Day 30. Failed

352 27 0
                                    

Catatan Begundal :

Saatnya Eren balas dendam 😈

.
.
.
.
.
.

Senyum tak bisa lepas dari wajah Eren sejak tadi. Semua ototnya seperti sudah diatur demikian. Mata hijaunya juga berbinar bahagia. Sesekali kikikkan geli dan gemas akan keluar dari sela bibir, disertai dengan dua tangan yang menangkup pipi hangat.

Tak peduli ketika beberapa pasang mata memandangnya dengan berbagai macam ekspresi.

Mulai dari bingung hingga jijik.

Eren tidak peduli. Sibuk dengan dunianya sendiri.

“Nggak kasian apa lo sama Si Om?” celetuk Jean, pelaku yang memberikan pandangan jijik.

“Tau nih. Udah berapa jam coba Si Om nunggu?”

“Satu jam ada mungkin,” ujar Armin, menjawab pertanyaan Connie, membuat pemuda yang sudah tidak plontos itu mendecak dan menyikut Eren cukup keras.

Woi. Sadar lo!”

Tidak ada tanggapan. Eren masih duduk menyamping dan sedikit menunduk, bersembunyi di belakang tanaman-tanaman hias yang ada di depan kafe terbuka di dalam sebuah mal. Tatapan tidak lepas dari sosok Levi yang berdiri begitu tenang tak jauh dari tempat persembunyian, tepat di samping kaca jendela bioskop dan dinding yang penuh dengan poster-poster film terbaru.

Jitakan cukup keras adalah satu-satunya cara untuk membuat pemuda berambut panjang itu akhirnya sadar dan berbalik dengan kening mengerut tajam.

Aduh, apaan sih?! Sakit, bego!”

Mata hijau memandang tiga orang secara bergantian. Berhenti tepat pada tersangka utama yang juga segera mendelik tajam.

“Elu yang bego!” cecar Jean emosi. Dia menunjuk ke arah Levi dan kembali berkata, “Mau sampai kapan lo di sini? Itu Si Om udah nunggu lama banget, Tolol. Nggak kasian apa lo sama dia?”

Justru itu rencananya.

Eren mendesah kasar, memilih untuk meminum minuman dingin yang sudah datang sejak setengah jam lalu. Sikapnya tersebut membuat Jean mendecak kasar. Sementara Connie menggelengkan kepala tidak paham.

“Satu jam emangnya kurang buat hukuman Si Om?”

Mata hijau itu melirik galak. Jari telunjuk dan ibu jari masih memegang sedotan ketika Eren membalas ketus. “Menurut lo?!”

Connie, yang tidak siap dengan respon seperti itu, hanya bisa tersentak dan mengelus dada berlapis kaus bola kesukaannya.

“Ih, santai dong, Neng. Abang ‘kan cuma tanya,” candanya, membuat Eren menjulurkan lidah; mual. Connie terkekeh pelan, meraih garpu kecil dan memotong salah satu kue yang keempatnya pesan untuk dinikmati bersama. “Satu jam udah cukup harusnya, Ren. Nggak perlu nyebelin banget gitulah.”

Tak peduli, Eren hanya memutar mata; malas.

Bodo amat. Salah sendiri bulan lalu ngerjain gue. Mana nggak lucu lagi.”

“Tapi ‘kan Levi udah minta maaf,” ujar Armin, berusaha menengahi dan menyadarkan Eren yang sedang kesurupan. “Udah berkali-kali juga minta maafnya, ‘kan?”

From Home [Rivaere]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang