Malam telah menjemput, membuat raga yang telah lelah kini berbaring diatas kasur. Alleta yang masih mengenakan gaunnya kini terkapar diatas kasurnya. Posisi tidur yang sungguh tak wajar, ya. Dengan kaki yang memeluk guling, namun gulingnya itu berjumlah tiga buah. Sehingga terlihat menjulang tinggi.
Ditengah peristirahatan tubuh yang lelah akan acara tadi siang, ia terbangun secara terkejut ketika mengetahui waktu telah menunjukkan pukul 19: 22. Meskipun begitu,jiwa magernya tak mengalihkan tubuhnya untuk menuruni kasur empuk itu.
Tiba-tiba terdengar engsel pintu kamarnya terbuka.
Ceklek
"Haaaa! Kamu siapa! Berani banget masuk kamar anak gadis, " Kesadaran Alleta yang masih belum terkumpul pun membuatnya seketika lupa keadaan.
Gus zaidan yang diteriaki seperti itu, bukannya menjelaskan malah pergi segera kebawah menuju uminya. Alleta yang melihatnya lega, kemudian melanjutkan acara rebahannya.
Tak lama kemudian, terdengar lagi pintu kamarnya terbuka menampilkan umi farida dan gus zaidan dibelakang nya.
"Assalamu'alaikum Alleta, kamu baik-baik saja, kan? " Kata umi farida.
"Ha? Alleta baik-baik aja umi. Umi kok disini? " tanya Alleta yang kembali terbangun.
"Kamu kenapa? Kata ayid kamu amnesia ya? Kamu tidak ingat umi? Kamu tidak ingat suamimu, zaid? " Tanya umi sambil menggoyangkan tubuh lesu itu.
Mendengar pertanyaan dari umi farida, membuat Alleta tersadar. Mata yang tadinya satu kini berubah menjadi melotot. "Ah iya, aku kan baru aja nikah,"
"Noh, nyawa nya aja belum kekumpul, kamu bilang amnesia yid. Gimana sih? Umi sibuk nih, " Omel umi farida.
"Begini, saya tadi masuk. Dan mendapati banyak darah bercecer diatas kasur dan juga saya melihat banyak busa keluar dari mulut Alleta. Ditambah lagi, dia menanyakan siapa saya. Bagaimana saya tidak curiga? " Jelas gus zaidan.
Mendengar penuturan gus zaidan, reflek Alleta menoleh kesana kemari. Dan benar saja, ada banyak sekali darah yang tercecer diatas kasur. Dia pun mengecek kearah dress nya dan juga, gaunnya nya telah berubah warna menjadu merah. Benar dugaannya bahwa sekarang ia kedatangan tamu bulanan. Sungguh, ia jadi malu mengetahui fakta ini.
"Ee... Em, Alleta pamit ya umi, gus, hehe, " Alleta lari terbirit-birit menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia juga segera menarik sprei kasur yang telah kotor itu.
Umi farida hanya geleng-geleng menatap keluguan anak dan menantunya itu. Seperti anak baru gede saja.
"Yasudah, umi pamit kebawah ya? Oh iya, tadi katamu mulut Alleta berbusa, sekarang kok gaada? " Tanya umi.
"Ada mi, tapi tadi sudah kering, "
Umi sampai menepuk jidat mendengar jawaban dari anak sulungnya itu. "Itu air liur sayang, umi juga yakin kalo ga berbusa, pasti salah lihat, "
Gus zaidan hanya membalas dengan kedikan bahu, "yasudah. Umi kebawah, ya? Assalamu'alaikum, " Pamit umi farida.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, "
Seperginya umi farida, kini gus zaidan merapikan tempat tidur. Gus zaidan yakin bahwa tadinya kasur mereka telah dihias sedemikian rupa. Tapi karna telah dipakai oleh Alleta kini malah berantakan. Bantal yang entah kemana, dan sprei yang kotor.
"Bagaimana bisa malam ini begitu heboh? " Gumam gus zaidan.
Gus zaidan telah menyelesaikan pekerjaan merapikan kamar itu. Kini ia beralih mengambil salah satu kitab yang baru saja diberikan oleh ayahnya. Sebenarnya pernah dipelajari, tapi karna dulunya gus zaidan tak mahir dalam membaca huruf gundul, ia melupakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gusku Lelakiku [On Going]
Teen Fiction"Aku suka tantangan, namun jika tantangannya adalah mengambilmu dari tuhanmu maka aku tidak akan sanggup"-aletta aufira Caroline. " Cintailah manusia dengan sewajarnya, dan dahulukan cinta kepada Tuhan bukan kepada ciptaannya "-adryan zaidan al-faq...