Happy Reading!!
(❁'◡'❁)
Sesampainya di rumah, Asya langsung membantu Mama untuk menata pesanan bolu dengan rapi. Setelah pesanan sudah siap semua, Asya mulai menata pesanan itu di dalam mobil. Karena kebetulan sang Ayah tidak bekerja menggunakan mobil, dan karena pesanan yang cukup banyak mengharuskan mereka untuk memakai mobil.
"Aku yang nyetir apa Mama?" tanya Asya mengambil kunci mobil.
"Kamu aja, tapi pelan-pelan bawa nya takut bolu nya berantakan." jawab Mama karena sudah was-was akan membawa mobil dengan kecepatan tinggi, karena itulah kebiasaan Asya setiap membawa mobil.
"Aman Ma, kan aku tau kalo lagi bawa pesanan."
Di perjalanan Mama Asya memejamkan mata untuk beristirahat karena cukup lelah mengerjakan pesanan bolu. Asya hanya tau komplek yang disebutkan oleh Mamanya, namun untuk letak rumahnya ia tidak mengetahuinya. Jadi, saat mereka sudah memasuki komplek itu Asya akan membangunkan Mama nya.
Sesampainya Asya di komplek mewah itu, ia diberhentikan oleh seorang Satpam. Asya menghentikan mobilnya, lalu membuka kaca mobil.
"Kenapa, Pak?" tanya Asya.
"Neng mau kemana?" tanya Satpam komplek itu.
"Saya mau nganterin pesanan bolu, Pak."
"Mau nganter kemana ya?" tanya Satpam komplek.
"Waduh, saya juga nggak tahu ya namanya. Bentar saya bangunin Mama saya dulu ya, Pak."
Asya bergerak untuk membangunkan Mamanya. Asya menepuk pelan lengan Mamanya, hingga akhirnya sang Mama mengerjakan mata.
"Ma, ini kita nganter pesanan ke siapa namanya?" tanya Asya saat melihat Mamanya membuka mata.
"Loh, tak kirain udah sampai."
"Belum, dicegat satpam ini," ujar Asya.
Mama Asya melihat satpam yang berada di dekat pintu kemudi mobil.
"Mau ke rumah Bu Dewi, Pak." ujar Mama Asya tersenyum ke arah Satpam komplek.
"Boleh saya lihat bukti pesanannya?"
Asya berdecak. "Yaelah, Pak. Segala make bukti, bolunya keburu berantakan, Pak. Kaga cayaan banget dah."
"Ya sudah, kalau begitu kalian tidak saya izinkan untuk masuk." ujar Satpam komplek itu sambil menyilangkan lengan di dada, terlihat sangat menyebalkan.
Asya memutar bola matanya. Kemudian tak lama Mama Asya memberikan nota pesanan serta chat dengan Bu Dewi sebagai bukti pemesanan.
"Tah, Pak! Udah diizinin masuk belum? Ntar kapan-kapan Bapak saya kasih bolunya deh."
Satpam komplek itu melihat bukti yang ditunjukkan oleh Mama Asya. "Ya sudah, kalian boleh masuk."
"Oke, Pak. Terima kasih banyak." Asya kembali menancapkan gas, namun ditunda karena perkataan yang diucapkan oleh Satpam komplek.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAKTU RAFSYA [RAFAEL & ASYA] On Going
Teen FictionRafael Samudra Sanjaya adalah laki-laki yang menjabat sebagai ketua jurnalis di SMA Wiragama. Rabella Asya Afifah adalah siswa di SMA Wiragama yang menjabat menjadi sekretaris PMR di sekolahnya. Awalnya mereka berada di dalam satu sekolah yang sama...