MAEHWA DAN CHANGSUB

59 4 4
                                    

Maehwa masih merasa tak enak atas kejadian lalu. Biar bagaimanapun ia punya alasan untuk melakukan itu. Ia bahkan tak mengenal pria bodoh yang tiba-tiba menciumnya itu.

"Laki-laki mesum!" Katanya menyantap sepotong sandwich di sisi sungai yang aliran airnya tak deras itu.

Maehwa seorang siswi di sebuah sekolah musik baru di korea. Ia yang sudah berusia 24 tahun itu memilih untuk melanjutkan sekolah musik daripada melanjutkan sekolah pasca sarjananya. Ia memiliki impian menjadi seoranh aktris musikal terkenal dan sekolah yang ia tuju menawarkan itu semua. Ia pun aktif sebagai seorang pemain piano.

Bakat bermusiknya turun dari mendiang ayahnya yang seorang penyanyi trot terkenal di masanya. Setelah ayahnya meninggal beberapa tahun silam. Maehwa memutuskan untuk tak melanjutkan sekolah pascasarjana dan bekerja menjadi seorang pemain piano jalanan agar eommanya bisa tetap punya uang.

Walaupun uang peninggalan appanya masih ada, ia tak mau menggunakan uang itu untuk berfoya-foya. Ia bekerja setelah lulus sekolah sambil terus mengasah bakatnya bernyanyi dan bermusik di tempat umum.

Setelah ia cukup mengumpulkan uang, ia sangat ingin menekuni kembali bakatnya di sekolah musik dan ia memilih sekolah musik baru di kota tempatnya tinggal.

Changgo, sekolah musik milik salah satu idol KPOP kenamaan di Korea Selatan Lee Changsub. Maehwa sering mendengar nama itu tapi ia tak peduli. Tujuannya sekolah bukan untuk mencari tau siapa orang dibelakang berdirinya tempat itu, tapi di usianya, Changgo bisa menerimanya dengan harga terjangkau karena masih baru.

Seperti dugaannya, Changgo berisi orang-orang berbakat. Seleksi untuk bisa masuk sekolah musik itu sangat ketat. Guru musik dan alat sekolah adalah orang-orang pilihan. Tentu saja ia menyukainya.

Ia akan pergi dengan gembira dan pulang dengan segudang cerita yang bisa ia bagikan pada Eommanya. Walau usianya sudah tak lagi muda, ia tau ia punya kesempatan untuk bisa menunjukan kemampuannya.

Tapi kali ini berbeda. Maehwa bahkan enggan pergi ke Sekolah dan memilih untuk berdiam di tepian sungai menikmati harinya yang terasa buruk sejak beberapa hari lalu.

"Kenapa tak datang ke sekolah?" Sebuah suara mengagetkan Maehwa. Chansub berdiri tepat disampingnya. Maehwa terkejut bukan main.

Ia membereskan makanannya dan berdiri hendak pergi.

"Aku pergi" kata singkat tanpa melihat ke arah Changsub. Ketika berjalan melewati Changsub, Changsub menarik tas ransel yang Maehwa kenakan. "Aaaa .. waeeeee???!!". Changsub hanya menatapnya tajam.

"Duduklah, aku ingin bicara" kata Changsub melepaskan cengkramannya dari ransel Maehwa.

Entah harus bagaimana. Maehwa melihat - lihat sekeliling khawatir ada yang memperhatikan. Terlebih Karena Changsub orang besar. Walau enggan, akhirnya ia duduk di samping Changsub dan membuang muka. Entah apa yang akan dikatakan lelaki yang menurutnya mesum itu.

Mereka berdua diam cukup lama. Changsub mengambil beberapa kerikil kecil dan melemparkannya ke arah sungai. Setelah cukup dan batunya habis, Changsub membuka mulutnya.

"Maafkan aku, nona" katanya pelan. Maehwa diam saja.

'Tentu saja ia harus minta maaf padaku' Maehwa diam saja tapi hatinya bergemuruh karena marah. Ia berani mengangkat wajahnya dan menatap Changsub dengan tajam.

Changsub mengenakan setelan kaus berwarna putih dengan celana jeans pudar. Kulitnya seputih susu, lengannya bertato dengan ukuran besar, rambut coklatnya tersisir rapi, bola matanya coklat terang. Ia begitu tampan. Pipi Maehwa bersemu merah, ia segera mengalihkan pandangannya ke arah lain.

3 hari lalu Maehwa sedang berada di pusat latihan teater untuk sekedar mempraktekan pelajaran yang ia dapatkan dikelas acting. Hari itu sudah petang. Tak banyak murid tersisa disana, ia mengambil sebuah naskah dan memainkan sebuah peran. Menari dan bernyanyi. Lagu yang ia bawakan diciptakan seorang guru vocal di sekolah tersebut. Liriknya menyayat hati. Maehwa hanya melantunkannya dengan penuh penghayatan. Lagu itu dinyanyikan secara duet seharusnya. Tapi karena Maehwa sendirian. Ia hanya malakukannya sendirian.

Betapa terkejutnya Maehwa ketika sebuah suara melantunkan bait untuk nada bariton. Suaranya begitu jernih. Maehwa menoleh cepat dan melihat Changsub disana.

'Kenapa ia ada disini?, kapan ia masuk?' Maehwa mundur beberapa langkah sementara Changsub terus bernyanyi mendekatinya. Maehwa tercengang antara terkejut dan terpukau atas kehadiran Changsub. Tapi ada yang aneh. Sorot mata Changsub begitu tajam. Maehwa berusaha untuk menyelaraskan penampilan mereka dan ia berhasil. Sampai tiba di ujung lagi, Changsub semakin dekat dan tiba-tiba menarik Maehwa dan mencium bibirnya dengan paksa.

Maehwa yang terkejut berontak dan menampar Changsub dengan keras. Jantungnya berdegub kencang dan ia menutup mulutnya dengan kedua tangan.

Wajah Changsub memerah. Pipinya panas. Ia memegangi wajahnya dengan tangan dan menatap tajam ke arah Maehwa.

"Aku ..." Changsub tergagap. Air mata Maehwa mengalir. Ia merasa sangat dilecehkan. Ia berlari mengambil barang-barangnya dan keluar dari ruangan itu dengan segera. Meninggalkan Changsub disana.

Changsub mengambil sebuah buku partitur milik Maehwa yang terjatuh karena Maehwa terburu-buru pergi.

"Maehwa" katanya pelan.

***

BITTER SWEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang