CHAPTER 23 = Basket (2)

135 5 0
                                    

Mereka berjalan melewati lorong yang akan menembus pada lapangan yang cukup luas dan di atasnya terdapat banyak tempat duduk atau tribun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka berjalan melewati lorong yang akan menembus pada lapangan yang cukup luas dan di atasnya terdapat banyak tempat duduk atau tribun. Asya melihat sekeliling, takjub dengan apa yang ia lihat. Asya belum pernah datang ke tempat yang sangat ramai seperti ini, mendukung pertandingan antar sekolah lalu ikut serta duduk di tribun di antara banyak orang.

Asya melihat banyak laki-laki yang sedang memakai jersey untuk melakukan pertandingan. Namun, ada satu lelaki yang sedari tadi Asya cari, tapi ia tidak menemukan batang hidungnya. Ia pun melihat ke arah depan sebelah kanan, dan ke arah depan sebelah kiri. Nyatanya, orang yang sedang ia cari sedang berada di tengah-tengah, sedang berbicara dengan wasit.

Asya terus melihat punggung lelaki itu, punggungnya yang lebar, rambutnya yang cukup lebat, tubuhnya yang tinggi. Setelah selesai berbicara dengan wasit, Rafael pun mengedarkan pandangan untuk melihat kehadiran Asya. Sayangnya ia tidak menemukan tubuh mungil yang sedari tadi ia cari.

Namun, saat Rafael menghadap ke belakang. Mata coklatnya bertabrakan dengan mata hitam milik perempuan yang sedari tadi juga mencari dirinya. Perlahan, senyum terbit dari bibir Rafael. Tiupan peluit dari wasit memutuskan kontak mata antara mereka berdua, bergegas Rafael bergabung dengan timnya.

"Udahan neng tatap-tatapannya?" Fauzan sedikit menurunkan badannya untuk menatap wajah Asya.

Asya terkejut saat melihat wajah Fauzan tepat berada di hadapannya. "Ngapain tiba-tiba nongol di depan gue gitu? Ngagetin aja."

Fauzan pun kembali menegakkan tubuhnya. "Ya biar puas atuh, tadi kan udah natap Rafael lama banget tuh, giliran gua berarti."

"Pede amat lu-"

"Ini gue duduknya bebas mau dimana aja?" tanya Asya yang langsung ingin berjalan ke arah tribun.

"Eh jangan. Kita ada tempat spesial buat lo, Sya." Aidan menarik tangan Asya.

"Waduh, apaan tuh." ujar Asya sambil meletakkan tangannya di dahinya seperti gaya hormat serta menggerakkan badannya.

"Eh si Eneng bisa aja bercandanya." Fauzan menoel pundak Asya pelan.

Asya pun hanya tersenyum melihat tingkah laku Fauzan.

"Jadi dimana, gue ga duduk sama yang ultras kan?" Asya memastikan.

"Kaga, tenang aje udeh. Lu duduk di deket tim nya Rafael, pas banget di tribun atas bawahnya tim Rafael."

"Nah, itu dimana tuh."

"Udeh ayo ikut kite." Aidan menarik tangan Asya menuju tribun yang ia maksud tadi.

Sesampainya ia di tribun yang Aidan maksud, ia pun langsung melihat ke arah bawah. Tepat sekali, di hadapannya sekarang adalah tim Rafael yang sedang bersiap-siap.

"Ya udah ya, Sya. Kita tinggal," ujar Aidan kemudian meninggalkan Asya sendirian.

Tak lupa Asya pun berterima kasih kepada mereka. "Terima kasih ya Kak." Aidan dan Fauzan hanya mengacungkan jempol.

WAKTU RAFSYA [RAFAEL & ASYA] On Going Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang