Day 21. Get Well Soon (1)

1.1K 208 28
                                    

Catatan Begundal:

Halo!

Rivaere From Home kembali hadir. Sudah lama sekali, ya? Maaf tidak bisa terlalu aktif seperti sebelumnya, tapi aku tetap usahakan untuk update. Kemungkinan besar seri ini akan bertahan lama, mengingat situasi di luar sana masih belum ada perubahan. Justru sepertinya semakin buruk.

Chapter kali ini sedikit lebih serius tapi (semoga) tetap menghibur kalian yang mungkin sedang butuh tempat pelarian dari keadaan yang masih belum stabil. Nanti akan ada dua bagian. Aku usahakan update minggu depan, ya.

Oh, iya. Chapter ini aku dedikasikan untuk kalian semua yang masih berjuang menghadapi covid-19. Aku harap kalian dan keluarga baik-baik saja. Semoga Tuhan memberikan kesehatan dan keselamatan bagi kita semua. Ingat, jangan lupa prokes, ya! Lindungi orang-orang tersayang kalian ♥

Selamat membaca!

.

.

.

.

.

Eren tidak tahu harus merasa senang atau sedih. Di satu sisi, ia bahagia ketika menemukan Levi berada di rumah sejak beberapa hari yang lalu. Di sisi lain, ada rasa sedih karena situasi di luar sana justru semakin memburuk hingga membuat semua kegiatan kembali diberhentikan. Mungkin satu-satunya hal yang membuatnya menikmati karantina musim kedua ini adalah keberadaan kekasih hati.

Ya.

Setidaknya, sampai hasil tes itu muncul.

Levi positif.

Tidak. Bukan hamil.

Bila lelaki bisa mengandung, sudah pasti bukan Levi yang akan menanggungnya karena ia adalah penyumbang benih paling utama di hubungan ini. (Pun, Eren sama sekali tidak bisa membayangkan melihat kekasihnya hamil dengan semua otot di tubuhnya. Wanita—bukan, lelaki hamil tidak mungkin terlihat sangar seperti preman pasar, bukan?)

Semua berawal dari hari terakhir Levi bekerja di kantor. Sama seperti masa karantina pada tahun sebelumnya, ia sempat mengadakan rapat dadakan dan mengumpulkan seluruh ketua setiap divisi untuk memberitahukan beberapa hal penting. Mulai dari sistem kerja online yang dimulai lusa nanti hingga pengumuman mengenai kenaikan gaji sebesar tiga puluh persen sebagai bentuk bantuan dari perusahaan. Secara keseluruhan, pertemuan tersebut berjalan lancar.

Lalu kabar buruk muncul pada pagi harinya.

Salah satu ketua divisi ternyata dinyatakan positif terjangkit virus usai melakukan tes saat pulang dari kantor.

Levi panik? Iyalah, masa nggak.

Pagi itu juga ia memerintahkan seluruh karyawannya (terutama yang merasa telah kontak langsung dengan ketua divisi tersebut) untuk melakukan tes setelah tiga sampai lima hari dari berita pertama muncul. Levi bahkan menjamin semua biaya akan ditanggung oleh kantor seutuhnya.

Tidak hanya itu saja, Levi mulai melakukan isolasi mandiri. Ia terpaksa tidur di kamar tamu. Jauh dari kehangatan tubuh Eren yang selalu menemani malamnya. Perubahan tersebut jelas membuat pemuda tinggi merasa gelisah. Awalnya, ia sempat merajuk. Tak ingin berpisah dengan kekasih hati. Namun, ekspresi serius yang ada di wajah Levi membuatnya menutup mulut.

"Demi kebaikan kita semua, Eren," jelas pria dewasa tersebut ketika hendak menutup pintu kamar tamu. "Tunggu sampai lima hari ke depan, oke?"

Malam pertama pisah ranjang dengan Levi, Eren tidak bisa tidur.

Malam kedua dan ketiga juga tidak ada bedanya. Justru rasa rindu itu semakin besar. Sesuatu yang sangat menggelikan karena sebenarnya mereka berdua masih berada di satu atap yang sama. Walaupun begitu, Levi terlihat berusaha keras untuk tidak keluar kamar terlalu sering. Satu alasan lain yang semakin membuat pemuda tinggi sedih.

From Home [Rivaere]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang