BAB 7, SALAH SIAPA? (PERNIKAHAN DINI)

6 2 0
                                    

            "Jangan nangis terus mbak, kapan selesainya make-up-nya kalau begini?" ucap Hera putus asa seraya memberikan tissue kepada Siera – calon mempelai wanita yang kini sedang ia rias wajahnya.

"Ma-Maaf, mbak, tapi aku nggak mau nikah mbak, aku maunya kuliah, hix!" ucap gadis itu seraya masih terisak-isak.

"Yang sabar, Mbak Era, Mbak harus kuat dulu ya, saya tau ini bukan keinginan mbak..." kata Hera yang merasa turut berempati. Ya, semua ini, berlangsungnya acara pernikahan ini, jelas bukanlah keinginan Siera. Bagaimana mungkin, dia ini baru berusia delapan belas tahun, ijazah SMA-nya baru saja keluar, masak iya langsung berrumah tangga tanpa sempat mengejar cita-cita?

"Semua ini gara-gara Mas Raka, seandainya dia nggak maksa aku buat melakukan itu, pasti kondisinya gak bakal kayak gini sekarang. Dia harus bertanggung jawab!" seru Siera tak terkendali. Hera jadi bingung bagaimana harus menenangkan gadis ABG ini.

"Iya mbak, dia pasti akan bertanggung jawab, dan salah satu caranya bertanggung jawab ya mungkin dengan ini, dengan menikahi mbak..."

"Aaaaaa!" Siera menjerit histeris, sehingga beberapa orang harus datang dan menenangkannya.

"Ra, ada gue Ra, yang kuat, dong," ucap Tami – temannya, sambil menangis.

"Maafin mas, Ra, mas gak bermaksud merusak masadepan kamu." ucap Raka sedih.

"Mas dan mbaknya tolong tenangin dulu, deh, kalau kayak gini caranya gimana mau di make-up," ucap Hera frustasi.

"Heraa, sabar, kan saya udah bilang ini bukan pernikahan biasa, client kita hari ini emang diluar dugaan banget kok..." kata Azka yang muncul tiba-tiba.

"Maaf, mas, tapi saya juga bingung harus gimana lagi..." kata Hera.

"Selesaikan pekerjaan kamu, ya, saya yakin kamu bisa." kata Azka. Hera cuma mengangguk.

***
Menikah itu idealnya usia berapa sih? Mm, gak tau juga ya, soalnya author sendiri belum nikah nih, hehehe. Tapi yang pasti jangan sampai di bawah 20 tahun ya, kasihan, karena sebenernya nikah itu (katanya, sih), perlu banyak persiapan ; bukan cuma finansial tapi mental juga. Nah kalau sekarang, kondisi yang ditangani oleh Miazka Organizer adalah "pernikahan yang tak diinginkan", dimana mereka harus menikah secara terpaksa karena satu keadaan yang... Entah, ini salah siapa.

***
"Makin lama Miazka Organizer makin random gak sih?" keluh Azka seraya melempar kunci mobilnya begitu saja ke atas meja.

"Apa sih pak? Dateng-dateng langsung ngomel kayak emak-emak gak kebagian minyak goreng padahal udah antri berjam-jam," kata Amira seraya mengambil posisi duduk di seberang Azka yang sedang kusut pikirannya.

"Ya client yang kita terima ini lho, makin hari, kerumitannya makin diluar nalar. Sumpah pengen copotin pala aja rasanya..."

"Sabar, pak, setiap lahan pekerjaan, usaha apapun itu pasti bakal ada ujiannya sendiri-sendiri. Jangankan kita yang bergerak di bidang seni dan hiburan kayak gini. apa kabar para perusahaan raksasa transportasi online itu? Apa mereka nggak meng-stress gara-gara ketemu customer aneh-aneh dalam 1x24 jam setiap harinya?" tanya Amira.

"Iya juga sih, cuman gue ngerasa... Gimana ya?"

"Udah deh, lo tu cuma capek, pak, tidurlah dulu, nanti kalau anak-anak balik, gue bangunin," kata Amira.

"La elu mau kemana dan mau ngapain?"

"Ada urusan sebentar, mau nemuin Mbak Kiandra. Gue iseng-iseng nulis di platform juga sekarang..."

WEDDING DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang