CHANGSUB SAKIT

31 5 13
                                    

Sudah tiga bulan berlalu. Hubungan Changsub dan Maehwa masih baik-baik saja walau akhir-akhir ini Maehwa semakin sibuk. Hari itu, Telepon dan pesan Maehwa tak dibalas oleh Changsub. Ia sangat Khawatir dan bergegas pulang untuk pergi menemui Changsub.

Maehwa diberi akses untuk datang kerumah itu kapan saja. Ia masuk dan kondisi rumah sangat gelap.

"Changsub oppa?" Panggil Maehwa. Tak ada jawaban. Ia menyalakan lampu. Tak ada orang. "Oppa?" katanya berkeliling rumah dan masuk ke kamar Changsub. Ia melihat Changsub meringkuk di tempat tidur. "Oppa?!!" Pekik Maehwa.

Wajah Changsub pucat dengan suhu yang sangat tinggi. Ia hampir tak sadarkan diri dan sedikit mengigau. Maehwa menelepon Sungjae untuk datang ke rumah Changsun dan mengantarnya ke rumah sakit.

Maehwa melepas mantelnya dan mengompres tubuh Changsub agar demamnya turun. Changsub sangat lemah, Ia hanya memejamkan mata dan mengigau.

"Eunhye?" katanya membuka sedikit mata. Maehwa duduk disampingnya. Ia memegang tangan Changsub dan mengarahkan pada wajahnya.

"Oppa, ini aku Maehwa" Changsub tak menjawab. Hanya memejamkan mata.

Tak lama berselang, Sungjae datang bersama Peniel dan Minhyuk.

"Maehwa?" Panggil Minhyuk.

"Minhyuk Oppa" katanya ramah.

"Ada apa?" tanya Minhyuk.

"Aku panik oppa, Changsub oppa demam sangat tinggi dan mengigau, kurasa aku butuh bantuan oppa untuk membawanya ke rumah sakit. Aku sudah mengompresnya."

"ada dimana dia?" Mereka semua menuju kamar Changsub dan melihat Changsub terbaring lemah dengan kening terkompres. Minhyuk mendekatinya.

"Changsubi?" ia melepaskan kompres dikening Changsub dan memegangnya. Demamnya memang sangat tinggi.

"Eunhye" Changsub mengigau lagi. Minhyuk, Peniel dan Sungjae menatap Maehwa. "Eunhye ya, jangan tinggalkan aku". Mereka semua diam. Maehwa tak tahan lagi dan keluar dari ruangan. Sungjae, Peniel dan Minhyuk menyusulnya.

Mereka duduk diruang tamu. Maehwa mulai terisak. Sungjae mengusap halus punggung Maehwa.

"Sejak kapan ia seperti ini, Maehwa?" tanya Minhyuk. Maehwa menatapnya.

"Sejak hari itu Oppa. Hari dimana Eunhye memutuskan untuk pergi ke London"

"Dia sering membicarakan ini?, Maksudku apa saja yang dia bicarakan?" tanya Peniel.

"Changsub oppa menyayangiku, hubunganku dan oppa baik-baik saja. Kami sama seperti orang berpacaran lainnya. Menonton film bersama, makan malam bersama, berciuman, melakukan hubungan intim dan sebagainya. Tapi aku tak pernah bisa mengisi kekosongan hatinya, penyesalan dan kekosongannya, oppa" Air mata Maehwa sudah melebar kemana-mana.

"Maehwa ..."

"Eunhye selalu ada, dia bilang tak mengapa dia membicarakan Eunhye, karena pada akhirnya Eunhye akan terlupakan dan hilang. Ia tak akan menoleh lagi dan tak akan mengingat apapun tentangnya. Tapi Changsub oppa kesepian ..." Maehwa menutup wajahnya dengan kedua mata, tangisan Maehwa terasa sangat perih dan menyayat hati. "Setiap hari Oppa adalah Eunhye, Setiap makanan yang dimakan oppa adalah Eunhye, setiap film yang kami tonton adalah genre kesukaan Eunhye. Bahkan Eunhye ada dalam sekotak strawberry yang kubawakan. Kukira itu buah kesukaannya, ternyata itu buah kesukaan Eunhye." Tangisan Maehwa semakin kencang, Akhirnya ia tak tahan lagi dan meluapkan semuanya. "Aku marah dan kesal, tapi oppa bilang aku tak boleh marah, aku tak boleh kesal karena itu tak berarti apa-apa. Eunhye hanya singgah dan tak akan pernah ada untuknya. Tapi lihat siapa yang hanya singgah sekarang oppa?, Bukankah itu aku?." Tanya Maehwa.

Mereka bertiga tak bereaksi, hanya menatap Maehwa dengan sedih.

"Hatiku sakit sekali oppa, tapi kata Changsub Oppa aku tak boleh sakit hati." Ia tergugu. "aku sering bertanya apakah dia mencintaiku?, dia tak pernah menjawabnya, ia hanya mengalihkan pembicaraan dan pertanyaan itu akan terlupakan." Maehwa menatap Sungjae "apakah ia mencintaiku?" Tanya Maehwa. Sungjae tak bisa menjawabnya. Ia hanya menghapus air mata Maehwa dan memeluknya.

"kenapa kau menahannya selama ini?, kau mencintainya kan?" Tanya Sungjae. Maehwa mengangguk. "Sampai kapan terus bertahan dengan rasa sakit? Bertahan jika kau kuat, Berlarilah jika hatimu semakin sakit." Sekali lagi Maehwa menangis pilu dipelukan Sungjae. Peniel dan Minhyuk hanya bisa menatapnya dengan sedih.

***

Changsub mengerjap, Aroma obat dan sinar matahari pagi menyilaukannya, terdengar sayup suara burung berkicau pagi itu. Ia membuka matanya pelan-pelan dan mencoba mencerna keadaan di sekitarnya.

tangannya terinfus, tubuhnya terasa sangat lemah dan perutnya sakit seperti ada bekas sayatan. Ia melihat Eommanya duduk disampingnya.

"Eomma?" Panggil Changsub pelan.

"ah kau sudah bangun?" Eomma tampak senang.

"dimana aku?"

"sebentar kupanggilkan dokter ..."

***

London di akhir bulan desember.

"Kakung" Sungjae muncul di hadapan Eunhye tiba-tiba. Eunhye meninju lengan sungjae pelan.

"Tak bisakah kau memberitahuku dulu kalau mau kesini? Aku jadi bolos kerja" Katanya sebal. Sungjae menarik topi rajut Eunhya sampai menutupi matanya.

Hari itu setelah natal, Sungjae berangkat ke London untuk menemui Eunhye. Mereka tetap berkomunikasi. Sungjae bilang ia ingin menghabiskan waktu tahun baru di London. Ia memeluk Eunhye dengan hangat.

"aku merindukan Eunhye" katanya.

"aku tidak, aku senang disini karena bisa selalu bertemu Ilhoon oppa dan Deiji Eonni." Sungjae tersenyum saja.

"Tapi kau harus pulang ke korea, seseorang lebih merindukanmu" katanya

"siapa?"

"Changsub Hyung!" kata Sungjae singkat. Air wajah Eunhye berubah. Sudah lama tak mendengar nama itu.

"Jangan bicara tentangnya di hadapanku" kata Eunhye sebal.

"Kau sudah dapat apa yang kau butuhkan?" Tanya Sungjae. Eunhye tak mengerti. Sungjae tersenyum pada orang dibelakangnya. Eunhye berbalik.

"Changsub o .. ppa" katanya pelan.

"Jika kau tak mau pulang ke korea, Maka ia yang akan datang kesini mengejarmu" Sungjae menepuk pundak Eunhye dengan lembut. Eunhye diam saja. Ia tak percaya dengan apa yang ada di hadapannya.

Changsub disana, kedinginan diantara guyuran salju dengan mantel coklat tebalnya.

***

BITTER SWEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang