Hopeless Love

4.3K 132 0
                                    

Kamu memilihnya

Apa yang bisa aku perjuangkan lagi?

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~




























Shania Gracia

Gadis periang dengan senyuman manisnya yang selalu menggemaskan itu kini tak lagi sama.

Ia tak lagi ceria, tak lagi menyebarkan virus bahagia kepada orang-orang disekitarnya.

Penggemarnya, adik-adiknya kehilangan senyum sejuta warna Gracia.

Mereka lebih sering melihat Gracia terdiam dan termenung pada sela-sela kegiatan JKT48.

Senyuman yang ia pancarkan terasa hambar dan terpaksa.

Hal itu menarik perhatian publik dan mempertanyakan apa yang sudah terjadi pada bayi ini.

Hingga pada akhirnya seorang ex-member sekaligus sahabat dekatnya datang menemuinya untuk mengajaknya hangout bersama selagi Gracia libur.

"Dimakan Gre makanannya jangan cuma diaduk-aduk begitu." Ucap Gadis itu padanya.

"Eh iya Nin."

Gracia pun menyantap makanannya sedikit tanpa selera.

"Gre..kamu kenapa?? Udah sebulan ini kamu keliatan murung aja. Kamu gak sadar orang-orang merasa kamu berubah pendiam?" Tanya Anin sambil memegang telapak tangan Gracia.

"Gapapa Nin..aku cuma lagi capek aja." Jawab Gracia dengan menundukkan wajahnya.

"Hufftt kamu mah gitu Gre..kalau sama ci Shani aja kamu bisa berbagi cerita." Gerutu Anin dengan wajah cemberutnya.

Mendengar itu, tiba-tiba saja Gracia menghentikan kegiatan mengunyahnya.

Anin menyadari perubahan raut Gracia saat terdengar helaan nafas gadis itu.

Gracia terdiam dengan tatapan kosong, kedua tangannya mengepal keras menggenggam sendok dan garpu hingga buku-buku jarinya memutih.

Anin bergegas berpindah dari tempat duduknya dan duduk disisi Gracia lalu merangkulnya.

"Hei hei.. what's wrong?? Aku salah bicarakah?? Maafin aku ya.." ucapnya saat ia melihat Gracia meneteskan airmata.

Gracia hanya menggelengkan kepalanya lalu memeluk Anin dan menumpahkan tangisnya.

Sekarang Anin mengerti, walaupun Gracia tak mengatakan apapun.

Gracia merindukan Shaninya.

Sahabat yang diam-diam dicintai oleh Gracia.

Shani yang sudah lulus dari JKT48 setahun lamanya itu.

Shani yang sudah menetapkan hatinya untuk memilih seorang pria yang dicintainya untuk mendampingi hidupnya.

Ia jadi teringat pada percakapannya bulan lalu dengan Shani saat Shani menemuinya untuk mengantar undangan pertunangan ia dan kekasihnya.

"Are you serious about this?" Tanya Anin menatap nanar undangan ditangannya.

"Iya Nin..serius. Aku bakalan nikah enam bulan setelah pertunangan ini." Jawab Shani seraya tersenyum padanya dengan bahagia.

"How about her? She loves you,Shani." Gumamnya lirih tak terdengar oleh Shani.

Ia hanya bisa menatap sendu wajah Shani.

Shani tak pernah tahu, Gracia mencintainya.

Tapi Anin tahu segalanya tentang mereka.

Bagaimana Gracia sangat bergantung pada Cici kesayangannya itu.

Bagaimana mereka berdua selalu saling menyemangati.

Bagaimana cara mereka saling berbagi kasih sayang walau Shani hanya menganggap Gracia adiknya.

Gracia tetap mencintainya diam-diam.


.


.


.


.

.

.


"Gre..."

Anin menatap sahabatnya itu sendu saat ia melihat Gracia datang ke acara pertunangan Shani dengan seorang pria tampan bernama Alvias Sanjaya.

Gracia hanya tersenyum membalas tatapan Anin yang menyiratkan kekhawatiran akan keadaannya.

"Harus datang kan..kalau gak datang nanti Cici sedih." Ucapnya pada Anin.

Dari nada bicaranya terdengar kepiluan dihatinya.

Anin hanya bisa terdiam dan membiarkan gadis itu berlalu.

Menghampiri teman-teman angkatannya yang lain dan berbincang sejenak.

Hingga tiba waktu penyematan cincin tunangan Shani dan Alvias.

Satu persatu orang-orang memberi selamat padanya.

Hingga tiba giliran Gracia dan Anin.

"Cici cantik banget.." puji Gracia pada Shani.

"Apa sih Ge..kamu mah kebiasaan suka bikin aku GeEr." Ucap Shani menepuk lengan Gracia.

"Kak Vias..titip Cici ya.. Cici takut gelap, jangan tinggalin dia sendirian waktu mati lampu. Cici ga suka pedes, Cici gak suka sate Padang, Cici..." Suara Gracia terdengar gemetar menjabarkan semua hal yang ia tahu tentang sahabatnya pada calon pendampingnya itu.

Hingga Anin menegurnya.

"Selamat buat kalian berdua, semoga..lancar sampai hari akad nanti." Ucapnya pada akhirnya.

Ia pun langsung pamit pulang pada Shani dan Anin.

Meninggalkan pesta tanpa menunggu sesi foto bersama member lainnya.

Shani menyadari Gracia berbeda.

Ia merasa Gracia seperti berlari menghindari dirinya.

Berulangkali ia mencoba mengajak Gracia pergi bersama Gracia selalu menolak.

Saat ditelpon ia selalu menolak Shani untuk Video call.

Tak ada lagi Gracia mode manja

Dan entah kenapa saat Gracia pergi meninggalkan acara, Shani merasa ada ganjalan dihatinya.

Rasanya sakit dan sesak menatap punggung Gracia yang menjauh pergi.

"Sayang..are you okay?" Tanya Alvias.

Shani hanya mengangguk tanpa bicara.

Do you feel lost Shani??

Anin bermonolog menatap wajah Shani yang terlihat gusar.

Sementara itu Gracia memasuki mobilnya dan akhirnya menumpahkan airmatanya dibalik kemudinya.

Ia meraung dan merintih kesakitan.

Rasanya ingin sekali ia mati daripada merasakan rasa sesak ini.

Cici...

Kalau aku hilang dari kehidupanmu, berjanjilah untuk tidak bersedih.

Bahagia ya ci..

Tolong bahagia..













Tbc

Everyday LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang