Setelah peristiwa instagram tersebut, Asya hanya bertemu sekali dengan Rafael di kantin. Hanya saling bertatapan, tidak saling menyapa. Begitu juga dengan Asya yang sok jual mahal.
Namun hari ini, sekolah Asya sedang mengadakan acara tahun baru islam. Sekarang Asya masih setia di kamarnya untuk bersiap-siap. Tak lama kemudian, ia mendapat panggilan telepon dari temannya. Ia pergi ke arah ponselnya yang berada di nakas samping tempat tidurnya. Mengambil ponselnya lalu mengusap layar ponsel kemudian duduk di pinggiran kasur.
"Halo, ada apa Mir?" tanya Asya dengan suara yang cukup keras.
Sambil menunggu jawaban dari Mira, ia pun berdiri dan berjalan ke arah meja make up nya untuk merapikan barang barang yang berserakan di atas meja tersebut.
Saat Asya merapikan beberapa skincare yang ada di atas meja tersebut, Asya mendengar suara dari teleponnya. "Eh Sya, lo berangkat jam berapa dah,"
Asya menjawab. "Kaga tau dah, kayanya mah mepet deh,"
"Oh oke deh, makasih ya Sya," ujar Mira diseberang sana.
"Udah? Ga ada lagi yang mau ditanyain?" tanya Asya memastikan sambil duduk di kursi yang berada di dekat meja make up-nya.
"Ga ada kok, ya udah gue tutup ya. Sampai ketemu di sekolah Sya, bye." jawab Mira sekaligus menutup telponnya.
Asya menjauhkan ponselnya dari telinga. Ia kembali menaruh ponselnya di atas nakas, ia berjalan ke arah meja belajar. "Gue harus bawa apaan ya," Asya bingung.
Asya melihat-lihat barang yang berada di sekitar meja belajarnya. Mata Asya terarah pada totebag kecil yang menggantung di samping meja belajarnya.
"Ah, pake ini aja sih, simple mini kaga keliatan. Lagian kan acara di luar kelas ini." ujar Asya mengambil totebag tersebut. Setelah itu ia memasukkan satu parfum dengan botol yang kecil. Ia kembali mengambil ponselnya kemudian ia taruh ke dalam saku yang berada di baju gamisnya.
Asya keluar kamar, menuruni anak tangga satu per satu. Kemudian ia pergi berjalan ke arah dapur, mengambil tumbler kesukaannya yang berwarna hijau itu. Ia mengambil air dari dispenser untuk diisi ke dalam tumbler nya.
Ya, Asya tidak sering membeli minum di kantin, ia lebih berpikir untuk membawa air dari rumah ketimbang membeli di kantin. "Lumayan, irit uang" Kira-kira seperti itu lah menurut Asya.
Saat Asya berbalik badan, ia dikejutkan oleh kehadiran sang Mama. "Astaghfirullah Mama, ngangetin aja sih." Asya mengelus dada.
"Lah, orang Mama dari tadi diem bae," jawab Mama Asya yang langsung berjalan ke arah kulkas, kemudian membukanya.
"Ayah sudah berangkat Ma?" tanya Asya yang masih setia di dapur.
"Wis, dari pagi udah berangkat. Katanya bos nya minta dateng pagi," jelas Mama.
Sedangkan Asya hanya ber oh ria serta menganggukkan kepala mendengar jawaban dari Mama.
"Keisa berangkat pake motor apa Ma?" tanya Asya lembut pada sang Mama.
"Adek mu minta di anterin, kamu mau pinjem motornya ta?" ujar Mama Asya tepat sasaran.
"Hehehe iya, masa iya aku pake gamis naik motornya kaya gitu," jawab Asya seraya memamerkan gigi nya.
"Ben ra ono keributan, mending kamu tanya sono sama adek mu boleh apa ngga," ujar Mama Asya memberikan arahan. Sedangkan Asya hanya menganggukkan kepala dan langsung berlari ke arah kamar Keisa. Sebelum itu Asya menaruh totebag nya di atas meja makan terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAKTU RAFSYA [RAFAEL & ASYA] On Going
Teen FictionRafael Samudra Sanjaya adalah laki-laki yang menjabat sebagai ketua jurnalis di SMA Wiragama. Rabella Asya Afifah adalah siswa di SMA Wiragama yang menjabat menjadi sekretaris PMR di sekolahnya. Awalnya mereka berada di dalam satu sekolah yang sama...