11. duka ditengah kebahagiaan

35 10 0
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Awali kegiatanmu dengan mengucap:
[بسم الله الرحمن الرحيم]
Bismillahirrahmanirrahim

Happy Reading.

⋇⋆✦⋆⋇ 

Kata dari mulut adalah cerminan hati
Yang tak bisa ditata semau kita
Kebiasaanlah yang mengatur
Dari kalimat luhur hingga kalimat hancur!

⋇⋆✦⋆⋇ 

♛┈⛧┈┈•༶
Dua minggu telah dilalui. Pak Hendra banyak belajar dari pesantren ini. Mulai dari solat wajib,sunnah, membaca Al-Quran, hingga ia juga mulai mempelajari beberapa hadist.

Dan usaha tak menghianati hasil. Alhamdulillah dalam waktu seminggu ia dapat menghafal juz 30. Itu sebab ia sangat berusaha. Untuk bekal keluarga nya nanti. Ia sangat bahagia jika anak-anak dan istrinya bisa mengikuti jejak nya.

Saat ini ia sudah berada di ndalem. Dengan empat cangkir teh tersedia di meja. Pak Hendra menatap semuanya. Terlihat kiyai sedang membaca dzikir menggunakan tasbih nya sambil memandang pak Hendra penuh arti. Gus zaid yang juga memandang pak Hendra menantikan kata yang keluar dari mulut pak Hendra. Dan terakhir, ia sedikit terkekeh melihat tingkah laku putra bungsu kiyai karim itu. Dimana disana zahid sedang menghisap tehnya dengan gaya yang dilebih-lebihkan, dengan keadaan kaki yang diangkat sebelah.

Menyadari hal itu sontak Gus zaid menegur " zahid... Itu kakinya diturunin! Yang sopan kalo ada tamu. "

Zahid pun mengangguk dan meminta maaf. Memang, ia sudah sangat akrab dengan pak Hendra, sehingga berfikiran bahwa tidak masalah.

Hendra serasa sangat dihormati berada disini. Yang membuatnya sangat nyaman berada di lingkungan pesantren. Namun, ia harus ingat dengan keluarganya dirumah. Pasti mereka sangat khawatir dengan hilangnya dirinya dan tanpa kabar. Ia sengaja tidak mengubungi keluarganya agar terlihat kejutan.

Pak Hendra menghela nafas pelan. "Sebelum nya, saya sangat berterima kasih pada kiyai sekeluarga. Jujur, saya nyaman berada di lingkungan pesantren. Santri-santri disini juga sangat ramah pada saya. " Ucapan pak Hendra membuat senyum terukir diwajah ketiga orang didepannya.

"Kami juga sangat senang jika bisa membuat pak Hendra nyaman tinggal disini. " Ucap kiyai karim mewakili istri dan anak-anaknya.

Pak Hendra pun tersenyum tulus lalu berkata. "Tapi sayang, keadaan tak mengizinkan saya untuk terus berada disini. Saya harus kembali ke keluarga saya, mengingat sudah setengah bulan saya menghilang. "

Mereka yang ada disana menyimak dengan baik. Lalu pak Hendra melanjutkan perkataan yang. "Jadi, saya izin untuk pulang dan kembali kerumah. Untuk kiyai karim, nyai Annisa, Gus zaid, Gus zahid, serta seluruh penghuni pesantren. Saya sangat berterima kasih atas bantuannya. Yang telah mau menampung saya disini . Menyediakan makanan, pakaian, dan mengajarkan apa itu islam. "

"Sudah semestinya kami membantu. Karna, sebagai sesama manusia memang harus saling membantu. " Ucap kiyai karim.

"Kami juga hanya sebagai perantara. Allah lah yang menolong dan menuntun pak Hendra kejalan yang lurus. Maha Besar Allah karna telah memberi hidayah kepada pak Hendra. " Sambung Gus zaid.

Gusku Lelakiku [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang