan untuk duduk dan menikmati pemandangan yang berada di depannya. Setelah mengetahui bahwa perasaan Gani masih untuknya, ada rasa bahagia dan sedih tentunya. Bahagianya, Gani memang mencintai dirinya dengan tulus, bahkan setelah tahu siapa dan bagaimana ia ada di dunia ini. Lalu sedihnya, ia belum bisa memberikan yang terbaik untuk Gani. Bahkan, ia sudah menyakiti Gani selama lima tahun. Arzoya pasti akan selalu mengingatnya.

Sebenarnya, permasalahannya itu mudah. Namun rasanya jadi rumit. Arzoya sudah niat untuk melupakan Gani dan segala kenangannya, namun saat mengetahui, bahwa Gani tinggal di sebelahnya, lalu masih baik padanya, masih perhatian padanya, dan yang terakhir saat melihat album foto yang dibuat Gani dari dulu, itu menggoyahkan niat Arzoya untuk melupakan Gani dan menghapus semua perasaannya. Satu minggu ini, Arzoya merenung, kalau dirinya kalah. Ia masih sangat mencintai Gani, sama seperti lima tahun yang lalu.

Lamunan Arzoya harus terganggu dengan bunyi bel apartemennya. Siapa yang berkunjung? Arzoya segera melangkah mendekati pintu untuk segera membukanya. Namun, ia urungkan. Ia takut kalau-kalau orang jahat atau semacamnya yang datang. Mengingat lagi, ini sudah malam. Akhirnya, Arzoya hanya berdiri di depan pintu dengan perasaan gelisah. Tiba-tiba saja, ada notifikasi pesan masuk di ponselnya. Arzoya melihat sederet nomor asing di sana.

+6285560600766

Arzoya ini aku, Gani. Maaf ganggu malem-malem. Aku di depan pintu apartemen kamu

Kebetulan atau memang takdir? Gani menghubunginya terlebih dahulu. Padahal, tadi Arzoya sedang berpikir untuk meminta nomornya Gani kepada Bella. Saat Arzoya ingin bertemu dengan Gani, hari ini langsung dikabulkan. Gani berada di depan pintu apartemennya. Dengan senyuman, Arzoya membuka pintunya.

Benar, Gani yang datang. Arzoya menatap Gani, ia benar-benar merindukannya. "Iya, ada apa?"

"Maaf ganggu kamu. Aku ke sini cuma mau pamit, kalau besok pagi, aku berangkat ke Bali buat pertandingan voli. Seminggu ini, aku latihan terus dan tidurnya di asrama. Jadi, baru hari ini aku bisa ketemu kamu."

Terjawab sudah rasa penasarannya, kenapa ia tidak pernah melihat Gani. "Bali? Berapa lama?"

"Dua minggu mungkin."

Arzoya menatap Gani yang memakai pakaian santai. Kaos putih lengan pendek dipadukan dengan celana hitam panjang. Arzoya masih diam, tidak bersuara lagi. Karena ia bingung harus berkata apa.

"Aku tahu nggak ada hubungannya sama kamu, nggak penting juga. Tapi, aku cuma mau pamit." Kini, Gani membalas tatapan Arzoya. "Aku cuma pengen ketemu kamu, Zoy. Karena dua minggu, mungkin nggak akan lihat kamu." Gani tersenyum mendengar ucapannya sendiri. "Yaudah, kamu masuk lagi sana! Udah malem, harus istirahat." Gani semakin canggung. Apalagi, Arzoya hanya diam saja. "Aku pergi dulu. Maaf ganggu malem-malem." Gani membalikkan tubuhnya untuk melangkah ke unit apartemennya. Namun tarikan di kaosnya menyebabkan ia menghentikan langkahnya. Gani menatap tangan Arzoya yang masih menarik kaosnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lintingan Rasa (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang