Changsub duduk didepan perapian kecil yang hangat. Ia baru saja bangun tidur. Udara London masih sangat dingin pagi setelah perayaan tahun baru.
"Kau merokok Changsubie?" Tanya Aboji. Changsub mengambil sepuntung dan kedua laki-laki itu menikmatinya. "Aku tak akan membiarkan kau menyakiti putriku lagi" Katanya terkekeh. Changsub mengangguk.
"Maafkan aku terlambat datang padamu, Aboji. Harusnya aku benar-benar tak membiarkannya pulang ke London" Changsub menatapnya "Pengobatan Eunhye sudah selesai, kan?" Aboji melirik.
"Dia sudah tak sakit. Nodul pita suaranya membaik dan sembuh saat pulang ke London. Saat tiba, yang sakit adalah hatinya. Putriku patah hati sekali"
Changsub merasa tak enak. Jadi selama ini Eunhye membohongi semua orang agar bisa pulang ke London. Itu semua karena Changsub.
Eunhye memeluk Changsub dari belakang. Aboji melotot tajam.
"Lihat, bukankah harusnya aku yang dipeluknya?" kata Aboji. Eunhye dan Changsub terkekeh.
"Kau akan ikut pulang bersamaku" Kata Changsub. Eunhye menggeleng.
"Aku sudah tak punya tempat tinggal disana" katanya.
"Eunhye. Rumahku sangat luas ... menampung hanya satu Eunhye tak akan membebaniku. Aku akan sangat bahagia" kata Changsub. Eunhye tersenyum kecil
"Kau harus minta ijin appaku" katanya mengeratkan pelukan. Changsub melirik aboji. Aboji menghembuskan kepulan asap rokok ke udara.
"pastikan dia tak sakit lagi atau aku akan membunuhmu dengan kapak besar itu" Aboji menunjuk sebuah kapak pemotong kayu di sudut ruangan. Mereka hanya terbahak bersama. Sungjae mendengarkan mereka semua sambil makan dan membanti Eomma Eunhye di dapur.
***
Korea Hari ini.
"Dimana aku harus meletakkan pakaian-pakaianku?" Tanya Eunhye begitu mereka tiba di rumah Changsub hari itu. Changsub tak mendengarkan ia menarik lengan Eunhye, menggendong tubuh Eunhye dan membawanya ke tempat tidur. Changsub mencumbunya dengan penuh gairah. Ciuman kerinduan itu akhirnya ia lepaskan pada Eunhye. Changsub seolah tak mau berhenti menciumi wanita yang berhasil ia bawa pulang itu. Ia tak punya banyak kesempatan saat di London karena mereka tinggal dirumah orang tua Eunhye yang nyaman tapi tak begitu luas. "Oppa tidak lelah?, kita baru saja sampai, aku lapaaaar" Kata Eunhye dengan nada manja. Changsub tak menjawab. Ia hanya menatap wanita itu dengan sangat lembut dan hangat sambil mengusap pipinya. "berhenti menatapku seperti itu, aku tak terbiasa".
"kau harus terbiasa, aku masih tak percaya ternyata aku sebodoh itu tak pernah melihatmu seperti ini. Eunhyeku begitu cantik" Kata Changsub membelai wajah Eunhye.
"itu gombal sekali, kau tak pernah mengatakan hal semacam itu padaku kecuali saat kau ingin mencumbuku dimasa lalu"
"akan kukatakan setiap hari mulai hari ini" Kata Changsub menatapnya penuh cinta. eunhye tersipu malu.
"oppa mencintaiku?" tanya Eunhye. Changsub mengangguk.
"aku sangat mencintai Eunhye"
"katakan lagi"
"Saranghaer Eunhyeya"
"katakan itu setiap hari" Eunhye mengusap halus wajah Changsub dan mereka berciuman dengan mesra.
Cerita cinta itu sudah dimulai, tapi tak ada yang menyadarinya. Cinta itu Pahit dan Manis dalam waktu yang bersamaan. Harus ada yang tersakiti, Harus ada yang berkorban, Harus ada yang menyesal dan harus ada yang disadarkan.
Maehwa bagi Changsub ternyata bukan jahe sangat hangat yang bisa membuat Changsub terpenuhi. Maehwa hanya mekar pada musim tertentu seperti sakura. Memberikan keindahan yang sementara.
Eunhyelah orangnya, Eunhye lah yang akhirnya berhasil mengeluarkan Changsub dari keterpurukam dan Eunhyelah akhirnya bisa mengisi kekosongan itu selama ini.
***
Pagi itu ia merasakan mual luar biasa, sudah dua minggu terakhir tubuhnya terasa tak enak. Hari ini ia harus memastikan.
Ia menunggu sebentar ...
... dua garis merah muncul samar. Matanya terbelalak ...
"aku, hamil?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BITTER SWEET
Hayran KurguChangsub menatap nanar gelas kopi dinginnya. Setelah Camelia, belum ada satupun perempuan yang mampu mencairkan hatinya. Bahkan tidak dengan Yuri. Setelah pernikahan Eunkwang, ia hanya ingin berfokus pada karirnya. Persetan dengan ucapan orang dilu...