SEMUA TERKEJUT

36 5 4
                                    

Pertunjukan demi Pertunjukan musikal dilalui dengan baik. Tapi sejak hari itu, sikap Eunhye pada Maehwa menjadi dingin. Di tempat latihan maupun pementasan. Maehwa selalu pulang dengan wajah murung.

Hari ini ia memutuskan untuk tak kembali ke rumah. Malam setelah pertunjukan ke empat, ia duduk melamun di depan toserba. Tubuhnya lelah, bahkan makeup yang dikenakannya belum bersih sempurna.

"Maehwa?" Changsub menemuinya. Kali ini bukan tidak sengaja, tapi sengaja. Changsub melihatnya duduk didepan toserba ketika ia pulang kerumah dan berniat menemuinya.

"CEOnim" katanya lesu. Changsub membeli dua kaleng cola dingin dan duduk disamping Maehwa.

"kau pasti sedih" katanya. Maehwa diam saja. Changsub berada disana ketika Eunhye semarah itu.

"Aku hanya khawatir ia sakit, suaranya berbeda. mungkinkah dia lelah dan sebagainya." kata Maehwa. Changsub tersenyum. Maehwa berhati mulia.

"aku akan bicara padanya" kata Changsub.

"Tak perlu, CEOnim, aku juga khawatir kalian bertengkar. Aku takut kalian putus"

Changsub menghela nafas panjang mendengarnya. Benar, Maehwa salah paham. Dia berpikir sejenak untuk harus atau tidak meluruskan kesalahpahaman tentang hubungannya dengan Eunhye. Jika harus, untuk apa. Tapi jika tidak, bagaimana dengan ... 

"aku ..." kata Changsub ragu. "aku sudah mengatakannya berulang kali, aku tak punya hubungan apapun dengan Eunhye"

Maehwa tersenyum sinis, sungguh bukan informasi yang harus ia dengar berulang kali tapi ia yakin melihat dengan mata dan kepalanya sendiri kalau mereka berciuman dengan sehebat itu. Bukan tak mungkin juga tidur bersama. Terlebih mereka selebriti.

"Kalian berciuman, aku tak sengaja melihatnya." kata Maehwa "itu bukan urusanku. tapi bukankah, seorang pria dan wanita yang melakukan hubungan fisik seharusnya saling mencintai?. Atau memang kau terbiasa dengan perlakuan sepihakmu seperti apa yang kau lakukan padaku, CEOnim?"

Changsub diam seribu bahasa.

"maafkan aku Maehwa" kata Changsub. Maehwa tersenyum.

"Sejak kematian ayahku. Aku hanya tinggal dengan Eommaku. Dia selalu mendukung apapun yang kuinginkan, tapi juga menjadi orang yang sangat konservatif untuk urusan asmara. Ia hanya ingin aku menjadi gadis baik-baik yang tak terlibat dengan urusan duniawi yang gemerlap itu sekalipun aku ingin menjadi bintang." Kata Maehwa. Changsub menyimaknya dengan seksama. "Aku memutuskan untuk tak berpacaran, belum pernah jatuh cinta, dan melakukan hal yang belum semestinya kulakukan karena selalu teringat semua perkataan Eomma. Ia ingin aku selalu mengingat Tuhan." Maehwa memperhatikan tato besar di lengan kanan Changsub.

"Maehwaya ..." Changsub menghela nafas. kali ini ia benar-benar tertampar. Ia merasa bersalah. Sekarang ia memahami kenapa Maehwa sangat marah ketika ia tiba-tiba menciumnya.

"maafkan aku CEOnim. Sedari awal seharusnya aku tak terlibat. Aku mungkin tak mengenal Nona Kim dengan baik." Kata Maehwa bangkit. "Aku mau pulang" katanya.

"Aku akan mengantarmu" kata Changsub. Kali ini, Maehwa terlalu lelah untuk menolak. Ia mengangguk saja. Menunjukan kemana mobil Changsub harus lewat untuk bisa menuju rumahnya dan memang jalan itu sedikit memutar.

Dalam perjalanan, Maehwa diam saja.

"Kau tau, aku juga hanya tinggal bersama Eommaku dan adik perempuanku" Kata Changsub

"Appa ..."

"Kita tak akan membicarakannya,"

"ah, maafkan aku" kata Maehwa pelan.

BITTER SWEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang