Day 15. Shopping (Part II)

1.6K 279 33
                                    

Catatan Begundal:

HOLA!
Ini chapter lanjutan yang kemarin, ya. Inti dari Shopping Part I dan II adalah Levi bucin :)

Dari dua chapter ini kalian sudah bisa bayangkan betapa loyalnya Levi sama Eren. Dan gimana dia ngga bisa nolak apa pun yang Eren mau WKWKWK kalau ada yang tanya kelemahan Levi apa? Jawabannya adalah...? (silakan jawab sendiri hehehehe)

Spoiler untuk chapter depan biar kalian makin penasaran:
1. Ide yang salah satu dari kalian kasih.
2. Romantis
3. Lilin.
4. Kalau selama ini kalian sering lihat Levi cemburu, sekarang gantian Eren yang cembokur xixixi.

Oke, itu aja sih kayaknya. Seperti biasa, kalau ada typo, tolong kasih tahu saya hahaha. Mata saya kadang kurang jeli soalnya.

Selamat membaca!
.
.
.
.
.
.

Levi memang rindu berbelanja secara langsung seperti ini. Bagaimana pun juga, berdiam diri di rumah selama lima bulan memang sangat melelahkan. Ia rindu berinteraksi dengan orang lain. Sekadar memberikan pandangan malas dan tajam. Sesekali mendecak kesal jika menemukan salah satu pengunjung sedang memandangi kekasihnya dengan lapar.

Terlalu lama menjalani karantina membuat pria pendek itu lupa bahwa Eren sering sekali menarik perhatian orang lain.

Lihat penampilan pemuda itu sekarang.

Kemeja hitam lengan pendek dengan banyak motif bunga berwarna hijau muda. Celana pendek berwarna krem di atas lutut, tepatnya sedikit berada di atas setengah paha. Sepatu converse putih dengan corak hijau di bagian samping. Belum lagi rambut panjang yang digelung sembarangan hingga banyak anak rambut yang menjuntai di sisi wajah. Mungkin secara keseluruhan, penampilan Eren terlihat biasa dan terkesan santai.

Namun, celana pendek yang ia kenakan itu telah berhasil menarik beberapa pasang mata. Baik wanita dan pria.

Bayangkan, Eren memiliki tubuh tinggi semampai. Kakinya jenjang dan terlihat semakin menggiurkan saat ia mengenakan celana pendek seperti itu. Setidaknya, bagi Levi, ia merasa harus mengendalikan diri untuk tidak meraba paha mulus kekasihnya di hadapan banyak orang.

Intinya adalah Eren sangat menarik perhatian orang lain. Sebuah fakta yang sebenarnya sudah Levi ketahui. Banyak pengalaman di masa lalu yang membuatnya awas dengan fakta tersebut. Namun, karantina selama lima bulan berhasil merubah semuanya. Ia menjadi lupa bahwa kekasihnya sangatlah menarik.

Maka dari itu pria pendek tidak berhenti menekuk wajah ketika Eren merajuk ingin jalan-jalan. Kebetulan pusat perbelanjaan yang mereka kunjungi memang memiliki tiga lantai. Pun, masing-masing lantai menjual berbagai macam barang.

“Levi... aku haus,” rengek Eren sembari melirik salah satu stan minuman boba. Bibir merah muda nampak tersenyum manis. Sebuah strategi yang membuat Levi menghela napas dan segera mengeluarkan dompet.

“Yey! Kamu juga mau?”

Sepasang mata hijau terlihat berbinar setelah menerima dompet berkulit hitam. Pria pendek menggeleng pelan. Merasa tidak tertarik mengkonsumsi minuman yang memiliki kadar gula sangat tinggi seperti itu. “Enggak. Kamu aja yang beli. Buruan sebelum banyak yang antre.”

Usai mengangguk dan memberikan kecupan singkat, pemuda bahenol—Levi menyebutnya begitu karena pantat Eren memang terlihat menggoda berkat celana pendek—mulai melangkah mendekati stan minuman. Sapaan manisnya terdengar cukup keras. Levi hanya bisa menggeleng pelan. Masih takjub melihat keceriaan kekasihnya ketika berinteraksi dengan orang asing.

Lima menit berlalu. Levi menunggu tidak jauh dari deretan stan makanan dan minuman. Ia berdiri sembari bersedekap. Pandangan beredar ke kanan dan kiri. Beruntung ada pameran mobil dan beberapa macam barang lain di lantai satu, di bagian aula besar tepat di depan foodcourt.

From Home [Rivaere]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang