38. Bicara dari hati

12 6 0
                                    

Gani menatap jam tangannya. Sudah lebih lima belas menit dari waktu yang ia tentukan. Orang yang ditunggunya belum datang juga. Gani kembali minum jus jambunya. Kalau lima menit lagi, belum datang juga, maka Gani memutuskan untuk pergi dari sana. Waktunya hanya terbuang sia-sia.

"Sori telat. Ada kecelakaan di jalan yang gue lewati, makanya macet banget."

Gani menatapnya sebentar, lalu mengangguk. Sedikit memaklumi. "Duduk Ras!" Raska lah orang yang sedari tadi Gani tunggu. Alasan Gani ingin bertemu Raska hari ini, tentu saja berhubungan dengan Arzoya. Sejak mengetahui kenyataan tentang Raska dan Arzoya beberapa hari yang lalu, Gani jadi sering overthinking. Dia tidak bisa seperti itu terus, maka dari itu, Gani mengajak Raska untuk bertemu di sini.

"Ini buat gue?" Raska bertanya perihal jus alpukat yang berada di depannya.

"Iya, buat lo. Beberapa kali saat di kantin, gue lihat lo minum itu. Jadi gue kira lo suka itu."

Raska terkekeh geli, bisa-bisanya Gani mengamati sedetail itu. "Ya, gue emang suka jus alpukat." Raska mulai meminumnya.

"Sama kayak Zoya, dia juga suka jus alpukat." Gani kembali berucap. Dia tidak tahu entah kebetulan atau bagaimana. Raska dan Arzoya sama-sama menyukai jus alpukat.

Raska tersedak minumannya, saat mendengar ucapan Gani.

"Gue nggak bermaksud." Gani sedikit tidak enak hati, apalagi wajah Raska sampai memerah.

Raska melambaikan tangannya, bahwa ia tidak apa-apa. "Gue cuma terkejut aja."

"Tapi tujuan gue minta lo dateng ke sini karena memang berkaitan sama Arzoya."

Raska menganggukkan kepalanya. Sebenarnya dia paham maksud Gani. Memangnya jika bukan tentang Arzoya, tentang siapa lagi?

"Lo nggak keberatan kan?" Tanya Gani, memastikan.

"Nggak. Santai aja. Jadi, bisa dimulai."

Gani menertawakan keadaan ini. "Aneh sih kita ketemu dan duduk berdua seperti ini, tapi gue butuh penjelasan dari elo Ras." Gani menatap Raska. Jika diamati lebih lama, Raska ini memang tampan. Tapi, dia lebih tampan. "Jika Arzoya dan Kinan sama-sama dalam keadaan bahaya, siapa dulu yang mau lo selametin?"

Raska mengerutkan keningnya, bingung. "Maksudnya?"

"Tinggal jawab aja. Lo milih siapa?"

"Ya jelas gue nyelametin Kinan, dia cewek gue. Dan lo nyelametin Arzoya, karena dia cewek lo."

"Di lokasi itu nggak ada gue. Hanya ada kalian bertiga."

"Gan... Lo cuma mau nanya itu ke gue? Serius?"

"Cuma, lo bilang? Bagi gue ini penting. Dan gue mau lo jujur." Gani menatap Raska dengan serius. "Jadi sekali lagi gue tanya, siapa yang bakalan lo selametin?"

Raska terdiam sebentar, lalu kembali berucap. "Kinan."

"Dan lo nggak jujur, Ras. Lo nggak berani natap mata gue." Gani kembali minum jus jambunya. "Tapi wajar lo bingung dan bimbang. Apalagi kalau itu beneran kejadian. Lo nggak mungkin lebih nyelametin Kinan dibandingkan Arzoya. Lo nggak akan mau kehilangan Arzoya demi orang yang udah ngancem elo dan buat lo pisah sama Arzoya."

"Gan, maksudnya?"

"Gue tahu Ras, gue tahu, apa yang lo alamin. Kinan kan orangnya? Kinan yang buat lo putusin Arzoya dan lo jadi pura-pura membenci dia? Lo diancem sama dia terkait bokap lo, benar?"

"Lo... Tahu dari mana?"

"Ada, yang bilang. Tapi, apa itu bener Ras?"

Raska menatap kanan dan kirinya. Dia tidak ingin pembicaraan ini ada yang mendengarnya.

Lintingan Rasa (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang