"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday to you..." suara keributan malam hari, di rumah Azka. Entah siapa yang menginisiasi kegiatan ini, tapi tiba-tiba lampu kamarnya terang-benderang, dan ada beberapa karyawan dari Miazka Organizer dan Miazka Entertainment yang membawa kue tart super besar yang lagi-lagi, dia gak tau dipesanin sama siapa.
"Pak, bangun, jangan ngebo!" seru Arga seraya mencipratkan air ke wajah Azka.
"Kalian semua gila... Ngapain pada kesini?" tanya Azka seraya mengucek-ngucek matanya.
"Ngagetin Mas Azka," jawab Hera, si karyawan paling polos.
"Astaga ini anak... Tapi makasih ya guys, ini pasti idenya Amira." kata Azka. Yang disebut-sebut namanya cuma nyengir, sambil meletakkan kue tart tadi di atas meja.
"HBD, mas, panjang umur, sehat selalu ya..." ucap Amira.
"Thanks, Ami, kalian juga, guys. Ini anak dekor ikut ngebuntut pasti baru habis masang ya?" tanya Azka.
"Iya mas, masang di perumahan sebelah, kayaknya cuman beda empat blok deh dari sini..."
"Oh, rumahnya Kiandra..." jawab Azka.
"Lho, kok tau rumahnya Mbak Kian?" Amira heran.
"Lihat postingan IG-nya... Lagian bukannya dia pake jasa kita untuk... Bentar, ini dekor buat siapa? Dia kah yang nikah?" tanya Azka. Dia nggak mau di-prank kayak berbulan-bulan lalu, dia udah kenal sama wanita ini soalnya.
"Iya, sekarang beneran dia yang nikah, tapi pas waktu itu orangnya dateng ke kantor yang nanganin Mbak Hera," jawab Gavin, si ketua koordinator khusus dekor.
"Bagus deh. Akhirnya bahagia juga itu orang," jawab Azka, dan diangguki oleh semuanya.
"Ayoooo potong kue terus make a wish, berat giling nyangga kue segini gedenya..." omel Amira.
"Lagian, ada partner buat berbagi malah mau ditanganin sendiri," kata Azka refleks. Amira melotot, lalu yang lain ber-cia-cie.
"Sini-sini mbak tak pegangin, ngomong ngapa kalau keberatan dari tadi hadeeeh," omel Arga. Amira mengangguk. Selanjutnya adalah prosesi potong kuping, eh, kue. Azka meniup lilin berangka 25 itu dengan perasaan lega. Ada banyak harapan di usianya yang sekarang ; tentang pekerjaan, kesehatan, dan... Percintaan. Ada terlalu banyak harapan (terutama soal percintaan ini, nih), tapi di antara semua harapan itu, ada satu orang, satu wajah dan satu nama yang tak pernah absen dari do'a-nya. Siapakah dia? Dia adalah... Orang. Ya iya, dong, masak panda?
***
Azka menatap keriuhan pesta di hadapannya tanpa minat. Hatinya gelisah, ia sedang menunggu Amira yang katanya mau ikut seru-seruan malam ini. Tapi dimana?"Wooooiii!"
"Astaga kebiasaan nih anak. Bisa kali gak usah pake ngagetin?" sungut Azka seraya mengusap-usap dadanya.
"Lagian diem aja sih, hayo, lagi ngelamun jorok nih mesti..." ucap Amira ngasal. Azka melotot.
"Ck, untung lo sahabat sekaligus asisten pribadi terbaik yang gue punya, Mi, seandainya ada fotokopiannya aja gue mau deh ganti model..." sungutnya lagi.
"Yeee, kalau fotokopian berarti bentuknya sama dong Ka, lagian, emang lo mau ketemu banyak manusia dengan model yang sama kayak gue?" tanya Amira.
"Idih ya ALLAH amit-amit dah, satu aja udah bikin sakit kepala kok. Gimana? Kenapa lo telat datangnya?" Azka penasaran.
"Sorry, Ka, tadi gue ke rumah sakit dulu, lihat bunda. Biasa deh," jawab Amira pelan.
"Jangan sedih, Ami. Kapanpun lo butuh kekuatan, gue selalu ada disini..." ucap Azka lembut. Ini ucapan yang sangat sweet sekali sebetulnya, tapi dasar Amira, dia cuma menanggapinya dengan...
"Sok romantis lo, cumi asin. Dah yuk ah, lanjutin pestanya, malah ngedrama..." dan setelahnya, gadis itu ngeloyor pergi, meninggalkan Azka yang cuma bisa menggeleng-geleng frustasi. Awas, Ka, copot nanti kepalanya.
***
Pesta telah usai. Leganyaaa, kini Azka bisa hanya berdua saja dengan Amira, seperti biasa, di apartemen gadis itu."Cieee, udah setengah abad aja lo, udah nikah sana," ledek Amira seraya memasak mie ramen instant faforitnya.
"Belum ada yang cocok Mi, puyeng gue nyarinya, di semua marketplace tetep gak ada yang cocok..."
"Heh, nggak sekalian nyari yang promonya potongan harga plus free ongkir ta?" omel Amira seraya melemparkan sebungkus keripik kentang kepadanya. Untung kena, pas di jidatnya, hihihi.
"Ah sadis lo Mi, lama-lama bisa-bisa kulkas lo lemparin ke gue..."
"Kalau memungkinkan sih pengennya gitu," Amira ngikik.
"Ish, rese!" Azka cemberut.
"Halah-halah bayi, mesti deh. Nih mie ramen-nya, katanya pengen yang anget-anget. Cepetan dimakan mumpung masih panas," kata Amira seraya meletakkan mangkuk itu ke atas meja.
"Thanks, Mi. BTW, boleh minta kehangatan yang lain gak?" tanya Azka iseng.
"Apa lagi? Jangan macem-macem deh!" ketusAmira.
"Cuma minta peluk kok, kayak biasanya. Masak gak boleh?" tanya Azka pelan seraya memasang tampang imut yang menjadi ciri khasnya. Dasar Azka, kalau udah gitu, kan Amira luluh jadinya.
***
Kediaman Azka yang hening dan tenang, seperti biasanya. Kasihan banget sih nasibmu, mblo, udah umur segitu temen tidurnya masih aja bantal guling. Eh tapi dia jadi keingetan tentang aneka percakapan yang keluar-masuk telinga, kepala dan otaknya sejak pesta hingga di apartemen Amira tadi ; tentang Kiandra yang kini OTW bahagia dengan pernikahan barunya, dengan seseorang yang dicintai dan juga mencintainya. Tentang mantan suami wanita itu yang kini hidup entah dimana, perusahaannya bangkrut karena gaya hedon istri barunya, lalu banyak lagi.Azka jadi merenung, setidaknya ada dua hal yang bisa ia tangkap dalam semua peristiwa, berita dan cerita yang ia dengar hari ini ; tentang masa lalu dan masa depan. Masa lalu Kiandra mungkin tidak beruntung ; menikah dengan orang yang salah. Kini ia menjemput masa depannya kembali, merengkuh bahagianya kembali melalui pernikahan keduanya. Dan setelah Azka merenung dengan khusyuk (di kamar mandi, mules tadi gara-gara makan ramen), dia jadi kepikiran hal lain lagi, terutama tentang percintaannya. Ada masa lalu, masa depan, tapi masak, sih, dia sama Amira cuman bisa sahabatan? Duh, mengsyedih!
Kau sedih aku yang temani
Menggenggam tanganmu mungkin dengan
Harapan yang berbeda dengan benakmu
Namun aku setia
Dan sabar menunggu kau mengerti
Di balik semua ini aku melakukannya dengan cinta
(Kahitna, Kulakukan Dengan Cinta)
Sekali lagi Azka menyanyikan lagu itu dengan sepenuh hatinya. Tapi kali ini nggak sambil main piano, ia bernyanyi sambil rebahan, bersenandung pelan-pelan melalui lagu tadi yang terputar di speaker aktif di kamarnya. Bener-bener, deh, Azka udah asli kehabisan akal untuk memancing kepekaan sahabat kentalnya itu, tapi gak pernah berhasil, gak tau kenapa. Apa mungkin sesajinya kurang kali ya? Eh hus!!
(TBC).

KAMU SEDANG MEMBACA
WEDDING DREAM
RomanceApakah seseorang yang terbiasa merancangkan pernikahan untuk orang lain harus sudah menikah lebih dulu? Nyatanya tidak, tuh. Azka Dirgantara, 24 tahun. Terjun dan menggeluti dunia seni adalah cita-citanya sejak kecil. Meski keluarganya bolak-balik...