Saat Asya sudah sampai rumah, ia berhenti sejenak melihat sekitar. Sejujurnya ia ingin sekali ada pedagang keliling yang lewat depan rumahnya. Namun, setelah menunggu selama 5 menit, akhirnya Asya menyerah dan masuk ke dalam rumah, membuka gerbang rumah lalu menutupnya dan langsung berjalan menuju pintu rumah.
"Mba, kok kamu lama banget," tanya Mama Asya saat Asya baru saja menutup pintu rumah.
"Hehehe, tadi sekalian nunggu abang-abang lewat, ternyata udah ga ada," jawab Asya dengan senyuman yang terukir dari bibirnya seraya memamerkan gigi.
"Ya Allah, lagian jam segini mah udah ga ada atuh mba orang dagang yang keliling." ujar Mama Asya sambil melihat jam dinding rumahnya yang menunjukkan pukul 20.30 WIB.
"Ya udah atuh, aku mau balik ke kamar dulu." Asya melangkahkan kaki menuju kamarnya.
Asya berjalan menuju kamarnya, saat sampai dikamar, kemudian ia berjalan ke arah balkon kamarnya.
Ia membuka gorden kamar yang tebal dan lembut itu, ia menarik gorden tersebut ke arah samping lalu membuka pintu kaca yang membatasi antara balkon dan kamar Asya.
Ia duduk di kursi yang tersedia di balkon tersebut, merasakan angin malam yang menerpa kulitnya. Ia melihat ke langit yang sangat gelap dan terdapat satu bulan yang bersinar terang diantara langit gelap tersebut. Tak lama, ia pun berdiri dan berjalan mengarah pinggir balkon kamarnya.
Sejenak ia mengarahkan pandangannya ke depan lalu ke atas, ia tidak tahu apa yang akan ia lakukan. Ia tetap setia dalam lamunannya
Sampai akhirnya, butiran air yang dingin mengenai kulit Asya yang tidak tertutup oleh kain. Hal tersebut membuat Asya tersadar dari lamunannya.
"Eh hujan. Masuk deh." Asya membalikkan tubuhnya dan langsung masuk kedalam kamar, tidak lupa menutup pintu dan gorden yang menjadi pembatas antara balkon dan kamarnya.
Asya berjalan menuju meja belajarnya, lalu memindahkan ponselnya di nakas samping tempat tidurnya lalu kembali ke meja belajar, ia terduduk dan tiba-tiba melakukan aktivitas membersihkan barang-barang.
Merasa sudah selesai, ia langsung berjalan kearah kasur dan membaringkan tubuhnya diatas kasur, lalu dibalut oleh selimut tebal.
Asya mengambil ponselnya yang terletak diatas nakas samping kasur, Asya membuka ponselnya dan membuka aplikasi hijau untuk membalas pesan dari temannya. Saat sedang mengetik, Asya dikejutkan oleh satu notifikasi.
"Ha? Dari instagram? DM?" Asya bingung.
Awalnya Asya belum menyadari jika itu adalah pesan instagram dari Rafael. Asya pun mengusap layar ponselnya, untuk melihat notifikasi yang berada di layar atas ponsel Asya.
Asya terkejut saat menyadari bahwa itu adalah pesan dari Rafael.
"HA? COK? NGAPAIN DIA NGE DM GUA ASU, SHIBAL!!" Asya terkejut dan langsung bangkit dari posisi terlentang menjadi posisi duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAKTU RAFSYA [RAFAEL & ASYA] On Going
أدب المراهقينRafael Samudra Sanjaya adalah laki-laki yang menjabat sebagai ketua jurnalis di SMA Wiragama. Rabella Asya Afifah adalah siswa di SMA Wiragama yang menjabat menjadi sekretaris PMR di sekolahnya. Awalnya mereka berada di dalam satu sekolah yang sama...