Seorang lelaki menatap nanar pintu masuk kantor Miazka Organizer yang sudah terpampang di hadapannya. Ia ingin segera masuk, mengutarakan maksud dan tujuannya. Tapi rasa yang lain menyelusup ke hatinya tiba-tiba ; yakni perasaan sedih. Seharusnya, ia kesini berdua bersama calon istrinya ; berdiskusi, merancangkan bersama pernikahan impian mereka. Tapi...
"Mas Rendra, ayo masuk, wah, saya telat datengnya, malah diduluin sama client ini," sapa Azka ramah seraya menghampiri lelaki muda yang masih terpekur di depan pintu kantor. Lelaki yang dipanggil Rendra itu tersenyum, lalu menyambut Azka yang ternyata ada di belakangnya.
"Iya mas, nggak papa kok, saya baru lima menit ada di sini," kata Rendra. Azka tersenyum, lalu membuka pintu. Karyawan lain sedang duduk menghadap komputernya masing-masing, namun mereka tetap menyambut Azka yang baru saja datang dengan senyuman.
"Pagi mas," sapa Hera.
"Pagi... Apa Amira ada di ruangan?" tanya Azka.
"Kan dia izin sih mas, ada perform katanya," jawab Hera.
"Oh iya, lupa. Ya udah, aku tak masuk dulu," kata Azka. Hera cuma mengangguk.
***
Rendra dan Nafisasudah berpacaran empat tahun lamanya. Merasa saling cocok satu sama lain, serta kedua keluarga yang sudah saling akrab membuat kedua sejoli ini memutuskan untuk mempererat hubungan mereka melalui mahligai pernikahan. Hanya saja, rencana pernikahan mereka harus beberapa kali tertunda karena kondisi Nafisa yang naik turun, akibat kanker tulang belakang yang dideritanya. Sekarang, gadis cantik itu sedang dalam keadaan koma, dan Rendra enggan untuk menunggu lagi. Bukan karena telah bosan atau hilang sabar dalam penantian, yang ada di pikirannya sekarang adalah, "kalau bukan sekarang, kapan lagi? Dan lebih baik tetap memulainya dari pada tidak sama sekali". Nafisa koma pasca operasi, setidaknya sudah sekitar dua mingguan ini. Kondisinya drop pasca terakhir mereka ke Miazka untuk mem-fix-kan pernikahan mereka – yang harus terjadi di rumah sakit karena Nafisa yang masih belum sadar dari pingsannya.
"Apakah pernikahan ini akan bisa tetap terlaksana, Mas Azka?" tanya Rendra pelan – sangat pelan, seolah keyakinannya menguap semua entah kemana. Terus terang ia mulai pesimis, ia ingin menunda lagi moment sakral itu, sampai Nafisa benar-benar sembuh. Tapi...
"Bisa mas, bisa. Harus yakin ya, udah 99 % nih, kita-kita aja semangat lho untuk nyiapin pernikahan Mas Rendra sama Mbak Nafisa. Masak yang mau kawin, eh, nikah malah gak semangat," kelakar Azka. Rendra tersenyum. Omong-omong, ia merasa heran dengan Azka ini, udah jelas-jelas dia yang punya WO-nya, kok ya masih dia juga yang nanganin dari A sampai Z. Tapi terlepas dari keheranannya yang satu itu, ia cukup senang bertemu orang seperti Azka yang sangat supel dan ramah, beberapa bulan mengenal lelaki 25 tahun itu membuatnya dapat mengasumsikan sosok Davidio Azka sebagai seorang temannya.
"Jangan ngelamun, malam pertamanya masih nanti, buruan dicobain itu jasnya!" suara Azka menginterupsi lamunan Rendra. Sekali lagi lelaki itu tersenyum nyaris meringis menyaksikan kekonyolan Azka yang rasanya sudah hampir mendekati level-nya Amira. Omong-omong, kalau ada asistennya Azka yang cantik itu, suasana ruangan ini pasti lebih seru lagi.
"Tuh, kan, ni anak malah bengong lagi. Masak gue yang pakein jasnya?"
"Eh, jangan mas, saya masih normal... Yang ini kan?" tanya Rendra.
"Iya... Udah cobain dulu sana!" seru Azka lagi. Rendra mengangguk. Mau nggak mau, inilah yang harus ia jalani. Semoga pernikahannya yang terkesan "tak biasa" ini akan berakhir baik dan bahagia.
***
"Saya terima nikahnya Nafisa Aulia Prameswari dengan mas kawin tersebut, tunai." meski bergetar dan hampir tertahan isak, tapi semua dapat bernapas lega saat satu ucapan ijab itu berhasil dilafazkan dengan baik oleh Rendra, di dalam ruang ICU, di sebelah ranjang tempat dimana belahan jiwanya terbaring.
![](https://img.wattpad.com/cover/321099323-288-k763081.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
WEDDING DREAM
RomanceApakah seseorang yang terbiasa merancangkan pernikahan untuk orang lain harus sudah menikah lebih dulu? Nyatanya tidak, tuh. Azka Dirgantara, 24 tahun. Terjun dan menggeluti dunia seni adalah cita-citanya sejak kecil. Meski keluarganya bolak-balik...