3. Atlet Sekolah

37 9 0
                                    

"Semangat! Jangan lemah! Pertandingan tinggal dua hari lagi. Tunjukkan kepada keluarga kalian, sekolah kalian, teman kalian. Kalau kalian bisa menjadi juara! Menjadi pemenang!" Seru coach Aldi bersemangat di depan anak didiknya yang ia latih.

Kejuaraan Nasional bola voli U-17 antar pelajar akan segera di mulai. Jakarta sebagai tuan rumahnya. Sudah satu bulan coach Aldi melatih atlet voli U-17 terbaik se-Jakarta. Para atlet ini adalah anak SMA. Namun tidak sembarang anak SMA yang dipilih, mereka sudah melalui seleksi ketat yang diikuti bulan lalu.

Setelah terpilih melalui seleksi, para atlet tinggal sementara di asrama supaya proses latihan bisa lebih terjadwal dan fokus. Dan tentu saja mereka diberikan dispensasi oleh sekolah, karena terpilih untuk mewakili kota Jakarta termasuk mengharumkan nama sekolah.

Setelah sesi pembukaan selesai, coach Aldi memanggil satu persatu para atlet untuk diabsen.

"Bintang, Tirtayuda?" Meskipun sudah satu bulan bertemu dan berinteraksi, ketika mengabsen, coach Aldi tidak lupa menyertakan asal sekolah.

"Hadir!" Jawab Bintang.

"Qiar, Cenderawasih?"

"Hadir!"

"Rehan, Negeri 45!

"Hadir!"

"Abas, Harapan Bangsa!

"Hadir!"

"Gani, Cakrawala"

"Hadir!"

Sagani Viskara. Lebih akrabnya dipanggil Gani. Atlet voli kebanggaan SMA Cakrawala. Sejak kecil Gani sudah aktif mengikuti turnamen antar daerah maupun sekolah dengan tim yang berbeda-beda. Pengalaman dari kecil itulah yang mampu mengantarkan Gani sampai di pertandingan kejuaraan nasional.

Dari SMA Cakrawala, hanya Gani sendiri yang terpilih. Sudah satu bulan ini, Gani tinggal di asrama, tanpa bertemu keluarga dan temannya. Dan dua hari lagi, pertandingan akan di mulai.

"Oke, latihan sesi pertama akan kita mulai." Ujar coach Aldi.

Para atlet langsung bersiap, sesuai dengan pembagian regu. Ada dua belas atlet yang terpilih. Dua belas atlet itu dibagi menjadi dua regu oleh coach Aldi. Regu pertama menjadi regu inti dan regu kedua menjadi regu cadangan. Regu inti menjadi lawan regu cadangan, begitupun sebaliknya.

Meskipun coach Aldi sudah memutuskan siapa saja yang masuk regu inti ataupun cadangan untuk pertandingan nanti, sewaktu-waktu coach Aldi bisa mengganti atau menukar atlet yang latihannya tidak serius. Karena coach Aldi mengharapkan juara pertama.

Coach Aldi akan memandu regu mana yang melakukan servis duluan. Penentuan ini dilakukan dengan cara melempar koin. Masing-masing regu diminta untuk memilih bagian koin, bagian depan atau belakang. Regu inti memilih bagian depan dan regu cadangan memilih bagian belakang. Koin sudah dilempar, dan ketika dibuka, bagian belakang yang berada di atas. Itu artinya, regu cadangan yang akan melakukan servis duluan.

Menit demi menit, poin demi poin, latihan terus berjalan. Skor saat ini adalah 18 untuk regu inti dan 13 untuk regu cadangan. Permainan dan taktik mereka hampir seimbang.

Hingga akhirnya coach Aldi meniup peluit, tanda berakhirnya latihan sesi pertama. Semua atlet diberi waktu untuk istirahat.

"Oke, boleh istirahat selama dua puluh menit. Bebas mau apa dan ke mana, asalkan nanti setelah dua puluh menit, kalian sudah kumpul lagi di sini! Paham?!" Coach Aldi bersuara di depan anak didiknya.

"Paham!!" Jawab mereka serempak.

Gani meninggalkan lapangan menuju mini market yang ada di dekat sana, kebetulan hari ini air minumnya sudah habis tak bersisa. Dia butuh air dingin.

"Gan! Tungguin gue!" Seru Abas menghampiri Gani sambil berlari. "Lo mau ke mana?" Sambungnya.

"Beli minum, punya gue udah habis." Jawab Gani seadanya.

"Ikut dong..."

Mereka berjalan bersama menuju mini market. Setelah membayar minuman dan beberapa makanan ringan, Gani dan Abas memutuskan duduk di depan kursi yang disediakan oleh mini market.

"Eh Bas? Setelah pertandingan selesai, jangan lupain gue lo! Walaupun sekolah kita jauh, sabi-lah kalau sesekali kita kumpul sama anak yang lain."

"Jelas lah kalau itu Gan. Kita udah bukan kayak temen lagi, tapi udah kayak saudara."

Gani terkekeh mendengarnya. Apa yang dikatakan Abas memang benar. Mereka sudah satu bulan berlatih bersama, tinggal di asrama yang sama, makan bersama, bahkan mandi juga ada yang bersama. Mereka sudah seperti saudara. Apalagi kepribadian mereka semua ini tipenya hampir sama, jadi setiap obrolan pasti seru

"Tapi gue kok males ya, balik lagi ke rutinitas sebelum di asrama. Kayak berangkat sekolah, ikut pelajaran... Ck, sesuatu yang gue nggak suka gitu. Tapi... gue juga kangen sama temen sekolah gue. Kalo lo gimana Gan?"

"Hahaha sama banget lah. Setiap pelajaran pertama sampai terakhir nggak ada yang gue dengerin."

"Lah, lo ternyata lebih gila dari gue, Gan."

"Ya menurut lo? Emang tampang gue kayak anak pinter?"

Abas menatap wajah Gani semakin dekat, sampai membuat Gani risih, dengan cepat, Gani menoyor kepala Abas. "Najis! Ngapain sih lihatin gue deket-deket." Abas tertawa ngakak mendengar gerutuan Gani.

Waktu bercanda mereka akhirnya sudah selesai. Istirahat sudah 20 menit. Waktunya mereka kembali ke lapangan untuk mengikuti latihan sesi kedua. Benar saja, sesampai di lapangan, semua temannya sudah pada kumpul. Tidak lama kemudian coach Aldi datang. Suara peluit langsung menyapa telinga mereka.

"Ada yang belum hadir di lapangan?" Tanya coach Aldi memastikan. Karena disiplin adalah nomor satu. Jadi kalau waktu istirahat yang ia berikan tidak digunakan sebaik-baiknya, pasti ada saja anak didiknya yang terlambat.

Semua atlet mengecek teman seperjuangannya, kalau dihitung harus ada dua belas. Dan pas! Ternyata ada dua belas, tandanya tidak ada yang terlambat.

"Tidak ada coach, semuanya sudah hadir!" Jawab Qiar.

Coach Aldi menganggukkan kepalanya. Sikap disiplin anak didiknya sudah bagus. "Oke sip! Kalau begitu siap-siap, untuk latihan sesi kedua. Tapi kali ini anggota regunya akan diacak, jadi tidak seperti tadi. Supaya rasa kebersamaaan dan kekeluargaan kalian tetap erat." Coach Aldi mengeluarkan sebuah stoples kecil, yang berisi gulungan kertas. "Urut ya?! Maju ke depan untuk mengambil gulungan kertas ini. Setelah ambil, boleh dibuka."

Satu persatu para atlet maju ke hadapan coach Aldi untuk mengambil gulungan kertas tersebut. Isi gulungan kertas itu hanya tulisan A atau B.

"Sudah dapat semua ya?!" coach Aldi kembali bersuara.

"Sudah coach." Jawab mereka serempak.

"Kalau sudah dibuka, yang mendapatkan huruf A bergabung dengan huruf A. Dan yang mendapatkan huruf B bergabung dengan huruf B. Regu untuk latihan di sesi dua adalah regu A dan regu B. Silakan bersama regunya masing-masing, kita bersiap untuk mulai latihan."

Para atlet bergabung bersama regunya masing-masing. Dan kali ini, Gani mendapatkan regu yang sama dengan Abas. Mereka ber-tos ria karena bahagia. Selama satu bulan ini mereka belum pernah satu regu, karena latihannya dengan regu inti dan regu cadangan. Gani masuk di line up regu inti dan Abas cadangan.

"Semangat bro!" Ucap Abas kepada Gani.

❤️❤️❤️❤️

Lintingan Rasa (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang