Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Sebelum baca alangkah Baik nya mengucap:
[بسم الله الرحمن الرحيم]
BismillahirrahmanirrahimDiharapkan untuk membaca dengan ikhlas baik lahir maupun batin.
Jangan lupa vote dan komen.
Happy reading.
♬♩♪♩ ♩♪♩♬
Jika engkau melihat orang lain mengalahkanmu dalam hal dunia. Maka kalahkan ia dalam hal akhirat. "
-Al hasan Al basri rahimahullah.
♬♩♪♩ ♩♪♩♬
♛┈⛧┈┈•༶
"BUNDA!! JANGAN TINGGALIN LETTA!! "
"BUN-DA, KATANYA BUNDA SAYANG ISCA, BANGUN BUN-DA. ISCA BUTUH BUNDA. "
Begitulah raungan yang sangat perih jika didengar. Hendra hanya bisa mengusap punggung kedua anaknya untuk menenangkan. Bagaimana pun juga, kehilangan pasti akan ada disetiap penghujung pertemuan.
Ditengah kedukaan yang merajalela di keluarga kecil Caroline, terdengar pintu yang dibuka dengan keras serta menampilkan dokter dengan suster dibelakangnya.
Entah mengapa, emosi Alleta kini memuncak. Melihat kedatangan sang dokter yang terlambat lantas ia mendekati dokter itu lalu menarik kerah bajunya. "Kenapa baru dateng sekarang!! KENAPA BARU SEKARANG!! DISAAT BUNDA UDAH GA ADA LAGI? kenapa... "
Suara itu melemah, namun tak lama kemudian tubuh Alleta ambruk. Ia tak sadarkan diri. Untung saja dokter yang ada di depannya menahan tubuh Alleta agar tak terjatuh.
Semua pun kembali panik. Pak Hendra buru buru lari menghampiri putri sulungnya dan mengambil alih tubuh putrinya dari dokter. Kemudian menggendongnya untuk segera ia baringkan pada sofa terdekat.
Sisca pun kini sedang duduk disamping brankar bundanya.
Setelah selesai, pak Hendra pun menghampiri dokter. "Maaf sebelumnya pak, atas kelakuan putri saya. Saya harap bapak bisa memeriksa ulang keadaan istri saya. Barang kali masih terdapat tanda-tanda kehidupan." Ucap pak Hendra dengan secercah harapan namun juga tak terlalu berharap.
Dokter pun mengangguk dan berjalan mendekati brankar. Memeriksa ulang kondisi tubuh pasien. "Innalillahi wainnailaihi rojiun. Maaf Pak ternyata benar, bu monika telah berpulang kerahmatullah.
" Innalillahi wainnailaihi rojiun. "Lagi-lagi, ini hanyalah harapan Hendra semata. Yang mengharap bisa membawa kembali istrinya kedalam pelukan hangatnya. Ya, hanya asa yang sebenarnya hanya sebuah perantauan. Namun, jauh dalam lubuk hatinya, Hendra telah merelakan kepergian istrinya.
" Baik saya pamit pak. " Pamit dokter tadi yang kini mendapati pak Hendra yang menunduk.
"Ah, iya. Sekali lagi saya minta maaf sebesar-besarnya atas perlakuan putri saya. Mungkin ia telah lelah makanya pikirannya tak tentu arah. " Ucap Hendra yang mendapat senyuman kecil dari wajah sang dokter.
"Tak apa pak. Saya bisa memaklumi nya. Baiklah, saya pamit. Assalamu'alaikum. " Dokter itupun berlalu pergi meninggalkan keluarga kecil yang tengah berduka itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gusku Lelakiku [On Going]
Teen Fiction"Aku suka tantangan, namun jika tantangannya adalah mengambilmu dari tuhanmu maka aku tidak akan sanggup"-aletta aufira Caroline. " Cintailah manusia dengan sewajarnya, dan dahulukan cinta kepada Tuhan bukan kepada ciptaannya "-adryan zaidan al-faq...