Catatan Begundal:
Halo. Selamat hari Minggu semuanya. Chapter kali ini terinspirasi dari postingan Lavlien satu atau dua minggu yang lalu. Mungkin bagi kalian yang sudah follow dia, pasti tahu postingan mana yang saya maksud. Bagi yang belum, silakan cek dulu saja postingan dia pada tanggal 10 Oktober.
Kenapa tidak saya cantumkan saja di sini?
Sebagai antisipasi saja. Saya takut kena report karena memang fotonya nganu sekali. Aha.
Dan untuk gambaran chapter depan, kita akan pergi belanja. Yey.
Oh, iya. Saya ingin mengajak kalian untuk berdiskusi sebentar. Sepertinya projek rivaere WFH ini akan berlanjut entah sampai kapan. Kalau kondisi covid di Indonesia sudah membaik, saya akan tetap lanjutkan ini karena jujur aja saya nyaman banget waktu nulis. Temanya santai dan banyak banget yang bisa dieksplor.
Maka dari itu saya kepikiran untuk meninggalkan email di sini agar kalian yang ingin menyumbangkan ide bisa mudah menghubungi saya. Plus, memudahkan saya untuk menyortir sumbangan ide kalian. Dan siapa tahu bisa membantu kalian yang sebenarnya punya ide tapi malu, takut, atau sungkan untuk kontak terlebih dahulu ke akun pribadi saya. Beberapa kali saya menemukan ada yang seperti itu. Padahal saya ngga gigit :(
Jadi, bagaimana menurut kalian? Kalau kalian setuju, email akan saya cantumkan di chapter depan.
Seperti biasa, jangan sungkan beritahu saya kalau ada typo. Selamat membaca dan happy weekend!
.
.
.
.
.
.
Kikikkan geli terdengar untuk kesekian kali. Levi mengerutkan kening semakin dalam. Sepasang mata hitam menatap satu sosok yang sedari tadi sibuk dengan ponsel. Usai sarapan dan mandi pagi (khusus Levi, karena Eren terlalu malas untuk mengangkat bokong semok ke kamar mandi), pemuda berambut panjang itu masih betah duduk di pinggir kolam.Lagi, kikikkan terdengar. Kali ini bersamaan dengan sepasang mata hijau yang melirik ke arahnya. Pria pendek hanya bisa menghela napas. Belum siap berhadapan dengan tingkah aneh kekasihnya di pagi hari.
Kini pandangan beralih memandang jam dinding di area ruang santai. Pukul sembilan kurang sepuluh menit. Masih ada waktu untuk membuat teh hitam sebelum memulai rapat rutin.
"Kamu ngga ada kuliah?"
Eren mengalihkan pandangan, ponsel masih dalam genggaman. Kepala menggeleng pelan "Hari ini libur."
"Ngga ada tugas?"
Pemuda itu hanya menunjukkan cengiran lebar sebelum menjawab dengan nada mendayu. "Ehe. Ada sih, tapi nanti aja ngerjainnya."
"Ya sudah," ujar Levi usai menghela napas panjang. "Tapi jangan sampai lupa dikerjain. Inget tanggung jawabmu."
"Unch. Siap, Daddy!"
Sejenak, pria dewasa hanya diam. Kening mengerut lagi. Merasa asing dengan kata unch yang sedikit tidak sedap untuk didengar. Tinggal satu atap bersama Eren nyatanya tidak membuat kamus bahasa gaulnya bertambah.
Pada akhirnya Levi menyerah. Ia mengangkat bahu dan memilih untuk segera beranjak menuju dapur. Laptop sudah ia letakkan di area ruang keluarga sejak tadi, cukup jauh dari tempat Eren sekarang berada. Kikikkan terdengar lagi saat ia melangkah santai di koridor.
Tepat pukul sembilan, Levi sudah siap di depan laptop yang menyala. Hari ini adalah rapat intern dengan salah satu tim khususnya. Panggilan video menyambung. Satu per satu karyawan muncul sembari tersenyum ramah.
"Selamat pagi, Pak."
Kepala mengangguk pelan. Levi meletakkan cangkir ke atas meja sebelum menjawab, "Selamat pagi. Bisa langsung kita mulai rapatnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
From Home [Rivaere]
Fanfic[BL] [BOY X BOY] Ini adalah kumpulan cerita Levi dan Eren selama masa pandemi dan harus mengikuti masa karantina di rumah. Apa saja yang mereka lakukan? Yuk, kita intip! . . . Rivaere. Rate T+. Daily routine. Romance. Humor. Couple lifestyle. L...