MAAF KARENA MENCIUMMU

29 4 7
                                    

Air mata Maehwa menetes. Ia sangat terharu, ia bisa menyelesaikan penampilannya sebagai pemeran utama dalam debut musikalnya.Setelah melakukan sedikit selebrasi bersama pemain dan staff, Maehwa bergegas ke ruang ganti dan membereskan barang-barangnya untuk bisa segera pulang dan memberi tahu Eomma. Changsub masuk ke dalam ruangan.

"Maehwa" Katanya lembut. Maehwa berbalik dan menatap Changsub sambil menangis "Kerja bagus". Maehwa bergerak menghampiri Changsub.

"Bolehkah aku memeluk CEO nim?" tanya Maehwa sopan. Changsub tersenyum dan mengangguk.

"Kemari" Kata Changsub hangat. Maehwa tak bisa menyembunyikan lagi perasaannya bahagianya.

"gomawo" Katanya dalam pelukan Changsub. Changsub mengusap punggungnya lembut.

"kau melakukannya dengan baik. Kau akan bersinar setelah ini." Changsub mengusap air mata Maehwa. "Ayo pulang, aku antar ya. kau harus istirahat. Masih ada pementasan lain menunggumu." Maehwa tak bisa berkata-kata selain mengangguk. "Aku bereskan dulu bebeapa barangku" Kata Changsub.

***

Eunhye keluar dari ruang pertunjukan dengan masker basah. Air matanya sudah deras sejak awal pementasan. Sungjae berkali-kali mengajaknya keluar ruangan tapi Eunhye menolak.

"Aku akan menunggunya di depan" kata eunhye. Sungjae hanya mengikutinya menuju jalanan.

Sampai di luar gedung kondisinya kondusif dan sudah tak begitu ramai. Eunhye melihat Changsub masuk ke mobilnya, Ia berencana menghadangnya disini saja saat mobil Changsub melintas. Ia hanya ingin memberikan kejutan dan mengucapkan selamat atas pementasan Changsub. Tapi sayang, saat mobil Changsub melintas, tak hanya Changsub yang ada didalam mobil. Maehwa disana. Mereka tampak gembira dan tak melihat Eunhye dan Sungjae ada di pinggir jalan.

Eunhye membalikan tubuhnya supaya Changsub tak melihat. Entah bagaimana perasaannya saat itu. Ia sedih dan juga marah. Ia semakin cemburu. Tapi tetap saja, Eunhye bukan siapa-siapa bagi Changsub.

"Ayo, kuantar kau pulang" Sungjae menariknya menjauh dari jalanan.

***

Changsub mengendarai mobilnya dengan tenang. Ia melihat wajah Maehwa berseri-seri disampingnya.

"Aku tak merepotkanmu, kan? CEOnim?" Tanya Maehwa. Changsub terkekeh.

"Tentu saja tidak, kita searah bukan?" Kata Changsub. "Kerja bagus Maehwa". Entah kali keberapa Changsub mengatakan itu pada Maehwa. Tentu saja ia sangat senang mendengar CEO itu memujinya.

"CEOnim ..." Kata Maehwa ragu.

"Huum?" Changsub fokus ke Jalanan. Maehwa memperhatikan sejenak CEO Changsub dari samping. Ternyata benar, Ia begitu tampan dengan garis wajah jelas dan pipi yang seperti bakpau. "Ada apa?" Tanya Changsub menangkap tatapan mata Maehwa.

"ah .. itu .. tidak jadi" Kata Maehwa. Changsub melirik tajam. Andai Maehwa tau hal yang paling dibencinya adalah perkataan yang tak selesai. Ia menepikan mobilnya dan berhenti di bahu jalan.

Changsub menatap Maehwa dengan serius dan mencondongkan tubuhnya. Mata Maehwa terbelalak dan mundur perlahan. Changsub tak melepaskan matanya dari Maehwa.

"C .. CEO ... nim" Suara Maehwa bergetar takut. Jantungnya berdegub kencang.

"kau tau ada dua hal yang paling tak kusukai didunia ini?" Kata Changsub pelan. "Pertama, kalimat yang tak selesai" Changsub makin dekat. "Kedua ..." Changsub diam, Kini mata Mereka bertemu. Changsub melebarkan tangannya dan mengambil sesuatu dibelakang telinga Maehwa "... orang yang lupa pakai sabuk pengaman". Changsub menarik sabuk pengaman dan memasangkannya pada tubuh Maehwa. Lalu kembali mengemudi.

Entah apa yang ada di kepala Maehwa barusan. Jantungnya hampir berpindah tempat. Bukan tanpa alasan, tadi diatas pentas, ia merasakan lagi ciuman  Changsub yang pernah datang dimimpinya. Changsub mencuri ciuman pertamanya, menciumnya di dalam mimpi dan menciumnya di atas panggung. Mata Changsub saja bisa membuat Maehwa gila.

"Selesaikan pertanyaanmu" Perintah Changsub mencairkan suasana.

"ada bagian pementasan yang tak kukuasai, aku minta maaf merepotkan CEOnim yang harus mengeluarkan banyak adlib tadi" Kata Maehwa.

"Kau mau berlatih khusus bersamaku?" Tanya Changsub. Maehwa ragu. Tapi sebetulnya ia membutuhkan arahan.

"aku ..." Maehwa ragu

"datanglah besok ke rumahku" kata Changsub singkat.

Maehwa diam, ia tak menjawab dan termenung. Ia benar-benar khawatir ada yang salah paham walau Changsub meyakinkannya berkali-kali kalau tak akan ada yang salah paham siapapun itu.

"Maehwa" panggil Changsub membuyarkan lamunan Maehwa.

"ya?"

"maaf karena mencium dan memelukmu di atas panggung tadi"

"kenapa CEOnim meminta maaf?"

"aku hanya merasa tak enak .." Changsub tersenyum melirik Maehwa, ia ingat bagaiamana Maehwa marah waktu itu.

"CEOnim, menciumku rasanya tak enak?" Tanya Maehwa salah paham

"ah bukan .. bukan begitu." Changsub mengoreksinya "maksudku, aku takut kau marah"

"jadi tadi kau memikirkan hal lain dan menikmati ciumanmu?" Tanya Maehwa makin salah paham.

"tidak maehwa ..."

"kau tak menikmatinya?"

"maehwa yaaaaa ..." Changsub frustasi. Maehwa tergelak kencang. Changsub menatapnya sebal. "kau mengerjaiku? aayyysh ..."

"CEOnim, kenapa minta maaf? itu sudah pekerjaanmu dan pekerjaanku." Kata Maehwa diantara gelak tawanya. Changsub terkekeh. Ini pertama kalinya melihat Maehwa terbahak seperti itu.

Mereka sampai di depan rumah Maehwa.

"CEOnim, terima kasih" Kata Maehwa. Changsub menuliskan sesuatu pada selembar kertas.

"Nomor ponselku. Kau bisa berlatih dengan datang kerumahku besok. Jadi tak perlu datang ke pusat latihan. Hubungi saja aku, biar aku menjemputmu" Kata Changsub. Maehwa menerimanya dan menundukkan kepala.

"sampaikan salam dan terima kasihku pada Sungjae Oppa." Tambah Maehwa

"Aiiish, kau bilang saja sendiri pada Oppamu itu"

Changsub berlalu. Maehwa diam sebentar menatap selembar kertas di tangannya dan masuk ke dalam rumah. Eomma sudah menunggunya.

***

Dibalik kemudi sebuah mobil, seseorang memperhatikan ...


BITTER SWEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang